Buku Harian
Tiara membuka kotak itu, ia tersenyum melihat apa yang ada di dalam kotak itu, ada sebuah gantungan kunci berbentuk lumba-lumba, kemudian matanya tertuju pada buku yang bersampul merah muda. Tiara membuka buku itu mencoba untuk mengingat apa saja yang pernah ia tulis.
"Yah kok ada yang robek sih, kenapa ya?" ucap Tiara bingung. Kemudian Tiara membaca catatan di halaman terakhir.
"Dear diary
Hari ini aku bertemu dengannya lagi, dia menungguku di depan gerbang sekolah tapi aku hiraukan. Dia tersenyum ke padaku tapi aku acuhkan dan berjalan melewatinya begitu saja.
Apakah aku terlalu kejam padanya?
Namun bila ku ingat kejadian itu, sungguh aku sangat marah, aku muak, dan yang paling membuatku marah tak ada kata maaf yang terlontar dari mulutnya.
Kak Januar aku benar-benar membencimu."
Tiara membulatkan matanya, kaget dengan apa yang telah ia tulis, dan siapa yang ia maksud dalam tulisan ini.
"Apakah Kak Januar yang ku maksud adalah Mas Jan?"
Ada sebuah foto terselip di bagian belakang buku harian itu, dengan cepat ia mengambil foto itu.
"Ini benar aku, dan yang di sebelahku ini," ia sedikit memicingkan matanya menelusuri setiap lekuk wajah pria dalam foto itu. "Ini Mas Jan, ia masih muda dan aku masih sangat imut." ucap Tiara.
***
Di suatu kamar bercat warna biru dan hitam, seorang pria sedang berbaring menatap langit-langit kamarnya. Dia melamun membayangkan seseorang yang pernah singgah di hatinya.
"Hari ini Tiara akan pergi ke Pondok Pesantren, apakah aku bisa bertemu dengannya?" gumam Januar, dia lalu menghela napas dan mengusap mukanya. "Sial kenapa aku harus memikirkannya, kenapa aku masih mencintainya, sadar Januar kamu itu sudah mempunyai anak, jangan pikirkan lagi anak orang." Januar merasa kesal dengan dirinya.
Januar memang sangatlah merindukan Tiara dan ia ingin bersama Tiara. Tapi mengingat dengan status duda yang Januar perolah karena istrinya baru saja meninggal membuatnya frustrasi. Mungkin akan terlalu kejam untuk Tania yang sangat mencintainya jikalau dia dengan cepat mendapat penggantinya, Tania pun baru berpulang dua bulan lalu.
"Jan, Mamah mau main ke rumah Bu Dania," ucap Bu Syamsiah dari luar kamar Januar.
Januar tersenyum menemukan ide, ia pun langsung berlari membuka pintu.
"Iya Mah," Januar tersenyum, lalu mendekati kereta bayi anaknya.
"Anak Ayah yang cantik, mau pergi main ya?" ucap Januar, namun matanya mengarah ke sana sini mencari sesuatu. "Nah ini dia," Januar tersenyum licik, ia mempunyai suatu rencana. Setelah menemukan sesuatu, kemudian Januar mendorong kereta bayinya keluar sedangkan Bu Syamsiah masih di dalam rumah."Kamu mau ikut, Jan?" tanya Bu Syamsiah muncul dari dalam mengagetkan Januar.
"Mau ngapain!" jawab Januar berpura-pura acuh, "Aku hanya ingin mendorong Putri keluar sambil menunggu Mamah" elaknya.
"Ya sudah, kita pergi ya sayang takutnya tante Tiara sudah pergi."
Bersambung...
_____________________________________
Hai hai hai
Apa kabar?
Jangan lupa kasih vote ya, sama komennya dong. Kira2 Tiara jadi pergi gak ya 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiara, Aku Memilihmu
Romance"Assalamu'alaikum," ucap pria itu dari arah pagar dengan tersenyum dan juga melambaikan tangannya. "Siapa dia?" pikir Tiara. "Waalaikum salam," jawab Bu Dania dan Bu Syamsiah "Loh kok ke sini juga kamu?" Ucap Bu Syamsiah membalas senyumannya. ...