Fajar POV
Mataku menatap nyalang laki-laki yang berdiam di hadapan ku dengan mobil nya. Yang mungkin saja jadi alasan kenapa Isyana menelfon meminta ku tak percaya semua kalimat makhluk di depan ku.
"Sudah malam dan waktunya beristirahat. Sekalipun tamu tidak di benarkan bertamu di jam segini,"ucap ku menatapnya kesal. "Oh iya maaf ya Pak Fajar. Masalahnya aku harus jemput Isyana, calon istriku,"ucap Aileen. "Calon istri mana yang kamu maksud? Di pondok pesantren hanya ada satu Isyana.
Dan itu sudah menikah tuan. Jadi jika Anda memang masih punya akal. Pintu pondok masih bisa saya buka kan,"ucap ku berusaha mendengarkan makhluk ini. "Ngga usah sungkan-sungkan lah. Atau kamu ngga tau Isyana minta kawin lari yang tersebar,"ucap Aileen membuatku mengangguk paham. "Wah jadi anda sungguh benar-benar kurang beradab ya,"ucapku.
"Daripada sok agamis padahal bejat kayak lu. Udahlah mana Isyana,"ucap Aileen hanya ku senyumi. "Isyana itu istri saya. Jadi saya berhak bertanya atas dasar apa Anda meminta Isyana harus kembali,"ucapku. "Ngga usah macam-macam kamu. Aku tau Isyana tertekan. Kamu yang harusnya ku laporkan,"ucap Aileen hanya membuat ku terkekeh ringan.
"Laporan atas dasar apa? Kenapa ngga tanya Ning Isyana saja,"tanyaku mengeluarkan ponsel ku menekan panggilan ke Isyana. "Alah nanti kamu yang denger sendiri Isyana mau kawin lari dengan ku,"ucap Aileen bersikeras. "Halo An. Ada yang jemput kamu nih. Bener katanya kamu terpaksa jadi istri ku,"tanyaku me loudspeaker panggilan.
"Gila mu. Kamu nih kapan jemput Mas? Ngga enak tidur sendiri,"ucap Isyana entah mengapa dia totalitas sekali akting nya. "An ini aku Aileen,"ucap Aileen menyahut. "Lu ngapain dekati Fajar? Mas jauh jauh ntar ketularan virus gilanya,"ucap Isyana membuat hati kecil ku tersenyum meskipun itu bagian dari akting nya.
"An aku tau kamu cuma bohong kan,"ucap Aileen. "Buat apa? Buat kamu biar ngga malu punya anak hasil MBA kah? Ahaha,"ucap Isyana sarkas sontak membuat raut wajah Aileen mengeras menahan amarah sebelum akhirnya pergi bersama dengan mobilnya berlalu meninggalkan kawasan pondok begitu saja.
"An istighfar An. Bisanya kamu buka aib orang,"ucapku. "Lupa cok ehh refleks yang barusan tadi,"ucap Isyana terkekeh diselingi ocehan membuatku terngiang saat berada di dekat ku. Ku tutup panggilan sembari berlalu pulang. Bukti sudah ku kantongi terkait berita viral yang melibatkan Isyana. Sedikit lagi Isyana kembali mengoceh riang di sekitar ku.
Membayangkan saja cukup membuatku tersenyum senang. "Hayo mikir apa tuh,"sapa Najwa. "Kayak setan aja ngga salam dulu,"ucapku. "Ya sudah Ustadz. Mending istirahat gih. Kayaknya kangen dengan Ning Isyana ya,"tanya Najwa. "Iyalah siapa lagi. Maklum ya bukan jomblo saya,"ucapku tersenyum lebar membuatnya mencebik sembari berlalu pergi.
"Wah sukanya nih ganggu para jomblo. Ngga fair,"ucap Ilyas. "Apanya yang ngga fair. Ngomong-ngomong kamu kapan lamaran,"tanyaku. "Ngga harus cepat. Saya masih harus kerja dulu Ustadz,"ucap Ilyas. "Ikhtiar bener juga. Tapi nanti kalo sudah di tikung jangan nangis aja intinya,"ucap ku tergelak membuatnya menahan senyumnya penuh keresahan.
Bukannya menakuti, hanya saja hal itu juga sama dengan ku saat itu. Sebelum tragedi kecelakaan, salah satu rekan ku dapat info gadis yang ku cari sudah punya kehidupan baru. Nyatanya dia masih melajang. Juga rumah yang di tempati ternyata rumah dinas. Namun setelah tau dia masih sendiri saat itu, cukup aku di penuhi keresahan.
Mengingat bagaimana perjuangan harus berubah, sekarang hanya bisa membuatku tersenyum geli kadang kala. Bait masa lalu yang ngga akan habis sekalipun aku menutup rapat. Dunia yang baru juga lembaran baru tertoreh dalam salah satu bingkai foto menggambarkan momen saat di Istana Negara.
Kamar yang biasanya dihiasi senyum manis gadis itu terasa sepi. Rasanya ingin membela Isyana di depan semua keluarga tapi semua itu tetap harus sesuai dengan rencana. "Sebentar saja,"ucapku tersenyum lebar sebelum mematikan lampu menyambut hari esok dengan penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekawira Danadyaksa~Completed
RomanceMenikah dengan perjodohan bukan hal yang bagus ralat lebih tepatnya hanya pihak laki-laki yang sudah lebih dulu mencintai pihak perempuan. Bak kata pepatah menikah dengan orang yang mencintai dengan tulus, begitu Isyana diperlakukan istimewa seolah...