episode 35

30 2 0
                                    

Dengan cepat Tiara membuat telor ceplok karena perutnya sudah makin tak terkendali. Sesekali ia meringis menahan rasa perih, tapi ia hiraukan karna harus membuat juga untuk suaminya.

"Ini Mas," Tiara menyodorkan sepiring nasi dan telor ceplok pada Januar yang sedang bermain game di ponselnya.

"Iya makasih, Dek," ucap Januar yang masih fokus dengan ponselnya.

Sebelum Tiara makan, ia sempatkan mencari sesuatu di dekat lemari meja makan. Setelah itu, ia meminum obat terlebih dahulu sebelum makan.

Januar mulai melahap isi piringnya, sesekali ia pun menatap Tiara dan ia melihat ada botol obat di samping piring Tiara.

"Kamu kenapa, sakit?"

Tiara menoleh kearah Januar, baru saja tadi dia mendengar lelaki itu menyebut Dek, sekarang kamu lagi hilang sudah mood makannya Tiara.

"Enggak, cuma jaga-jaga aja," Tiara berusaha tenang, dan berusaha terbiasa dengan kata kamu dari Januar yang terdengar sangat asing baginya.

Mereka berdiam menikmati makan siangnya, tanpa ada yang bertanya atau menjawab. Bukan kecanggungan pengantin baru yang mereka rasakan, tapi gak tahulah apa yang mereka pikirkan auto bingung 😕.

Setelah selesai makan dan membereskannya, Tiara pergi ke kamar sedangkan Januar pergi ke teras rumah untuk merokok, katanya kalau abis makan gak ngerokok kaya ada yang kurang menurut Januar. Betul gak sih???

Kriiing...

Ponsel tiara berbunyi, layarnya menampilkan sebuah nama dengan hiasan emoticon cinta berwarna merah. Bundaku ❤️

"Assalamu'alaikum, Bunda," ucap Tiara.
"Wa Alaikum salam, kamu udah makan, Dek?" Pertanyaan Bu Dania yang pertama terlontar keluar.
"Iya Bun udah,"
"Sama apa, Bunda tadi lupa masak,"
"Sama telor ceplok, gak papa bundaku sayang,"
"Mas Jan makan gak?"
"Iya, udah Bunda cantik,"
"Ya syukur deh, kamu kapan mau ke RS?"

Deg,, eh iya kan tadi aku bilang mau liat putri ko malah lupa sih, gumaman Tiara dalam hati.
"Eh, iya. Sekarang mau ke sana kok, Bunda jangan dulu pulang ya,"

"Iya, jangan lupa pintu di kunci ya,"

"Siap Bunda, ya udah ya Tiara siap-siap dulu ya, daah bunda, assalamu'alaikum,"

Percakapan mereka pun berakhir, Tiara pun langsung bergegas siap-siap untuk pergi ke RS.

"Mas," setelah selesai bersiap Tiara keluar kamar langsung mencari sosok pria yang telah menjadi suaminya itu.
Tak ada jawaban, tiara melihat sekeliling ruang tamu ternyata yang di panggil telah berlayar ke kerajaan mimpi.

Tiara menghampiri januar yang sedang tertidur di sofa dengan kepala menyandar ke belakang. Tiara mencoba memanggil Januar lagi, tapi lagi-lagi tak ada jawaban padahal Ia bermaksud menyuruhnya untuk pindah ke kamar.

Memandangi orang yang sedang tertidur memang candu ya. Tiara terdiam memperhatikan wajah Januar, wajahnya terlihat sangat lelah hingga ia pun urungkan niat untuk membangunkannya.

Setelah Tiara berbalik badan, tiba-tiba tangannya di tarik oleh Januar. Refleks tubuh tiara jatuh menindih perut Januar. Tiara sangat terkejut karna sekarang Januar sedang memeluk Tiara dari belakang.

Januar mengusap tangan tiara, hidungnya mengendus tengkuk Tiara. Semua itu membuat Tiara semakin merinding, ia berusaha melepaskan diri tapi Januar semakin mengeratkan pelukannya.

"Mas, tolong lepasin," ucap Tiara pelan sambil merasakan geli di tengkuknya karna nafas Januar yang sengaja di kencangkan.

"Mas pengen, Dek,"

"Pengen apa, Mas?" Tanya Tiara polos.

"Semuanya,"

"Semuanya apa, Mas?" Tiara semakin di buat bingung oleh suaminya.

"Semua yang ada di kamu, dari ujung kaki sampai rambut,"

Tiara melotot mendengar itu, jantungnya semakin berpacu cepat ia ketakutan, 'Apa Mas Jan sedang kerasukan ya' pikir tiara.

Januar mulai membalikkan tubuh tiara, ia mulai menyentuh pipi Tiara dengan tangannya, jari-jarinya mulai menyusuri mata hidung hingga berdiam di bibirnya.

"Bolehkan?" Tanya Januar memastikan.

Namun Tiara tak menjawab, ia hanya memejamkan mata seolah pertanda iya. Melihat respons Tiara, wajah Januar semakin mendekat, bibir mereka kini tinggal berjarak beberapa centi, nafasnya pun sudah mulai saling terasa.

"Assalamu'alaikum," suara berat terdengar dari arah luar mencoba membuka pintu.

Dua sejoli yang sedang berpelukan pun langsung dengan segera mensejajarkan posisi duduk mereka. Jantung mereka saling berpacu cepat karena merasa kaget dengan kedatangan ayah Tiara.

"Wa Alaikum salam, Ayah," setelah pintu terbuka Tiara dengan cepat mencium punggung tangan Ayahnya dan di susul oleh Januar.

Wajah mereka sudah tak karuan karena merasa malu takutnya Pak Darwis melihat apa yang mereka lakukan.

"Ekhem, kenapa kalian tegang gitu," ucap Pak Darwis dengan sedikit tersenyum. "Udah pada makan belum?" Tanyanya lagi.

"U-udah Ayah," Tiara menjawab sedikit terbata-bata.

"Ya sudah, ayah mau mandi kalian istirahat aja," ucap Pak Darwis, kemudian berlalu ke kamarnya.

"Alhamdulillah," ucap Tiara mengusap-usap dadanya.

"Kamar yuk," bisik Januar, kemudian menarik tangan Tiara yang mematung karna tingkahnya yang main tarik aja.

"Mas," panggil tiara ketika Januar sudah menduduki ranjang kamar Tiara.

"Iya," Januar menarik tangan Tiara lalu mendudukkan dipangkuannya.

"Tiara kan mau jenguk Putri,"

"Iya, nanti bareng Mas," tangan Januar mulai nakal, meraba-raba pundak Tiara.

"Maassss, geli," rengek Tiara merasa tak nyaman karna dirinya mulai merasa resah dengan sentuhan Januar.

"Iya, adek sayang," Januar tak memperdulikan rengekannya Tiara, ia semakin menjadi mencium pundak Tiara hingga ke pipinya dan ke bibirnya, namun Tiara menghentikannya.

"Kamu kenapa sih, gak mau sama aku, atau jijik sama aku?" Januar melepaskan pelukannya dan menggeser tubuh Tiara.

"Mas, aku gak bermaksud seperti itu, hanya ini bukan waktunya,"

"Lalu kapan waktunya?" Tanya Januar sedikit meninggi suaranya.

"Tiara belum siap, Mas," mata Tiara mulai memerah ingin menangis karna merasa takut Januar akan semakin marah.

"Bilang aja gak mau," ucap Januar ketus, lalu ia berdiri merapihkan keras bajunya dan pergi menuju keluar. "Aku tunggu di mobil, jangan lama," ucapnya sebelum membuka pintu untuk keluar.

Setelah Januar pergi, tiara menangis air matanya mengalir begitu saja tak bisa di tahan lagi. Ia tahu jika menolak seorang suami itu berdosa, tapi sungguh ia masih belum siap. Apalagi setelah ia mengetahui sedikit sifat asli Januar yang mudah kesal pada dirinya, semakin ia belum siap menerima Januar.

______________________________________

Hai apa kabar semuanya?
Gimana nih, yang keterlaluan Januar apa Tiara ya kira-kira?

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya
Vote and komentarnya di tunggu ya..

051021


Tiara, Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang