Fajar POV
"Astaga El,"ucap Allisya sedari tadi tengah asyik bersenda gurau dengan Dokter Rafael terdengar riuh. "Fajar aja loh santai ya kan bro,"ucap Rafael hanya ku angguki. "Udah eh ketawa mulu ngga enak juga,"ucap Allisya menghentikan tawanya.
"Fajar besok kamu sudah boleh pulang. Kami sudah narik kasus mu. Mungkin dengan alamat yang kamu kasih setidaknya ada titik terang,"ucap Rafael membuatku kembali merasa begitu gelisah. Diri yang cacat ini tak bisa lagi menaungi dirinya. "Kamu lagi sedih ya Jar?,"tanya Allisya hanya ku gelengkan pelan.
"Aku hanya khawatir,"
"It's Okey. Lagian Allisya itu loh cewek ter bar bar yang ku tau. Tetap semangat Jar nanti kamu masih bisa kembali melihat dengan donor mata. Kembali mendengar dengan donor pita suara. Juga sumsum tulang belakang. Kamu orang baik selama beberapa hari ini. Allah maha adil kok,"ucap Rafael menepuk bahu ku.
Beberapa hari, sama aja dengan fakta selama itu juga aku ngga berada di rumah. Bagaimana kabar gadis itu? Semoga dia sudah pulang sejak hari aku berada di sini. "Eh bentar ada panggilan darurat. Aku duluan ya,"ucap Rafael segera berlalu kembali menyisakan ku dengan Allisya seperti beberapa waktu lalu.
"Jar aku pernah baca artikel. Ada yang namanya musik yang bisa membuat pikiran tenang. Maybe kamu ngga mau cerita karena aku memang baru saja kamu kenal. It's Okey. Aku ngga masalah jadi kamu bisa mendengar musik ini siapa tau kamu bisa lebih tenang,"ucap Allisya.
"Ngga terlalu bagus sih permainan biola ku Jar. Cuma bisa lah buat di dengar,"ucap Allisya mulai memainkan biola dengan nada yang tenang. Gadis ini semoga selalu diberi kebahagiaan. Dia selalu tertawa sepanjang hari tanpa peduli dengan hidupnya yang tengah berliku.
Tak terasa malam kini semakin larut
'Ku masih terjagaInstrumen biola berpadu dengan suara merdu Allisya terdengar begitu syahdu. Tidak. Ini lebih terdengar menyesakkan hati saja. Ingatan ku tentang Isyana semakin memenuhi pikiran. Sedang apa dirinya? Bagaimana kondisinya? Apa dia akan disalahkan keluarganya karena aku yang tak kunjung kembali?
"Kau baik-baik saja,"tanya Allisya ku angguki pelan. Suaranya terdengar serak. Apa dia usai menangis? Apa mungkin gadis itu bisa menangis hanya karena sebuah lagu?
"Kau menangis?,"
"Ndak juga. Aku menyebutnya bahagia. Kadang saat mendengar lagu, perasaan yang tadinya tenang bisa saja berubah kan. Begitu juga dengan diriku. Aku hanya mengingat bagaimana dulu ada seorang laki-laki seusia mu dengan profesi yang sama beberapa tahun lalu. Malam itu ku rasa aku begitu enggan melepasnya mengamankan aksi.
Tapi ya sudahlah. Itu juga bagian dari nya. Begitupun dengan ku yang harus bekerja mengumpulkan uang untuk menikah. Ayolah mungkin saja Allah ingin dia mendapatkan bidadari yang cantik bukan perempuan pecicilan kayak aku kan. Dia pergi dengan begitu tenang dan senyum yang luas malam itu. Ah sudahlah untuk apa aku berbagi cerita sendu itu,"ucap Allisya segera.
"Dia pasti bangga punya perempuan kuat yang pernah mengenalnya dengan baik,"
"Hah yang benar saja. Dia saja selalu bilang, aduh Sya sudahi pecicilan mu. Nanti kalo di rumah aja. Kan asem,"ucap Allisya membuat sudut bibirku terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekawira Danadyaksa~Completed
RomanceMenikah dengan perjodohan bukan hal yang bagus ralat lebih tepatnya hanya pihak laki-laki yang sudah lebih dulu mencintai pihak perempuan. Bak kata pepatah menikah dengan orang yang mencintai dengan tulus, begitu Isyana diperlakukan istimewa seolah...