Bab 24 : Kegilaan

144 14 0
                                    

"Itu sudah lama beneran aku ngga kemana-mana selama WFH,"ucap Isyana meremas tanganku membuat senyum terukir manis di bibir ku. Entah dia yang terlalu panik atau aku yang terlalu santai.

Ku lihat klip potongan video Aileen dan Isyana merencanakan kawin lari. Juga perasaan lelah dengan pernikahan yang kami jalani. Ku hela nafas perlahan, mungkin aja video ini benar terjadi. Namun dengan melihat wajah ayu nya sampai memerah menahan tangis.

Aku ngga mau mengulang kesalahan ke dua kalinya hanya karena media. Aku sudah berada di dekatnya lebih lama dari waktu itu. "Bu ini kan video bisa aja editan,"ucapku. "Iya Mba. Saya yakin Isyana ngga begitu,"ucap Nayla. "Itu asli Jar. Memang aku bukan polisi tapi aku lebih paham tentang beda video habis edit total dengan ngga,"ucap Satya.

"Bu Isyana ngga selingkuh. Beneran itu sudah lama dan aku sudah nyesel,"ucap Isyana. "Umma beneran. Sekalipun Aileen pernah maksa buat kawin lari dengan nya. Aku ngga pernah ada pikiran begitu,"ucap Isyana membuat ku menoleh ke arahnya.

Sudah ku duga. Potongan video ini mungkin saja video selama 3 bulan terakhir. Apa aku terlalu egois membiarkannya duduk di dekat ku sepanjang hidup? Hingga membuatnya sampai berusaha sekeras itu untuk lepas dari hubungan pernikahan dengan ku?

"Mba Nay. Saya minta maaf ngga bisa mendidik Isyana dengan baik. Makanya lebih baik saya ambil aja Isyana nya Mbak,"ucap Gita menggenggam erat tangan Nayla. "Ngga ada Mba. Isyana anak yang baik kok,"ucap Nayla tersenyum lembut.

"Abi betulan itu memang Ani tapi sudah lama,"ucap Isyana berusaha meyakini semua pihak. "Iya Pak Indra. Bener kata Umma nya Fajar. Isyana anaknya baik pak,"ucap Usman. "Ngga papa Pak. Biar kami bisa sedikit mengajari Isyana untuk beberapa hari,"ucap Indra bersikeras.

"Eum mungkin Ibu nya Ani kangen sayang. Makanya pengen Ani ke rumah. Jarang tuh kan setelah menikah Ani di rumah Ibu,"ucap Nayla menenangkan Isyana yang panik sendiri. "Tapi nanti Ani balik ke sini kan Bu,"tanya Isyana. "Tergantung kamu mau berubah atau ngga,"ucap Gita cukup membuatnya makin panik sendiri.

"Ani kan memang anak baik. Anggap aja main ke rumah Ibu ya sayang,"ucap Nayla mengusap kepala Isyana pelan. Ujian apalagi ini? Di saat harusnya baru saja ku reguk manisnya hubungan pernikahan, masalah baru datang silih berganti begitu saja. Aku hanya bisa terpaku melihatnya menangis pilu dalam pelukan Nayla enggan dibawa pergi.

Sekarang aku ngga punya wewenang menahan Isyana tetap berada bersama ku. Biar saja waktu yang menjawab semua jawaban dari semua pertanyaan itu. Sekaligus memberikan waktu Isyana refresh. Barangkali dia bosan berada di dalam lingkungan tempat tinggal ku.

"Saya pamit dulu Mbak Nayla, Pak Usman. Harusnya kami bisa lebih mendidik Isyana sebelum buat malu keluarga mertuanya,"ucap Indra berlalu bersama dengan Gita yang membawa Isyana yang terus saja menangis. Ingin rasanya tangan ku yang terulur menghapus air mata itu.

"Nanti coba kamu periksa video yang nyebar itu Nak. Sementara anggap aja Isyana lagi pengen menghabiskan waktu dengan orang tua nya,"ucap Usman menepuk bahu ku. Apalagi ku lihat Nayla yang sudah mulai lemas. Aileen ngga cukup kah menjadi masa lalu yang terburuk? Bisa kah kau cukup meninggalkan Isyana saja tanpa perlu menyisakan jejak?

Bugh

Sontak dorongan serta pelukan yang begitu erat cukuplah membuat tubuhku terdorong beberapa langkah. "Mas aku memang pernah ketemu Aileen tapi itu sebelum kecelakaan. Beneran,"ucap Ani meraung keras. "Hust udah An. Aku percaya kok. Sekarang kamu pulang aja ya istirahat. Tenangkan pikiran biar cepet sembuh,"ucapku mengusap kepalanya lembut.

Baru saja aku berencana hal indah tapi aku yakin Allah bukan menggagalkan tapi menunda dengan rencana yang lebih indah. Ku dekatkan bibir ku di telinga nya sembari berbisik pelan. Smoga saja kalimat ini setidaknya bisa membuatnya tenang.

Ekawira Danadyaksa~Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang