Tiara menghampiri kasir restoran itu, ia bertanya tagihan sarapannya.
“Permisi, untuk meja 05 totalnya berapa, Mbak?” Tanya Tiara kepada kasir wanita berkerudung itu.
“Baik Kak, sebentar saya cek,” ucap wanita itu, ia segera mengetik total tagihannya. “Semua total seratus tujuh puluh lima ribu ya, Kak.” Ucapnya lagi.
“Oh iya, ini Mbak,” Tiara menyerahkan dua lembar uang seratus ribu lalu mengambil kembaliannya.
Tiara berjalan sambil memasukkan sisa uangnya ke dompet lagi, tujuannya kini pergi ke kamar.
“Ekhem,” suara seseorang menghentikan langkahnya.
Tiara mendongakkan kepalanya melihat kepada siapa yang ada di depannya.
“Eh, Mas,” Tiara mencoba tersenyum namun tak ada respon dari Januar.
“Habis ngapain?”
“Ba..yar,” Tiara mengarahkan jempol tangannya ke belakang.
“Oh,”
“Tadi Tiara nungguin Mas, tapi belum datang juga jadi Tiara bayar aja,” Tiara mencoba menjelaskan takutnya Januar salah paham. “Emmh, Mas masih mau makan?” tanya Tiara ragu-ragu karena tak ada respons dengan penjelasan Tiara.
“Enggak,” Januar menjawab singkat lalu berbalik berjalan ke arah luar restoran.
“Mau ke mana dia? Kok arahnya bukan ke kamar sih. Ikuti gak ya? Sudahlah aku ke kamar aja.” ucap Tiara pelan sambil menatap punggung Januar, lalu berbelok ke arah yang berbeda dengan Januar.
***
Januar dengan cepat masuk kembali ke restoran, belum sampai ke tempat di mana tadi ia sarapan Januar melihat Tiara. Tiara sedang berada di depan meja kasir, Januar pun menghampirinya.
Tiara berjalan sambil memasukkan sisa uangnya ke dalam tasnya. Saat melihat itu harga diri Januar serasa jatuh, masa yang bayar istrinya lalu ia ke mana.
Oh iya belum cerita, saat sedang sarapan Januar menerima pesan dari ibunya.
Mamah
Jan, kapan pulang?
Isi pesan itu membuat penasaran, karena tak biasanya Bu Syamsiah bertanya seperti itu.
Januar pergi meninggalkan Tiara tanpa pamit dan langsung menelepon Bu Syamsiah.
“Assalamualaikum, Mah ada apa?”
“Wa alaikumussalam, tidak ada, Mamah hanya bertanya,”
“Oh begitu, Putri sedang apa, dia sehatkan?”
“Putri sedikit demam, mungkin dia kecapean karena baru pertama kali pergi jauh,”
“Sudah berobat, Mah?”
“Belum, nanti kalau sore ini demamnya belum turun, Mamah bawa ke dokter,”
Begitulah percakapan ibu dan anak itu. Januar mulai merasa khawatir, ia hendak memberi tahu Tiara. Namun melihat Tiara yang sedang membayar di kasir karena tidak sabar menunggunya, Januar urungkan niatnya.
Januar kembali ke luar restoran untuk merokok dan menghilangkan sedikit rasa kesalnya. Januar merutuk dirinya sepanjang jalan, ia tak mengerti kenapa ia begitu sensitif saat ini pada Tiara.
Januar kembali mendapat telepon dari Bu Syamsiah.
“Assalamualaikum, Mah,”
“Wa alaikumussalam, Jan Putri muntah-muntah Mamah mau bawa ke rumah sakit saja,”
“Iya Mah, Januar bakalan pulang sekarang nanti langsung k rumah sakit,”
Januar langsung berlari ke kamar, untuk mengajak Tiara pulang. Sesampainya di kamar ia tak menemukan Tiara namun terdengar suara percikan air di kamar mandi. Januar coba mengetuk pintu itu dan memanggil Tiara. Tak ada jawaban dari dalam sana.
“Tiara, kamu masih lama?”
“Ya sudah, aku pergi dulu ya kamu tunggu di sini,”Januar pergi tanpa menunggu jawaban dari Tiara.
Bersambung..
_____________________________________
Assalamu'alaikum, jangan lupa voter dan komen ya..
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiara, Aku Memilihmu
Romance"Assalamu'alaikum," ucap pria itu dari arah pagar dengan tersenyum dan juga melambaikan tangannya. "Siapa dia?" pikir Tiara. "Waalaikum salam," jawab Bu Dania dan Bu Syamsiah "Loh kok ke sini juga kamu?" Ucap Bu Syamsiah membalas senyumannya. ...