35. Lamar?

15.3K 2.2K 343
                                    

Ini panjang sekitar 2000+ kata, semoga tida bosann, selamat membaca~

"Heh sini, kalo dibilangin itu yang nurut, rame ini jalan, kalo lecet kamu nanti bisa abis om ditonjok mamamu."

Enam tahun sudah, berhubungan jarak jauh alias ldr sudah ia jalani selama ini. Mulai saat itulah rutinitas Jeno hanya bekerja, menjemput keponakannya di sekolah dan malam harinya melepas rindu dengan Renjun yang berada di Jepang.

Chenle, anak pertama Mark dan Haechan itu sudah tumbuh menjadi anak yang pintar dan berbakat. Ia menyukai segala hal, terutama Jeno, karena hanya Jeno lah yang akan mengajaknya jalan jalan terlebih dahulu ketika menjemputnya pulang.

Kali ini Jeno tak datang sendiri, melainkan membawa Jisung, anak kedua Mark dan Haechan alias adik Chenle. Bayi dua puluh bulan itu berada di gendongan Jeno setelah merengek ingin ikut menjemput kakaknya di sekolah.

"Om Jeno, om Jeno!!" Chenle menarik ujung kaos Jeno, sesekali menampar kaki Jisung yang selalu ingin menendang wajahnya. Ia menunjuk kedai eskrim yang berada di seberang jalan. Biasanya kedai itu baru akan buka di sore hari, namun entah mengapa hari ini di siang hari pun sudah buka. "Aku mau itu!! es krim seeetrawwwberyy!!"

"Gak, adekmu lagi pilek, nanti dia pengen kalo liat abangnya makan eskrim, kapan kapan deh kalo adekmu gak ikut aja," ucap Jeno tanpa menatap wajah cemberut keponakannya, ia mengambil tas di punggung Chenle dan meletakkannya ke dalam mobil kemudian membuka pintu mobil depan. "Ayok pulang, panas nih."

Chenle hanya mencebikkan bibirnya, ia duduk di dalam mobil dengan terpaksa, sepanjang perjalanan ia tak memperhatikan pamannya yang menyetir mobil sambil memangku adiknya.

"Udah jangan cemberut gitu, kan bisa beli kapan kapan, di warung depan rumah juga itu ada es krim..." Sementara tangan kanan Jeno menyetir, tangan kirinya mengelus rambut Chenle di sebelahnya.

"Tapikan di warung itu beda!"

"Ya sama sama merk es krim juga..."

"Ah tau ah om Jen ga sayang sama aku!" Chenle melipat tangannya di depan dada, bibirnya mengerucut karena kesal. Adiknya yang tidak tahu apa apa hanya memperhatikannya bingung.

Jeno menatap Chenle gemas, jika seperti ini, ia menjadi teringat Renjun. Renjun yang dulu selalu memanggilnya dengan sebutan om Jen dan selalu merajuk ketika tak dituruti permintaannya. 

"Lelele apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lelele apa?"

"ABANG!"

"Abang??? lelele apaa??"

Jeno terkekeh mendengar interaksi dua bocah yang sedang bersamanya, yang satu perhatian dan yang satu lagi meributkan dirinya yang ingin dipanggil abang oleh adiknya.

"Abang Lele lagi ngambek cung..."

"Abang lelele ambek??"

"Iya ngambek, abangnya Icung kaya anak kec- ADUH ADUH!!"' Ucapan Jeno terpotong kala Chenle mencubit lengannya dengan kuat, Chenle tidak terima disebut anak kecil di depan adiknya.

BABY BOTTLES - NORENMIN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang