Lebih dari seminggu berlalu sejak Jennie pergi dari rumah Wonwoo bersama kedua anaknya. Ia kini menyewa sebuah apartment yang tidak jauh dari sekolah dengan uang tabungan karena tidak ingin semakin merepotkan orangtua. Meskipun perasaannya seedang hancur, sebagai Ibu dia memiliki tanggung jawab. Terlalu lama di rumah tidak akan nyaman bagi anak-anaknya yang sering membuat ruang tamamu berantakan dengan mainan.
Wanita itu juga tidak lagi berkerja di butik mengingat Jennie cukup sadar jika hal itu bukan benar-benar miliknya, itu milik keluarga Jeon. Jadi sudah sekitar tiga hari ini dia mencoba berkerja di Cafe milik Donghae. Awalnya pria itu merasa tidak enak memperkerjakan Jennie karena gaji sebagai barista di cafe tidak setinggi saat Jennie menjadi seorang designer. Tapi wanita itu begitu kukuh dan akhirnya mau tak mau Donghae menerimanya berkerja.
"Pasti ini melelahkan untukmu 'kan?" tanya Donghae yang berdiri di samping Jennie terdengar perhatian seolah tidak peduli dengan beberapa pelayan cafe lainnya yang berjalan ke sana kemari.
"Ani. Menyibukan diriku seperti ini malah membuatku merasa lebih baik." Jennie menggeleng lalu tersenyum.
"Mendengar pujian dari pelanggan tentang kopi yang aku buat juga menyenangkan." tambahnya lagi mengacungkan ibu jari.
"Arraseo. Yang penting jangan terlalu memaksakan diri."
"Soal carrots cake yang kemarin kau buat itu lumayan.. Jian menyuruhku untuk menyampaikan padamu jika dia menyukainya."
"Jinjja? Bukankah kau bilang tidak suka dengan wortel sebelumnya?"
"Hmm. Makanya aku juga merasa aneh."
"Lain kali kalau ada waktu luang aku akan coba buatkan puding wortel." kali ini Jennie membanggakan diri. Jujur saja kedua anaknya juga terkadang susah makan sayur, tapi tetap saja sayur penting untuk anak pada masa pertumbuhan jadi Jennie sering mengakalinya dengan membuat kue atau puding dengan bahan sayuran.
"Gomawo. Aku akan membayarnya." Donghae lalu membawa bekas tempat kopi giling yang kotor ke dapur.
"Sunbae jangan seperti itu. Aku tidak sedang memerasmu."
Seorang wanita paruh baya yang menggulung rambutnya masuk ke Cafe yang tidak pernah dia datangi sebelumnya. Nyonya Jeon sudah mendengar tentang pertengkaran Wonwoo dan Jennie dari Heejin. Heejin bilang kemungkinan mereka berdua bercerai itu cukup besar, karena kakaknya sampai sekarang tidak melakukan apapun untuk membujuk istri dan anaknya kembali ke rumah.
"Selamat datang di--" ucap Jennie yang mengucapkan salam menggantung ketika manik matanya mengenali wanita paruh baya yang berdiri di hadapannya.
"Eommoni.."
"Jennie-ya, kenapa kau disini?" tanya Nyonya Jeon langsung meraih tangan menantunya. Wanita berwajah manis itu terlihat jauh lebih kurus.
Donghae yang keluar dari dapur mendengar yang di katakan seorang wanita paruh baya yang mungkin seumuran ibunya. Sepertinya itu mertua Jennie!
"Biarkan aku yang menjaga ini. Kalau bisa bicara di sana." bisik lirih pria itu menunjuk kursi kosong dengan padangannya.
"Gomawo sunbae."
"Jadi sebenarnya apa yang terjadi pada kalian? Kenapa kau pergi dari rumah?" tanya Nyonya Jeon menatap sedih Jennie.
"Eumm.. eommoni, soljikhi neomu himdeureo (sejujurnya sangat melelahkan). Aku tidak tahan lagi dengan semuanya." ucap wanita itu menghela nafas pelan. Sekarang bukan waktunya dia berpura-pura lagi seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT = Wonwoo x Jennie
FanfictionSeorang photographer terkenal yang akhirnya menemukan pasangan hidup.