Fajar POV
Sembari duduk santai di teras ku ingat bagaimana kesalnya seorang Isyana kemarin membuat senyum kecil terukir tanpa ku minta. "Jangan senyum senyum atuh Ustadz. Saya yang ngeri liatnya,"ucap Ilyas yang lewat. "Eh Gus. Mari,"ucapku mengajaknya duduk bersama.
"Nggih Ustadz. Tapi saya masih ada urusan dengan Ustadz Yahya. Saya pamit Ustadz. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumussalam,"ucapku tersenyum lebar. Baru saja mau masuk tepukan khas hinggap di pundak ku. "Hehe,"ucap Aresth dengan wajah cengengesan menatapku. "Salam kah apa gitu bisa ngga Res. Lama-lama kamu kayak jelangkung,"ucapku sebal mengajaknya masuk.
"Assalamu'alaikum Abi,"ucap Aresth begitu bertemu dengan Usman di ruang tamu. "Waalaikumsalam Nak. Lama ngga main ke sini lagi,"ucap Usman menyambut sumringah. "Beda Bi. Dulu aku ke sini mau ketemu Fajar. Sekarang Fajar sudah nikah asyik nya sama istri nya terus. Ngga enak ntar ganggu,"ucap Aresth sok iya.
"Bisanya gitu,"ucapku. "Lah kamu kapan nih ngundang Abi,"tanya Usman terkekeh. "Aresth kan beda kayak Fajar yang sudah nemu destinasi sejak awal sampai masuk Akademi Kepolisian. Kalo saya mah ngga tau Bi,"ucap Aresth menggaruk tengkuk nya. "Istikharah aja Nak. Kalian memang lagi pengen kumpul biasa atau ada kerjaan,"tanya Usman.
"Lagi kumpul sama mau berangkat kerja sekalian hehe. Ngga papa kan Bi,"tanya Aresth. "Ngga usah sungkan-sungkan Res. Kayak biasa aja nanti sebelum berangkat sarapan dulu. Atau ngga bawa bekal. Oiya Abi mau pergi dulu ya. Ada urusan sebentar,"ucap Usman berlalu menyisakan ku dengan manusia yang berwajah ceria katanya.
"Tumben sepi mana Mba Isyana,"tanya Aresth.
"Ku geprek kalian panggil aku Ustadzah lagi,"baru saja mau ku jawab, sosok yang dibicarakan pun tiba.
Sontak membuatku segera berdiri membantu nya masuk. "Ish ngapa sih. Aku mau coba jalan sendiri,"ucap Isyana sebal menghempas tangan ku. "Eh Mas Aresth udah lama,"tanya Isyana menyapa ringan.
"Ngga juga Mba. Gimana kabarnya Mba,"tanya Aresth. "Ya gitu,"ucap Isyana menyunggingkan senyum sebelum berlalu. "Antara ada dan tiada. Ahaha habis kamu apain itu Jar jadi agak cringe kalo ketemu kamu,"tanya Aresth. "Ngga papa,"ucapku tersenyum kecil.
"Kamu ngga mau izin dulu sama Mba Isyana,"tanya Aresth begitu usai ku kenakan sepatu. Ayolah kalo saja kemarin aku menggunakan otakku lebih cerdas pasti ngga mungkin berangkat sama manusia cerewet satu ini. Singkat cerita motor ku ketinggalan di kantor gara-gara buru-buru langsung aja ikut sama Arka yang waktu itu juga sama buru-buru karena ada urusan.
"Fajar sama Aresth mau berangkat Nak,"sapa Nayla. "Iya Ummi. Hehe Ummi kangen Aresth ya,"ucap Aresth begitu ke pedean. "Emang kamu siapa yang perlu di kangenin Res,"tanyaku sebal. "Jarang ke sini sih. Kan jadi pangling,"ucap Nayla jenaka. "Loh Fajar kamu mau berangkat ngga pamit sama Ani dulu,"tanya Nayla.
Kan kan sudah ku duga. "Iya tuh Ummi. Sudah ku bilangin ngga mau denger dari tadi,"ucap Aresth menambah kesal. "Memang kebiasaan buruk Mas Fajar. Berangkat langsung ilang, datang tiba-tiba. Jelangkung,"ucap Ani sinis. "Makanya biasakan izin. Lanjutkan An, Ummi mau masuk dulu,"ucap Nayla berlalu.
Dengan langkah ragu, perlahan ku ulurkan tangan ke arahnya sebelum di sambut dengan wajah cuek nya. "Izin berangkat,"ucapku pelan. "Hmm pulang ngga usah di telfon sadar diri aja. Ngga usah sok pengen di telfon,"ucap Ani pedas. "Ahaha iya Mba kebiasaan Fajar itu sengaja pulang lambat,"ucap Aresth hanya bisa menambah masalah saja.
"Oh gitu ya. Mas Aresth nanti kalo dia ngga mau pulang lagi sekalian karungi bawa pulang ke rumah mas aja ya. Kebiasaan kayak jelangkung,"ucap Ani. Entah apa yang membuatnya jadi sangat pedas pagi ini. Tidak kamu juga yang salah Jar ngapain pake acara pulang lambat segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekawira Danadyaksa~Completed
RomantizmMenikah dengan perjodohan bukan hal yang bagus ralat lebih tepatnya hanya pihak laki-laki yang sudah lebih dulu mencintai pihak perempuan. Bak kata pepatah menikah dengan orang yang mencintai dengan tulus, begitu Isyana diperlakukan istimewa seolah...