"Menggeledah ruangan seseorang tanpa surat izin resmi adalah tindakan kriminal," Kenny memberi jeda, "bukankah itu yang kau pelajari saat bergabung dengan Survey Corps, keponakanku?"
Atmosfer suasana berubah ketika Kenny mendekati Levi.
"jadi kau berada disisi Y/N, adik tiri tunangan mu?"
Mata Levi menajam, "tidak ada alasan untuk aku berdiri di sisimu setelah apa yang kau lakukan, Kenny." perkataan Levi syarat akan kebencian.
Kenny menutup mulut, memperhatikan keponakannya dengan wajah datar nan angkuh. Tangan Levi masih setia menodongkan pistolnya kearah Kenny, dengan dua orang yang juga menodongkan pistol kearahnya. Jika Levi menembak Kenny, dirinya kemungkinan akan tertembak dua orang itu; karenanya, Levi tidak ingin gegabah.
Suara jarum jam berdetik memenuhi ruangan. Tangan kanan Kenny merogoh saku celana hitamnya, mengeluarkan sebuah pistol dan mengisinya dengan amunisi dari saku lainnya.
"Jika benar begitu," Kenny mengangkat pistolnya, mengarahkan senjata itu kearah Levi, "aku tidak punya pilihan lain selain mengakhiri hidupmu."
Levi menggertak kan giginya. Ia terjebak dalam situasi sulit, yang tidak menguntungkan bagi dirinya; dengan tiga lawan satu. Dari jumlah, Levi sudah tau dirinya akan kalah.
Kenny memang benar-benar gila. Laki-laki setengah baya itu memang gila. Levi jadi berpikir, sudah berapa banyak orang yang pamannya bunuh?
Seorang pembunuh bersembunyi dibalik nama keluarga Ackerman tanpa sepengetahuan Levi. Tentu saja laki-laki itu tidak akan membiarkan Kenny hidup lebih lama. Apalagi jika ia ingat tentang kenyataan bahwa Kenny membunuh Petra. Kebencian yang besar membakar hati Levi.
Mata tajam Levi mengawasi, hingga sedikit pergerakan dari salah satu orang dibelakang Kenny membuat tubuhnya otomatis dalam keadaan sigap.
Namun Levi tidak percaya apa yang ia lihat.
Orang dengan rambut hitam itu mengubah haluan pistolnya kearah Kenny; tepat kearah kepala belakangnya. Ia bahkan menodongkan pistol lain kearah seseorang yang berada disebelahnya. Raut wajah datarnya benar-benar menggambarkan seolah ia tidak takut untuk mati. Gerakan yang sangat tidak terduga, bahkan Levi tidak tau kapan laki-laki itu mengeluarkan pistol lainnya. Benar-benar seperti pembunuh ulung.
Apa ini artinya, ia berkhianat kepada Kenny? Mengapa?
Levi tidak mengerti. Kenapa tiba-tiba laki-laki itu menunjukkan sikap membangkang terhadap Kenny? Apa laki-laki itu mau membantunya?
Tidak. Sadarlah Levi, ini bisa saja perangkap. Batinnya.
Kenny menyerigai, "kau selalu menyimpan pistol lain disaku mu, Bertholdt."
"Kau tau itu untuk apa?" Bertholdt menatap punggung Kenny dengan dingin.
"Membunuh Reiner?" Kenny menebak.
Reiner; laki-laki itu membulatkan matanya, antara terkejut juga kesal. Ia terkejut dan kesal kepada Bertholdt diwaktu yang bersamaan.
Bertholdt melirik Reiner, mengangkap raut wajah geram yang terlihat jelas disana.
"Salah," mata Bertholdt kembali tertuju pada punggung Kenny, "itu berarti jika aku gagal membunuhmu satu kali, aku masih punya kesempatan untuk yang kedua kali."
"Mengapa? mengapa kau berkhianat, Bertholdt?!" Levi bisa menangkap rasa kesal dalam nada bicara itu.
Mata Levi kembali mengarah kepada laki-laki bernama Bertholdt itu, menerawang ekspresinya yang tidak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟗 𝐓𝐄𝐍𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐎𝐅 𝐄𝐑𝐄𝐍 𝐉𝐄𝐀𝐆𝐄𝐑
Fanfiction[⚠️🔞 MODERN AU! Eren x Reader] Eren Jeager, laki-laki berumur 19 tahun dengan masa depan cemerlang. Lahir dari pasangan kaya Jaeger, sebagai penerus perusahaan keluarga bersama kakak tirinya. Ia mulai membangun hidupnya di Tokyo setelah lama meneta...