21. Pikiran Injun

19.4K 3K 844
                                    

Emang baik bener lah kelen, gue minta tembus 300 malah tembus 400, lop lah😘

Winwin dan yang lain sepakat untuk tidak memberitahu hal yang sebenarnya pada Yuta, Renjun hanya takut Yuta lepas kendali, Yuta memang orang yang tenang namun akan menjadi sangat menyeramkan ketika marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winwin dan yang lain sepakat untuk tidak memberitahu hal yang sebenarnya pada Yuta, Renjun hanya takut Yuta lepas kendali, Yuta memang orang yang tenang namun akan menjadi sangat menyeramkan ketika marah. Yuta hanya tahu jika Renjun patah tulang karena kecelakaan.

Jaemin sudah tidur di kamarnya setelah selesai memperbaiki mobil temannya yang mogok. Sedangkan Jeno masih berada di kamar Renjun, menunggu Renjun benar benar tertidur pulas. Beruntung Winwin memberinya makan malam, jadi ia tak perlu lagi keluar untuk membeli makanan.

"Jeno dah makan Jen?" Yuta yang baru selesai makan malam datang ke kamar Renjun untuk melihat kondisi anaknya, meringis ketika melihat tubuh Renjun penuh luka.

"Udah kok om,"

"Bagus lah, jagain Renjun ya?"

"Iya om, siap!"

Yuta mengangguk angguk kemudian pergi, ia membiarkan saja jika Jeno menginap disini.

Jeno memainkan ponselnya di atas kasur lantai di samping ranjang Renjun sambil mengawasi Renjun, tak mungkin Renjun ditinggal sendirian sedangkan Shotaro sudah tidur di kamarnya sendiri.

Hari semakin larut membuatnya mengantuk, terlebih ia bekerja di bengkel dari pagi hingga sore kemudian pergi ke rumah sakit mengurus Renjun bersama Jaemin tanpa mengabari Winwin. Beberapa kali ia menguap, kini ia setengah berbaring di kasur lantai tersebut.

Matanya hampir terpejam, namun kembali segar ketika sebuah tangan menyentuh rambutnya. Renjun terbangun dari tidurnya dan menatap Jeno yang mengantuk.

"Om Jen udah bobo ya?" Renjun memperhatikan Jeno yang tampak mengantuk, ingin meminta tolong rasanya segan.

"Belum Njun, lo mau apa?"

"Om Jen mau gak, anterin aku pipis?" Renjun duduk di tepi ranjang, ia menatap sedih kaki yang terbalut sesuatu yang keras berwarna putih.

Jeno mengangguk, ia berdiri kemudian menjulurkan kedua tangannya untuk memeluk Renjun kemudian menggendongnya seperti koala. Ia dengan hati hati membawa Renjun menuju toilet untuk buang air kecil.

"Bisa gak?"

"Bisa... om Jen ke kamar aja gapapa," Renjun berbicara meyakinkan Jeno, ia masuk ke toilet untuk buang air kecil.

Jeno hanya memperhatikan Renjun, ia tak kembali ke kamar. Dan benar saja, anak itu kesulitan melepas kancing celananya.

"Om Jen... tolong..."

BABY BOTTLES - NORENMIN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang