우리 (8)

410 66 9
                                    

"Beberapa hari lalu Ibu menemuinya. Dia terlihat dekat dengan pemilik Cafe tempat dia berkerja."

"Ah.. geurae." tanggapan pria berkulit putih pucat tidak tertarik. Dia sibuk memilih pakaian di lemarinya yang mungkin 3 hari lagi habis, mengingat tidak ada yang mencuci pakaiannya. Kemarin saja Wonwoo terpaksa mengantar gunungan setelan jas kotor ke laundry.

"Kalau kau tidak melakukan apapun, kemungkinan Jennie bisa berpaling pada pria itu. Jujur saja, dia lebih tampan dan perhatian darimu." cerita Nyonya Jeon memprovokasi.

"Jennie juga mengatakan kalau Jihye sekarang lebih banyak tersenyum karena dekat dengan pemilik Cafe tempat dia berkerja. Pria itu memperlakukan Jihye seperti anak sendiri." kali ini wanita paruh baya itu sengaja membuat Wonwoo cemburu. Meskipun tidak ada perubahan nantinya, dia sudah berusaha sekarang.

Wonwoo yang sedang memakai kemejanya mengangguk sekilas.

"Baguslah. Dia pergi dari rumah dan melakukan segalanya yang dia mau, aku pikir dia tidak mempedulikan anaknya." 

Mendengar jawaban dari putranya entah kenapa Nyonya Jeon merasa tensi darahnya naik. Wanita itu sedang membuat anaknya berpikir, tapi kenapa Wonwoo seakan kehilangan otaknya?

"Aigoo. Kau benar-benar membuaku emosi. Sampai kapan kau akan diam saja? Apa kau sudah tidak menyayangi anak dan istrimu lagi!?"

"Kau pikir jika berpisah dengannya kau bisa mendapatkan lagi wanita yang lebih mengerti dirimu, IDIOT!?"

"Jongshin charyeo! Jika kau bercerai dengan Jennie, eomma akan mencoret namamu dari silsilah keluarga!!!"

"Dan apapun yang kau lakukan eomma akan menghancurkannya! Kau kira eomma tidak lebih kaya darimu?!" bentak wanita di ujung sana langsung menutup telpon.



Wonwoo yang merasa rumah keongnya akan pecah menjauhkan benda pipih itu dari telinga. Ibunya pasti sekarang sedang memegang pisau untuk di lempar padanya.

"Apa eomma serius mengatakannya? Aku tidak pernah tahu jumlah tabungannya selama ini."

"Kenapa aku mendadak was-was?" tanya pria itu pada dirinya sendiri.


Wonwoo segera bersiap pergi ke pusat perbelanjaan untuk mengecek peluncuran produk oven digital terbaru. Masalah pribadi biarkan saja menjadi pribadi, dia memiliki tanggung jawab karena banyak orang yang hidupnya bergantung pada JE.EL, bukankah begini cara eksekutif semua perusahaan hidup?

"Apapun yang terjadi aku harus fokus. Jennie akan kembali jika dia masih mencintaiku 'kan? Lagipula dia juga pasti belum mengirimkan surat gugatan cerai ke pengadilan."











🍀🍀🍀









Donghae yang memegang ponsel terlihat berjalan ke sana kemari bingung. Pria tampan itu mendapat dari Ibunya di Mokpo kalau kakak perempuannya akan pindah rumah. Sebagai adik yang mempunyai usaha sukses bukankah dia harus membelikan sesuatu? Minimal lampu tidur anak atau mungkin sofa santai ruang tamu.

"Maknae-ya, jika ada anggota keluargamu yang pindah rumah.. kira-kira apa yang akan kau belikan untuknya?" tanya Donghae mendekati wanita yang baru saja membuatkan pesanan pengunjung.

"Untuk kerabat? Kalau bertemu langsung lebih baik membawa sesuatu yang dibutuhkan sehari-hari. Seperti tisu kering, tisu basah dan tisu makan."

"Tapi jika mengirimkannya, aku suka sesuatu yang sering dipakai dan bisa diingat, seperti perabot dapur." tambah Jennie yang berpengalaman begitu jelas. Donghae bertanya pada orang yang benar.


DIFFERENT = Wonwoo x JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang