Bab 3 : Sun Storm

278 21 0
                                    

Ku tatap layar dengan tak semangat. Harusnya lusa, tapi Ibu ku malah memajukan hingga nanti malam. Aku hari ini belum bertemu rekan ku yang biasanya mengobrol karena sengaja berangkat cepat. "An ngga makan siang,"tanya Meylan membuatku mendongak.

"Astagfirullahaladzim kenapa lagi muka mu itu,"tanya Fara membuat ku melihat layar. Benar saja wajah tampak kusut dengan mata panda juga perban di kening ku membuatku sudah mirip zombie saja. "Ngga papa Mbak lagi fokus hehe,"ucapku ikut dengan mereka menuju kantin.

"Heh kenapa kamu kayak banyak masalah,"ucap Leony menyenggol lengan ku. "Hah aku mau nikah,"ucapku santai tapi sukses membuat Leony tersedak. "Ngga lucu bercanda mu,"ucap Leony mengusap bibir nya dengan tissu. 

"Yang bercanda siapa. Ibu semalam telfon dan sudah tau kasus kecelakaan ku. Makanya Ibu bilang kamu ngga cerita berita sepenting itu. Jadi Ibu ngga mau cerita aku dilamar siapa. Tapi yang jelas aku harus terima,"ucap ku menelungkupkan wajah ku di atas meja.

"Lu sih pakai ngga cerita. Paling suami mu antara dua. Pakai keris atau pakai songkok,"ucap Leony santai. "Maksud nya,"tanyaku heran. "Lagian setiap orang yang mau dikenal kan ke kamu kan aku yang ketemu sama Mas Erick semuanya itu gitu,"ucap Leony.

"Maksudnya suami ku kalo ngga kalangan agamis paling orang Jawa gitu,"tanyaku. "Yup paling kalo ngga berjenggot tebal ya yang Jawa banget pakai gelar,"ucap Leony. "Ngga papa kalo Jawa kalo Ustadz ngga bisa kerja lagi dong aku,"ucapku cemberut.

"Kamu ngajuin syarat aja dan bilang kalo memang jadi pelayan publik sudah cita-cita,"ucap Leony. "Bener juga. Tapi RIP Isyana yang suka bar bar,"ucapku. "Makanya jangan Aileen Dananjaya terus. Tapi kayaknya menurut ku loh ya ini. Tapi ngga tau,"ucap Leony aneh.

"Suami mu ngga jauh jauh pokoknya dari kehidupan keluarga mu,"ucap Leony membuatku menarik senyum kecut. "Duh Gusti ngga bisa kah aku milih,"tanyaku lelah. "Kamu yang milih keburu aku punya anak 4,"ucap Leony.  "Ngga lah ya kali,"ucapku kesal."Udah siapkan aja mental.

Kalo kamu ngga suka ya pakai cara biasa mu,"ucap Leony. "Iya sih cuma aku lebih takut ketemu sama Ibu,"ucap ku. "Huh ngga papa santai aja. Mending makan gih ntar biar ngga pucat sekali muka mu,"ucap Leony mengangsurkan bakso. Iya he kenapa ku bawa susah. Kan itu bukan gaya seorang Isyana.

-^-

Jalan yang biasanya ku lewati kali berbeda karena aku menyempatkan pergi ke kantor polisi. Ngga mungkin cari angin ya. Masih ingat kan si kotak bekal kemarin tuh. Aku ngga mau jadi penghalang hubungan orang karena aku juga ngga mau nanti terjadi dengan ku sendiri.

"Permisi Pak,"ucapku di gerbang. "Iya Mbak ada apa ya,"tanyanya. "Ehm Pak boleh tanya ada Pak Fajar nya?,"tanya ku. "Pak Fajar kebetulan belum pulang. Ada perlu Mbak,"tanyanya. "Ehm ini Pak. Titip buat Pak Fajar,"ucapku. "Jangan gratifikasi Mbak,"ucapnya membuatku tercengang.

"Saya mau kembalikan tempat bekal Pak. Saya yang nabrak Pak Fajar tempo hari dan beliau kemarin sempat kasih makanan. Jadi saya kembalikan atau gini deh daripada bapak anggap gratifikasi dibuang aja deh,"ucapku. "Oh ya sudah Mbak. Atas nama siapa?,"ucapnya.

"Isyana,"ucapku singkat. "Ada pesan yang mau disampaikan,"tanyanya. "Makasih ya Pak,"ucapku. "Jadi untuk Pak Fajar saya tuliskan dari Isyana, pacar bapak dengan pesan terimakasih. Sudah begitu,"ucapnya membuatku menatapnya geram sendiri. "Pak saya ngga bilang pacarnya,"ucapku.

"Loh terus saya tulis seperti apa,"tanya nya. "Tulis aja Isyana ngga usah pakai embel-embel Pak,"ucapku sembari melirik jam tangan. "Loh itu Pak Fajar,"ucapnya menunjuk sosok yang tengah memakai helm. "Tau lah yang jelas sudah saya titip. Amanah Loh pak,"ucapku.

"Ya sudah,"ucapnya pasrah membuat ku terkekeh puas. Nah gitu dong, jadi aku yang senang kan. Jadi urusan dengan Fajar beres kan.

"ANI,"ucap suara memanggil ku keras membuatku menoleh. Ku lihat Fajar memakai motornya dan mendatangi ku. "Terimakasih tapi kenapa ngga kasih langsung,"tanya Fajar mendatangi ku. "Karena saya ngga tau gimana cara kasihnya,"ucapku tanpa basa basi.

Ekawira Danadyaksa~Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang