Bismillah tembus 300 komen sehari
Sepulang dari sekolah, Renjun berjongkok di gang dekat sekolahannya untuk bermain dengan kucing entah milik siapa. Ngomong ngomong, Renjun sudah kelas 12 sekarang.
Gang begitu sepi karena banyak rumah di sekitar yang tak berpenghuni. Ia hanya mengejar kucing yang tadi berada di depan sekolah, sampai ia melupakan jika Jaemin akan datang menjemputnya.
Ia menggendong kucing kecil tersebut, hendak membawanya pulang karena kucing tersebut terus bersuara. Tangannya terus mengelus rambut kucing tersebut dengan sayang, ia akan merawat kucing ini hingga besar di rumahnya.
"Ayo kucing kita pulang! kita naik motor sama Nana!"
Renjun berbalik badan, ia terdiam ketika melihat siswa siswi yang sempat merundungnya hari itu kini berada di hadapannya. Ia hendak berbelok arah namun dua siswa lain mencegatnya. Ia kini terkepung.
Gang sepi tak memungkinkan dirinya untuk meminta tolong, karena percuma. Ia membawa ponsel namun takut untuk mengeluarkannya, tidak ada Shotaro bersamanya, Jeno dan Jaemin tidak akan tahu gang ini.
"Papa..." Renjun berucap lirih memanggil papanya, namun percuma saja papanya tidak akan datang jika tidak dihubungi. Ia takut sekali.
"Daripada pulang mending ikut kami," Salah satu perempuan dari geng mereka berbicara, dia sepertinya pemimpinnya.
"Enggak mau, aku mau pulang,"
Renjun berjalan melindungi anak kucing yang digendongnya hendak menerobos tiga perempuan yang ada di depannya. Namun dua dari mereka menahan tangannya kemudian merebut kucing tersebut, melemparnya ke lantai dengan kuat kemudian menginjak kucing itu dengan sepatunya sampai kucing tersebut bersuara seperti meminta pertolongan.
Dada Renjun terasa sakit melihatnya, ingin menolong pun rasanya percuma karena dua pria yang lain menahannya. Tangisannya pecah begitu saja ketika kucing tersebut menjadi diam ketika injakan itu semakin kuat ditambah gilasan dari sepatu itu menggesek tubuh kucing tak berdaya itu dengan permukaan lantai yang tak halus.
"Cih lemah, gitu doang nangis,"
"MAUNYA APA SIH?!" Renjun berteriak pada orang orang jahat yang tega membunuh kucing tak bersalah itu. Marah, sedih, dan takut bercampur menjadi satu, ia berpikir bagaimana jika selanjutnya ia yang diperlakukan seperti itu oleh mereka.
"Oh gaada sih, gue cuman iseng aja, kan siapa tau bisa mengurangi populasi orang lemah sakit mental kaya lo," Perempuan tersebut menyeringai, dia menatap dua pria yang menahan Renjun seperti mengisyaratkan sesuatu.
Tubuh Renjun terlepas dari dua pria tersebut namun setelahnya mereka memukul wajah dan perut Renjun bertubi tubi, menjambak, menginjak dan mendorongnya hingga punggungnya membentur tembok sangat kuat kemudian melemparkan kucing yang sudah menjadi bangkai ke arahnya. Kelimanya pergi begitu saja setelah menyiksa Renjun meninggalkan Renjun terduduk lemas disana.
Hidung Renjun mengeluarkan darah, sekujur tubuhnya terasa remuk, perutnya sangat sakit dan tak kuat untuk bangun. Ia hanya terduduk sambil mengusap darah yang mengalir dari hidungnya kemudian mengusap bangkai kucing yang ia letakkan di pangkuannya. Air mata Renjun mengalir deras melihat kucing itu tak bernapas lagi.
"Kucing maafin Injun yaa, Injun jahat deh gak bisa jagain kamu," Renjun mengecup perut kucing tersebut, ia merasa sangat bersalah karena kucing tersebut mati.
Celana seragamnya robek di bagian lutut serta lututnya berdarah karena tergores lantai.
"Celana Injun sobek, pasti mama marah..."
Ia berusaha untuk bangun, tapi rasa sakit pada tulang kering kaki kanannya membuatnya sulit untuk bangun.
"Sakit... Nana, Om Jen tolongin aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY BOTTLES - NORENMIN [✔]
FanfictionKisah ini dimulai ketika Renjun meninggalkan botol bayinya di kamar kos Nomin. Norenmin Nomin Top Renjun bottom jangan salah lapak