XLIII. He, Real Family, and Universal Studios

301 46 3
                                    

"Orion!" Y/N berhenti mengejar bocah itu. Napasnya memburu dengan keringat yang hampir bercucuran. "Kembali!"

Orion tertawa dengan nakal kearah ibunya ketika wanita itu tidak dapat mengalahkan nya dari balap lari.

"Ibu kalah!" Orion tertawa lepas sebelum ia dengan senang berlari kearah Y/N. "Lain kali aku akan mengajari ibu berlari dengan cepat!"

Y/N menghembuskan napas dan menggelengkan kepalanya. Ia menuntun Orion untuk duduk disalah satu kursi dan menunggu Eren yang sedang pergi ke toilet.

Sudah hampir tiga jam mereka menghabiskan waktu di Universal Studios, sudah juga banyak wahana mereka naiki, dan itu cukup membuat Y/N lelah dan berkeringat.

"Ibu, hari ini aku sangat bahagia." Kata Orion, sambil memeluk boneka pinguin yang dibelikan Eren.

Y/N tersenyum dan mengusap helai rambut Orion dengan lembut. Ia sangat bahagia melihat suasana hati Orion kembali bersemangat dan ceria. "benarkah?"

"Iya, karena aku bisa bermain bersama ayah dan ibu." Bocah itu memeluk Y/N dari samping. "Ibu, Orion sangat menyayangi ibu dan ayah." Ujarnya.

Y/N tertegun sejenak sebelum ia mendekap Orion dengan hangat. Matanya terpejam dan mengecup kening Orion dengan sayang.

"Ibu juga sangat sangat menyayangimu, sayang." Bisik Y/N, wajahnya sedikit sendu.

Jika saja Eren bisa bersama mereka-
Tunggu, apa yang ia pikirkan? Tidak. Eren akan pergi tiga hari lagi, dan itu tidak bisa diubah.

Melihat Orion begitu dekat dan menyayangi Eren membuat Y/N agak ragu dengan pendirian nya sendiri. Tidak Y/N pungkiri bahwa ia tidak tega untuk memisahkan mereka nanti.

Eren berjalan dari kejauhan menghampiri mereka. Kedua tangan nya memegang permen kapas berwarna biru dan pink. Orion dengan cepat berlari kearah Eren, menerima permen kapas biru dengan ceria.

Y/N memperhatikan interaksi keduanya, hingga muncul rasa hangat dihatinya. Ia tidak lagi melihat sekitar untuk memastikan bahwa hanya ia yang berdua bersama Orion. Tidak, ini berbeda.

Kini terasa seperti memiliki keluarga sungguhan.

Eren menghampiri Y/N dan duduk disebelah wanita itu. "Untukmu." Katanya, sambil menyodorkan permen kapas pink itu.

Y/N menatapnya sejenak dan mengangkat alis dengan bingung. Ia tidak bertanya apapun, namun tetap menerimanya.

"Jangan malu-malu, aku tau kau mau." Kata Eren, agak mengejek.

Y/N memutar mata dengan kesal. "Aku tidak meminta. Kau yang membelikan aku, tuan Jeager."

"Mhm." Eren tersenyum dan menatap langit yang mulai menjingga.

Wanita itu menikmati permen kapas sambil sesekali mencuri pandang kearah Eren, memperhatikan fitur wajahnya yang tidak banyak berubah. Ia masih setampan dulu-dan pikiran seperti inilah yang membuat hati Y/N mengkhianati egonya.

"Aku telah memutuskan sesuatu." Eren berbicara, matanya kembali menatap Y/N. "Aku akan mengirimkan uang sampai Orion berkuliah."

Pernyataan itu membuat alis Y/N mengerut.

"Kau tidak perlu melakukan itu." Y/N menolak. "Aku bisa membiayai pendidikan, kebutuhan, apapun yang ia inginkan."

Eren menghela napas. "Y/N, kau tidak mengerti." Laki-laki itu memberi jeda. "Aku ayah dari Orion. Aku memiliki tanggung jawab."

Y/N tetap saja tidak bisa menerima itu begitu saja. Setelah enam tahun berjuang sendirian, egonya terlalu besar untuk menerima niat baik dari Eren.

"Kau takut aku akan mengambil Orion darimu?"

𝟗 𝐓𝐄𝐍𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐎𝐅 𝐄𝐑𝐄𝐍 𝐉𝐄𝐀𝐆𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang