Episode 7

28 5 1
                                    

     Tiara sampai di ruang tamu dan hanya dua alasan yang baru ia pikirkan, tapi tidak bisa terpakai alasannya karna itu belum kuat. Dari mana dia mengetahui semua alasan itu, tentunya dari teman Pondoknya karena yang mondok di sana tidak ada batas usia dari mulai lulusan sekolah dasar sampai ada yang berusia tiga puluh tahun. Karena Tiara adalah seseorang yang mudah bergaul tentunya dia sangat mudah berteman dengan siapa saja, dan dari sanalah mulai saling berbagi pengalaman dari mulai belajar mengaji sampai tentang pribadi.

“Masyaallah, ini yang namanya Neng Tiara, cantiknya.” Ucap seorang wanita berkerudung merah tersenyum.

“Iya Bu, namanya perempuan semuanya cantik,” jawab Pak Darwis tersenyum pada putrinya itu.

“Pak Darwis ini memang sangat pandai bergurau,” balas Pak Iwan membuat tawa seisi ruangan terkecuali Tiara yang masih menyajikan minuman di meja, satu kopi untuk ayahnya, satu untuk Pak Iwan, satu kopi lagi untuk Bu Iwan dan satu teh manis untuk putranya, Aden.

“Aduh sayang, maaf ibu tidak bisa meminum kopi.” Ucap Bu Iwan tersenyum dengan memegang gelas berisi kopi.

     Pak Darwis  yang mendengar perkataan Bu Iwan langsung menegakkan posisi duduknya, kemudian ia berkata pada putrinya.
“Diganti saja dek, buatkan yang baru di belakang.”

“Iya Pak” ucap Tiara tersenyum. ‘Berhasil’ gumamnya dalam hati.

“Tidak usah Neng, biar di tukar saja, punya Aa ini teh manis.” Pria bernama Aden mulai bersuara.

‘Hah Aa! Ih apaan sih, sok kenal banget ini orang,' celoteh Tiara dalam hati. Ketika mengucapkan kata ‘sok kenal banget ini orang’ ia mengingat seseorang, ia sering mengucapkan itu pada seseorang tapi siapa dia?.

“Walah, mungkin tertukar saat menyajikan ya,” ucap Pak Iwan di susul tawa ayahnya Tiara, “Mungkin grogi ya, Neng?” sambungnya.

     Semua ikut tertawa lagi, menertawakan kekeliruan Tiara, tapi tidak dengan Tiara dia malah memikirkan hal lain. Pria yang mengganggu pikirannya, ‘kenapa aku mudah sekali melupakannya, siapa dia, aku harus mengingatnya kembali.’ gumam Tiara dalam hati, saking asyiknya bermain dengan ingatannya sampai dia tidak mendengar ucapan ayahnya.

“Tiara, tolong panggilkan Bundamu di belakang ya.” ucap ayah.

“Eh, iya, ayah kenapa?” Tiara kebingungan.

“Tolong panggilkan Bunda,” ucap ayah mengulang tetap dengan senyuman manisnya.

“Oh, iya Ayah, maaf, Tiara segera panggilkan,” Tiara mengucapkan permisi pada semuanya kemudian berlalu ke arah dapur.

     Sepanjang ia berjalan kakinya terasa kaku, pikirannya tidak henti mencari siapa pria yang pernah ia lupakan itu. “Mungkin aku harus membuka kotak itu,” gumamnya pelan.

“Kotak apa, Dek?” tanya Bu Dania menghentikan langkahnya.
“Eh enggak, Bun” elak Tiara. “Eh bunda ayo ke depan, Ayah memanggil Bunda” jelas Tiara pada Bu Dania, Bu Dania pun mengangguk dan langsung menggandeng Tiara ke depan.
“Loh kok, Tiara di ajak sih Bun?” ucap Tiara.
“Temani Bunda saja,” jawab Bu Dania.

     Ruang tamu terdengar sangat ramai karna perbincangan Pak Darwis dan Pak Iwan, mereka saling melempar lelucon tentang tempat mereka berjualan. Oh iya, belum di jelaskan Pak Darwis adalah ayah dari seorang putri bernama Tiara, pekerjaan dia adalah seorang pedagang pakaian  Muslimah di pasar modern daerah **rang. Dan alasan mereka sangat akrab karna sama-sama seorang pedagang.

“Pak Darwis, maaf saya telah bertamu malam-malam dan kedatangan saya ini hendak bermaksud ingin menanyakan sesuatu perihal Neng Tiara?” jelas Pak Iwan memulai maksud dan tujuan mereka ke sini.

     Pak Darwis berpura-pura terkejut, padahal dia sudah tahu dari temannya perihal maksud Pak Iwan, karna Pak Iwan sebelumnya telah bertanya alamat rumah Pak Darwis kepada temannya yaitu Pak Slamet dan menjelaskan maksudnya.

“Silahkan Pak Iwan?” ucap Pak Darwis.

“Apakah Neng Tiara sudah ada yang meminang?” ucap Pak Iwan kemudian menghela napas, “Bolehkah kami mengetahuinya, karna maksud kedatangan kami ingin meminang Neng Tiara untuk putra saya Raden Mahesa.” sambungnya.

Deg...

Bersambung...

______________________________________

Hai, hai, hai!
Terimakasih telah membaca "Tiara", bantu kasih bintang dan komentar ya. Biar tambah semangat 🤗

Tiara, Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang