Prolog

889 33 0
                                    

Matahari perlahan mulai menyingsing pertanda pekerjaan ku usai. Ku matikan laptop ku sembari berjalan keluar dari gedung tempat ku bekerja. "Ani weh ngga ditungguin lagi,"ucap seorang perempuan tergupuh-gupuh. Lagian bukan kebiasaan ku pulang telat kecuali untuk beberapa hal.

"Hadew susahnya memang kalo ibu ibu,"ucapku berkacak pinggang. "Kayak lu ngga mau jadi ibu ibu aja An,"ucap Clarissa Adrian Fatah. Teman ku dari masa pendidikan sampai sekarang. Hanya ya kalian tau lah dari namanya yang memiliki nama laki-laki jelas kan kalo dia sudah berkeluarga.

Ya ya bukannya mau sombong atau gimana. Aku bukan wanita karier hanya saja tersisa aku di instansi yang masih awet menjalani masa lajang. "Lagian bu mil udah mau lahiran kenapa juga harus berangkat kerja,"tanyaku heran. "Biar cuti nya di akhir aja.

Btw kamu kenapa nih tumben kayak ngga mood hari ini,"tanya Clarissa. "Biasalah masih lajang pertanyaan dan tuntutan orang tua apa?,"tanyaku. "Waduh kalo itu mah gampang. Tinggal nikah aja loh. Tak kasih tau ya nikah itu enak nya banyak,"ucap Clarissa. "Bukan masalah nikah kocak. Aku masih belum ada niat dan ngga ada calonnya juga.

Aku masih ya masih mau kerja dulu lah,"ucapku. "Hey kalo cewek ketuaan nikah juga ngga bagus. Emangnya kamu mau punya anak di umur 40 tahun,"tanya Clarissa ikut di mobil ku. "Ngga 40 juga. Cuma kamu ngerti lah. Aku tuh masih,"ucapku menggantung di udara.

"Allahuakbar lamanya itu kamu belum bisa move on,"tanya Clarissa ku angguki pelan. "Gini An. Iya sih mungkin susah ya di saat kamu setia terus di mainkan dan ujungnya di tikung teman. Cuma ini sudah 5 tahun berlalu. Kamu ngga tau kabar mereka yang terbaru,"tanya Clarissa membuat ku mengingat sesuatu.

"Ada. Mereka mau nikah 2 bulan lagi,"ucapku menghela nafas. "Tuh. Ayolah cowok di dunia ngga cuman dia aja. Masih banyak cowok di luar sana yang punya kriteria jauh lebih baik. Saatnya move on An,"ucap Clarissa. "Kamu tau lah setiap aku mau memulai selalu terbayang dia dan akhirnya aku menghancurkan semuanya sendiri,"ucapku.

"Tenang tenang. Gini aja coba deh kamu ikuti tips ku. Seminggu kamu usahakan ngga ada buka apapun yang berkaitan dengan mereka,"ucap Clarissa. "Mungkin ya. Nanti lah ku coba. Kamu mau berhenti di rumah atau kantor suami mu,"tanyaku. "Rumah aja lah ngapain aku mau kesana pakai baju begini,"ucap Clarissa.

"Ribetnya hidup mu. Banyak sekali kegiatan,"ucapku. "Loh kalo Persit kan wajib An. Lagian kamu ngga mau cari Mas kacang ijo juga kah. Biar satu instansi dua kali dengan ku,"ucap Clarissa mulai ngawur. "Boro-boro mau cari. Aku aja masih belum bisa berjalan dari masa lalu,"ucapku.

"Ku kira saat aku sampai di titik yang jauh dari mereka. Mereka bakal kecewa ternyata ngga ada bedanya dan malah makin jadi,"ucapku. "Itulah. Sekarang yang penting kamu fokus untuk hidup mandiri aja. Ngga usah pikir neko-neko. Ikhtiar sama minta petunjuk,"ucap Clarissa saat aku berhenti di depan rumah nya.

"Iya mungkin,"ucapku. "Dah lah tuh jangan dipikirin mulu. Ntar malah ngga fokus di jalan loh. Makasih yak,"ucap Clarissa ku angguki sembari melanjutkan perjalanan. Benar saja bayangkan selama 3 tahun itu adalah masa SMA. Dan parahnya kenapa harus teman ku sendiri terlebih komentar yang di bubuhkan Aileen.

Ya Aileen Dananjaya. Sosok dibalik mengapa sampai sekarang aku masih belum bisa mencintai orang lain. Yang benar saja justru dia sengaja memasang adios soltero hanya untuk menyatakan sampai jumpa kesendirian nya. Aku yang terlalu bodoh atau bagaimana sampai ngga bisa lupa sampai sekarang?

AWASSSS

Suara teriakan nyaring membuatku membanting setir sebelum akhirnya aku tak ingat lagi selain teriakan.

-^-

Bunyi monitor terdengar begitu pelan bersamaan dengan mata ku terbuka. Yang ku lihat pertama adalah korden dan sakit sekali di bagian kepala ku. Beberapa bagian tangan ku ada lebam yang tak begitu parah. Aku aja begini astgfirullah bagaimana dengan orang yang berteriak tadi.

Ekawira Danadyaksa~Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang