Bab 5 : Mood Booster

224 22 0
                                    

"Ehh teman gue akhirnya mau nikah,"ucap Leony. "Akhirnya kalo jalan bareng ngga lagi jomblo,"ucap Clarissa membawa bayi nya yang masih mungil. Kalimat mereka hanya mengudara saja karena saat ini pikiran ku justru kosong.

"Aku bingung mau ngomong apa,"ucap ku. "Kamu sakit kah An,"tanya Clarissa ku gelengkan. "Aku cuma sedih mau jauh dari orang tua ku,"ucapku membuat mereka tersenyum tipis. "Ani itu ngga seburuk itu. Anggap aja kayak kamu kerja di sini. Sendiri dan jauh dari orang tua. Hanya bedanya maksud nya kamu menyempurnakan setengah agama mu.

Udah jangan sedih ntar hilang aura manten nya,"ucap Leony. "Iya An. Kamu tetap anak meskipun ngga lagi tinggal bareng mereka lagi,"ucap Clarissa membuat air mata di sudut mata ku menitik. "Udah ehh jangan nangis,"ucap Leony mengusap punggung ku.

Musik di luar sangat berbeda dengan musik di dalam kamar ku. Spotify memutar musik You are the reason. Bukannya akan senang di hari yang akan terjadi sekali seumur hidup. Pikiran ku entah mengapa hanya blank tanpa ada rasa apapun. Bukan benci bukan juga suka.

"Saya terima nikah dan kawin nya Isyana Utari Atmariani binti Indra Atmaja dengan mahar surah Ar Rum ayat 21 dibayar tunai,"

"Behh ngeri mahar nya,"ucap Clarissa. "Apanya yang ngeri? Aku minta itu biar aku sadar. Aku sudah jadi istri ada prioritas yang harus aku cintai dan melupakan yang lain,"ucapku sarat akan makna. "Aileen suatu saat nanti pasti nyesel An. Memang sekarang kamu liat mereka biasa aja tapi tunggu waktunya.

Secara apapun kamu memang terlalu baik buat Aileen. Kamu jauh lebih pantas dengan orang yang baik. Maka jangan sia siakan Fajar. Jodoh ngga bakal ketuker kok. Kalo memang Aileen jodoh mu pasti sekarang yang ijab kabul gimana pun jalannya pasti Aileen bukan Fajar,"ucap Leony bersamaan Fajar melantunkan mahar yang ku minta.

Bukan keinginan ku mencari sensasi di dunia maya. Dan jujur biar buat tamparan keras, aku sudah menikah dengan Fajar Fathur Asyari bukan Aileen Dananjaya. "Udah weh siap siap. Habis ini pasti Fajar masuk buat sholat habis nikah,"ucap Clarissa mengangsurkan sebuah kain penutup wajah.

"Assalamu'alaikum,"

Suara salam dan ketukan pelan itu yang membuat ku mendongak. Status baru telah tersemat di bahu ku.

"Waalaikumsalam. Ayo Cla kita keluar dulu,"ucap Leony berlalu sementara diri ku di biarkan duduk di kursi depan ranjang ku. Semenjak acara siraman aku seolah menjadi sosok asing bagi kedua orang tua ku.

Aku tau maksudnya ngga mau dengan melihat mereka jadi sedih. Tapi dengan sengaja menjaga jarak semakin membuat ku sedih. "Mau sholat dulu?,"tanya Fajar hanya ku angguki dari balik jilbab ku. Aku seorang istri saat ini bukan lagi anak yang harus mudah di atur.

Selamat datang kehidupan baru...

-^-

Sembari menengadah hati keras yang selama ini menolak akan doa mengenai  jodoh karena aku masih yakin akan kembalinya Aileen mengucur pelan. "An,"panggil Fajar mengangsurkan tangan nya. Tanpa rasa deg degan ku sambut perlahan.

Justru rasa dingin dari tangan nya yang membuatku tersenyum kecil sekaligus tragis dalam hati. Laki-laki yang harus nya tegas sampai dingin menyentuh tangan ku sedangkan aku? Entah berapa tangan yang pernah ku jabat. Tapi tangan satu ini, aku pastikan bisa ku hitung jari berapa kali tangan bukan muhrim tanpa sengaja menyentuh nya.

Tidak ada percakapan sesuai dugaan ku pada umumnya membuatku segera berlalu. "An tunggu bentar,"ucap Fajar membuatku tak bergeming dari tempat ku. "Maaf cuma bisa ngasih ini,"ucap Fajar memakaikan sebuah cincin. Tapi bukan cincin nikah di tangan ku yang lain.

Ekawira Danadyaksa~Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang