episode 14

22 4 0
                                    


Part 2

Beberapa menit berlalu, mereka masih tenggelam dalam diamnya. Tibalah saatnya bis akan berhenti di halte, kemudian Tiara pun segera berdiri dan pria itu pun ikut berdiri memberikan ruang untuk Tiara lewat.

"Terima kasih," ucap Tiara, pria itu tidak merespons perkataannya. Malu sekali rasanya jika di abaikan seperti itu benar gak para reader. Mereka masih tetap berdiri sampai bis itu benar-benar berhenti. Setelah membayar biaya perjalanan, Tiara segera menuruni tangga dan pria itu pun melakukan hal yang sama.

"Deng kenapa dia mengikutiku," gumam Tiara, ia terdiam merasakan jantungnya yang berdetak semakin cepat, "selamatkan aku ya Allah," tambahnya.

Eh ternyata pria itu melewatinya begitu saja, kemudian dia duduk di halte itu. Tadinya Tiara bermaksud ingin duduk di sana menunggu angkot arah rumahnya, ia urungkan saja dan berjalan terus menuju toserba.

"Aku akan menunggu di sini saja." ucap Tiara dalam hati mencoba menenangkan.

Dred dred dred

Ponsel Tiara bergetar, ia segera merogoh saku dan mengambilnya, lalu Tiara melihat siapa yang menghubunginya.

"Oh, Bunda," ucap batin Tiara.

"Halo, Assalamu'alaikum, Bun!" Tiara menyapa manis pada si penelepon.

"Waalaikum salam, Tiara masih di mana, kenapa belum pulang?" tanya Bu Dania di ujung telepon sana.

"Iya Bun, ini Tiara lagi tunggu angkot depan toserba," ucap Tiara sambil terus melihat ke arah tadi dia datang, tak lama pun angkot terlihat, "eh Bun, itu angkotnya sudah ada," Tiara melambaikan tangannya pada sopir angkot itu menandakan ingin menaikinya. "Sebentar Bun, aku naik dulu ya, jangan dulu bicara nanti bisa tidak terdengar," ucap Tiara.

"Pak, depan SD Samudera 3 ya, eh Pak Slamet ternyata," ucap Tiara,
"Iya neng siap, tapi tunggu bentar ya, siapa tahu ada yang mau naik lagi," ucap Pak Slamet.

"Iya pak, tidak apa," ucap Tiara. Setelah memberi tahukan tujuannya pada pak sopir itu. Tiara duduk di dekat pintu keluar supaya memudahkan nanti turunnya, dan Tiara pun melanjutkan percakapan dengan Bu Dania.

"Halo Bun, Tiara sudah naik angkot Pak Slamet, tapi nungguin ada yang naik lagi bentar,"

"Oh begitu, ya sudah hati-hati, Bunda tutup teleponnya ya, Assalamualaikum,"

"Iya Bun, waalaikum salam" jawab salam penutup Tiara menyudahi pembicaraan dengan Bu Dania.

Pak Slamet sedang berbincang dengan seseorang yang duduk di kursi depan. Tiara sedikit mengintip ke depan namun tak menemukan apapun. Akhirnya Tiara menyerah, ia tidak tahu bahwa seorang pria yang duduk di depan itu memperhatikannya sejak dari tadi.
Lima menit telah berlalu, datang dua orang penumpang. Mereka masing-masing membawa kardus besar yang cukup besar.

Salah satu pria tua pun masuk, lalu melirik Tiara.

"Neng bisa pindah ke belakang tidak?" tunjuk pria tua itu, "bapak turunnya tidak jauh, biar lebih gampang turunnya," sambungnya.

Tiara hanya mengiyakan tanda menurut, ya mau bagaimana lagi masa mau menolak perintah yang lebih tua. Tiara berpindah duduk ke pojok dengan rasa malas, lalu penumpang yang duduk di depan itu turun dan melihat ke arah Tiara. Sontak Tiara merasa kaget matanya membulat mulutnya menganga.

"Dia, ternyata pria yang tadi di bis itu, siapa namanya aku lupa?" ucap batin Tiara.

"Tiara, mau pindah ke depan tidak?" ucap pria itu lembut di barengi senyuman.

"Eh, tidak usah Kak, saya di sini saja." jawab Tiara merasa malu, kenapa pria ini tiba-tiba bicara seperti itu.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan duduk sebelahmu," pria itu menghampirinya, kemudian duduk di samping Tiara dan tersenyum tipis.

Tiara masih memandangi wajah pria itu dan merasa heran.
"Ada apa dengannya?" tanya Tiara dalam hati.

Bersambung

_____________________________________

Cie cie ini awal pertemuan mereka..
Jangan lupa vote sama komen ya..🤭

Tiara, Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang