Fajar POV
Di antara semua jenis kenakalan remaja yang pernah ku buat. Satu ini ngga masuk dalam daftar. "Pak Fajar. Lukanya di obati dulu,"ucap Arman. "Ntar aja Man. Mending bawa dulu mereka ini,"ucapku mengabaikan luka terkena beling. Lagian beling nya juga ngga masuk jadi ngga begitu masalah.
Baju ku? Untung warnanya coklat jadi nggak keliatan habis kena darah cuma keliatan basah aja waktu di sentuh baru terlihat. "Eh Jar. Mending kamu nurut aja di obati. Pasti Mbak Isyana kaget tuh liat luka mu,"ucap Aresth. Kalo saja bener kayaknya aku lebih memilih yang satu itu deh.
Ngga bohong aku. Lagian siapa suami yang ngga mau di sayang dan di peduli kan istri? Biar yang ditanya Presiden sekalipun akan lebih memilih luka babak belur. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan jam setengah 9. Mungkin saja Isyana memilih pergi ke rumah sakit sendiri.
Ku kendarai motor ku kembali ke kantor sebelum akhirnya pulang. Rasa dingin angin malam yang berpadu dengan luka yang tergores cukup membuatku meringis. Apa yang sedang dilakukan Isyana sekarang? Hah menyebut namanya saja sudah membuatku terbayang paras cantik manis dan menawan.
Apalagi saat ku lihat wajah imut nya tersenyum melambai saat ku antar. Huh beneran ngga nyesel aku harus menunggu sedikit lebih lama. "Astagfirullah weh Fajar pergi dulu sana berobat,"ucap Widya. "Nanti sekalian pulang,"ucapku mengurus beberapa hal terlebih dahulu.
"Ntar Mbak Isyana ngamuk baru tau,"ucap Widya. "Kan aku ngga ngapa ngapain. Lagian jam segini Isyana sudah istirahat. Sudah ehh aku mau ngurus tadi dulu biar cepat kelar,"ucapku. "Itu lukamu Fajar. Mau cari mati ini orang,"ucap Widya. "Nggak alay Wid. Ini cuma luka kebeset beling biasa,"ucapku santai memakai jaket yang terasa pedih saat mengenai luka.
"Cuma?,"
Suara feminim yang sangat jarang ku dengar tapi sangat ku kenal membuat ku berbalik melihat Isyana melipat tangannya di depan dadanya dengan tatapan mata tajam. "Maaf An. Ku kira kamu sudah pergi ke rumah sakit dulu. Ya sudah ayo ku antar kerjaan ku sudah selesai kok,"ucapku mendatangi nya.
"Kamu kelewat dodol kah? Luka begitu dibilang alay? Sengaja gitu kan?,"ucap Isyana pelan tapi setiap kata mengandung penekanan. "Fajar lu tadi ehh udah ya,"ucap Aresth ngapain pake telat segala. Tanganku di tarik pelan membuatku kaget setengah mati tapi ngga lagi refleks.
"Avv Fajar ngga ada obat,"ucap Aresth dengan usilnya. "Istri sendiri juga kaget waktu di gandeng? Masya Allah sekali kamu Fajar,"ucap Widya tak kalah ramai nya di susul rekan satu letting. Tanpa kata, Isyana membawa ku ke arah rumah sakit tempat Gita di rawat.
"Mas tolong suami saya beberapa bagian tubuhnya luka,"ucap Isyana tanpa melepas tangannya. Fix kayak gini kalo bisa ada kejadian kayak tadi lagi. "Udah lepas,"ucap Ani membuat lamunan ku buyar. Luka di lengan ku di jahit perlahan sementara ku lihat wajahnya yang pias melihat luka di lengan ku.
"Maaf,"ucapku merasa salah tentang apa salahnya nanti aja di pikir. "Besok lagi kamu sok kuat ku gantung di jemuran,"ucap Ani membuatku tersenyum dalam hati. Luka kecil yang ngga seberapa ini sukses menyita perhatiannya. "Makasih ya Allah,"ucapku dalam hati bersyukur.
Jangankan Widya sama Aresth, aku juga mau jungkir balik sujud syukur kalo tau bakal kayak gini. Secara ini Isyana, yang gandeng tangan ku cuma 2 kali aja. Sekali waktu pedang pora dan ini yang kedua. Karena waktu dia sakit, aku lebih banyak menggendong nya.
Orang sakit biasanya jadi manja kalo Ani yang sakit mending aku jaga seharian di kantor deh. Semuanya salah belum lagi kalimatnya makin singkat makin kena juga. Pokoknya ngga rekomendasi kalo Ani yang sakit.
Definisi luka yang ku rindu. Pedih nya ngga seberapa tapi manisnya Ani ngga ada bandingan. Perlahan meskipun aku ngga yakin ke depannya akan trus ada perkembangan. Aku mulai tau rasanya punya istri yang peduli dalam artian dia mau menerima ku ada di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekawira Danadyaksa~Completed
RomanceMenikah dengan perjodohan bukan hal yang bagus ralat lebih tepatnya hanya pihak laki-laki yang sudah lebih dulu mencintai pihak perempuan. Bak kata pepatah menikah dengan orang yang mencintai dengan tulus, begitu Isyana diperlakukan istimewa seolah...