Bab 8 : Balapan liar

206 16 0
                                    

Menjemput fajar dengan memasak kayaknya sudah jadi kebiasaan ku seminggu terakhir. Ehh maksudnya bukan Fajar Fathur tapi fajar matahari. Susah ya punya nama doi begitu amat. Fajar ngga pernah meminta tapi ngga mungkin jadi istri paling ngga berguna.

Ny. Isyana Fajar Fathur Asyari

Ngakak sih kalo ingat nama yang akan tersemat di baju ku. Terdengar pintu terbuka membuatku segera memakai hijab menyiapkan sarapan. Biasalah Fajar ngga akan anggap aku ada kalo keliatan aurat ku. "Mas sarapan dulu,"ucapku. "Masya Allah terimakasih tapi lupa saya bilang. Saya hari ini puasa,"ucap Fajar.

"Ngapain lu ngga bilang tau gitu, aku ngga usah masak se pagi buta ini,"ucapku kesal. "Biar ku bungkus buat Aresth aja,"ucap Fajar mengambil nasi yang sudah ku ambil ke kotak nasi. "Lain kali kalo puasa bilang biar ngga mubazir. Soalnya aku juga ngga pernah sarapan,"ucapku membereskan meja makan.

"Saya cuma puasa di hari Senin dan Kamis saja,"ucap Fajar ku angguki. "Besok lagi ku ingat,"ucapku berlalu ke kamar mengambil perlengkapan ku. Pergi ke pertemuan Bhayangkari baru ke kantor. Hadew makin banyak nih kayaknya kerjaan ku.

Tapi ini nikah hanya formalitas berkas aja sebenarnya. Liat di luar aja sudah terjemur baju juga lantai sudah kinclong apalagi sepatu nya.

"Permisi mau nganter undangan,"

Baru saja mau melihat siapa yang mengirim udah ke duluan sama Fajar. "Dari Aileen Dananjaya,"ucap Fajar memberikannya padaku. Atmosfer yang tadinya kondusif langsung memburuk mendengar nama yang tertulis di undangan.

"Datang?,"tanya Fajar membuyarkan lamunan ku. "Kayaknya gitu,"ucapku setengah iya setengah ngga. "Nanti aja di pikir lagi. Mending berangkat dulu aja,"ucap Fajar membuatku segera turun. "Kita berangkat bareng,"tanyaku memasuki mobil nya. "Iya biar lebih cepet dan satu arah juga kan,"ucap Fajar ku angguki.

Jalanan yang masih tenang membuat pikiran ku kembali melayang ke kertas undangan tadi. Aileen kenapa harus menghancurkan masa indah yang dia buat dengan pacaran dengan sahabat ku sendiri? Di antara semua gadis apa tidak ada yang jauh lebih baik.

"Masih pagi jangan over thinking,"ucap Fajar. "Trus apa masalahnya dengan mu? Aku kan ngga urusin masalah mu trus hubungan nya dengan mu apa? Jangan lupa apa tujuan kita nikah hanya formalitas aja,"ucapku. Ku dengar helaan nafas pelan nya bersamaan dengan istighfar.

"Ngga ada juga yang nyuruh nikah sama aku. Jadi ngga usah sok istighfar ya,"ucapku hanya terdengar helaan nafas pelan saja. Masih pagi sudah ambyar aja mood ku hanya membuat lelah saja. Kembali pikiran ku melayang entah kemana.

"Sudah hafal Mars Bhayangkari?,"ucap Fajar. "Kamu kenapa sih harus se ribet itu. Di suruh nyanyi ya udah nyanyi aja. Kenapa? Ada masalah kah dengan itu? Aku tau memang aku bawa nama mu dan aku bisa tempatkan diri.

Jadi ngga usah terus-terusan ikut campur ya,"ucapku. "Lain kali kalo orang lain yang bilang gini, pikir ulang lagi ya. Aku ngga masalah hanya saja mungkin jadi konflik,"ucap Fajar. "Oh jadi maksudnya aku pembuat rusuh? Hanya karena ngga tanggepi kamu ngomong yang selalu ikut campur. Waras ngga sih,"ketusku.

"Saya hanya bertanya dan memberi saran bukan untuk mengajari. Anda pasti jauh lebih bisa membedakan kan,"ucap Fajar membuatku makin muak. "Oh oke makasih Pak Fajar Fathur yang maha benar. Kebiasaan mu ngga pernah berubah. Suka ikut campur urusan orang,"ucapku kesal.

"Saya ngga ikut campur. Itu semua terserah Anda. Kalo ngga mau dengar ya sudah lupakan,"ucap Fajar berhenti di depan gedung tempat pertemuan Bhayangkari. "Sok ngatur,"ucapku berlalu keluar. Tanpa kata dan kalimat apapun lagi menemui pertemuan perdana.

-^-

"Bu Fajar nanti malam mau ikut jenguk Bu Gilang ngga,"tanya Yolanda. Sumpah ngga ada yang real semuanya palsu di sini. "Ehm boleh Bu,"ucapku tersenyum palsu. Padahal buat apa aku harus repot-repot ikut kegiatan ibu-ibu. Ku langkahkan kaki ku keluar gedung tanpa sepatah kata.

Ekawira Danadyaksa~Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang