XXIV. The Savior

1.2K 166 9
                                    

Tok..
Tok..
Tok..

"Masuk."

Suara dari dalam mengizinkannya masuk. Tanpa berlama-lama, ia memutar kenop nya perlahan, membuka daun pintu sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara.

Ruangan ini sudah sangat familiar. Bagaimana tidak? Setiap hari ia bekerja disini, menyiapkan dokumen dan menulis ulang beberapa kasus hukum. Ruangan yang di dominasi oleh kayu; lumayan luas, rak buku berjejer di setiap sudut ruangan, dua meja kerja yang berhadapan, dengan jendela lebar yang memungkinkan sinar matahari masuk. Lantainya menggunakan kayu yang di pernis dengan baik, dilapisi karpet sederhana sebagai alasnya.

Ada satu orang berdiri dekat jendela. Postur tubuhnya yang tinggi menghalangi cahaya matahari masuk, hingga ruangan menjadi sedikit remang dan kelam. Pandangan mata itu jatuh pada sebuah buku ditangannya, membacanya dalam diam; menyisir rangkaian kata-kata yang di dalamnya, seolah isi dari setengah buku itu sudah berada diluar kepala.

"Aku sudah menyiapkan semuanya," orang dibelakangnya memberitahu, "dokumennya sudah lengkap."

Ia menutup bukunya. Dalam diam ia menerawang keluar jendela, sambil menggenggam buku tebalnya yang sudah usang.

"Maafkan aku karena telah membuatmu menunggu terlalu lama, Y/N."

Mobil mewah terparkir dihalaman rumah The Ackerman pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil mewah terparkir dihalaman rumah The Ackerman pagi ini. Si pemilik adalah Levi; yang kini sedang berjalan menuju ruangan Kenny dengan amarah yang menggebu—yang sudah ia simpan beberapa hari ini, karena Y/N selalu menahannya untuk mendatangi Kenny.

"Kita tunggu sampai temanku datang, Levi."

Tapi untuk Levi, ia tidak punya kesabaran sebesar Y/N. Setelah apa yang sudah Kenny perbuat, Levi tidak bisa menahan semuanya. Malam-malam nya tidak tenang setelah tau bahwa Petra mati ditangan pamannya sendiri. Persetan! Levi akan melampiaskan semuanya ketika ia menemukan Kenny.

Beberapa pelayan menyapa Levi saat berpapasan. Namun mereka tau, Levi tidak pernah menaruh sedikit perhatian kepada para pelayan dengan menyapa atau bahkan tersenyum. Levi dikenal begitu dingin dikediaman Ackerman, bagaikan seorang pangeran yang tidak tersentuh.

Tujuannya sudah di depan mata. Levi membuka ruangan Kenny tanpa aba-aba. Mata tajamnya beredar, menyisir kosongnya ruangan; tanpa adanya tanda-tanda keberadaan si pemilik. Bagus. Kesempatan tidak datang dua kali, mungkin Levi bisa menggeledah ruangan ini sebelum Kenny kembali.

Dengan cepat Levi membuka seluruh laci pada meja kerja Kenny, mencari apapun yang bisa dijadikan barang bukti. Semuanya berisi dokumen perusahaan, beberapa proposal, dan kertas-kertas bermaterai yang terlihat penting. Isi dari laci lainnya kurang lebih sama, hingga setelah selesai bergelut dengan dokumen-dokumen itu, mata Levi beralih kearah meja kecil berlaci dipojok ruangan. Meja yang tua, yang bahkan tidak menarik perhatian namun terlihat... mencurigakan.

𝟗 𝐓𝐄𝐍𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐎𝐅 𝐄𝐑𝐄𝐍 𝐉𝐄𝐀𝐆𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang