Bab 26 : Cerita

135 10 0
                                    

Fajar POV

Ku susun rapi semua dokumen bukti yang telah di ulas. "Kasihannya Mbak Isyana pasti kena cibir banyak orang hanya karena kerjaan Aileen,"ucap Widya membuatku terdiam sejenak. "Kenapa? Kamu pernah liat sendiri Wid,"ucap Aresth penasaran.

"Iyalah. Orang rajin itu banyak musuh Jar. Apalagi Mbak Isyana orang nya disiplin lagi sampai jadi kesayangan Bu Yolanda. Beh menambah haters. Padahal Bu Yolanda sudah kasih tau ngga usah saling menjatuhkan selama belum ada bukti,"ucap Widya membuatku terdiam.

"Memangnya kamu ngga pernah liat Mbak Isyana tertekan kah Jar. Cewek biasanya keliatan kalo tertekan,"ucap Aresth membuatku mengingat bagaimana raut bahagia mendengar kasus yang menyangkut nama nya usai dan dirinya bisa kembali.

"Ani ngga pernah cerita. Ku akui Isyana memang orang nya terbuka. Tapi untuk beberapa hal dia milih diam. Mungkin itu kali ya sampai dia jingkrak jingkrak waktu tau kasusnya mau selesai tadi pagi,"ucapku berpikir. "Eum mungkin. Coba aja ajak Mbak Isyana ngomong pelan-pelan. Atau ngga itu nah hari ini kan ada pertemuan rutin Bhayangkari.

Coba aja nanti lah kalo senggang Coba liat ke sana. Jadi kan kalo ngga bener bisa cepet di bersihkan ngga jadi gosip. Ngga enak pasti apalagi Mbak Isyana orangnya humble,"ucap Widya. "Kok kamu hafal jadwal Bhayangkari Wid,"tanya Aresth mencairkan suasana otak ku.

"Ya mungkin aja ada Bhayangkara yang membuatnya mau tinggal lah. Tuh kan Res apa ku bilang? Nyesel kan kalo gini,"ucapku terkekeh. "Matamu. Aku kan sering ketemu Bu Yolanda. Beliau cerita tentang Bhayangkari jadi aku tau lah,"ucap Widya tak mau kalah. "Res aman ternyata. Sana lamar sudah. Perlu ku bantu ngomong kah,"tanyaku.

"Ngga usah ngajak kelahi lah Jar. Sana sudah katanya mau liat kegiatan Bhayangkari. Sudah jam makan siang juga kan ini,"ucap Aresth sementara Widya sudah tebal telinga mendengar ledekan ku satu ini. "Sabar Res. Aku tau kok kamu perlu waktu sendiri merenungkan cara melamar Widya,"ucapku berlalu bersama Widya mengabaikan umpatan yang memenuhi ruangan.

"Jar bilangnya mau ada haul atau apa gitu di pondok mu,"tanya Widya ku angguki. "Iya Wid. Haul nya Mbah Kyai Sulaiman. Kakeknya Abi Wid. Kamu mau datang?,"tanyaku. "Eum boleh tapi kamu tau kan aku ngga bisa syari sekali baju ku. Apalagi ngga ada Mbak Isyana malah makin in another life,"ucap Widya membuatku tergelak ringan.

"Ya ngga gitu juga. Tapi nanti sore aku sudah bawa Ani pulang. Jadi datang aja ngga papa kok,"ucapku. "Okey aman aja. Ehh Jar ada Mbak Isyana,"ucap Widya menunjuk seberang pagar. Sosok Isyana dengan baju merah muda bergabung dengan perempuan dengan pakaian yang sama juga.

"Cari mukanya pinter kok Bu Fajar kan Bu,"

"Alah kalo aku malu Bu. Masa istrinya Ustadz. Mantunya ulama besar bisa bisanya malah ada pikiran selingkuh,"

"Aku ngga paham agama tapi yo isin toh Bu,"

"Makanya Bu. Dari kecil orang tua loh wanti wanti. Jangan coba main api. Pantes sudah mau 4 bulan lebih nikah ngga isi. Ehh ternyata masih ada niat kabur,"

"Oh mungkin harta nya Pak Fajar kan ngga sebanyak pengusaha properti,"

"Loh cocok kok Bu. Yang laki nya itu selingkuh dari istri nya. Yang cewek juga gitu. Alah laki cewek sama aja. Kenapa ngga nikah aja daripada nikah dengan yang lain tapi dunia masih tetap milik berdua,"

Ekawira Danadyaksa~Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang