23. Do It

702 91 17
                                    

Mingyu menggeliat mendengar samar-samar suara percikan air dari kamar mandi. Matanya mengerjap membiasakan dengan cahaya. Dia merentangkan kedua tangannya. Pria itu mulai tersenyum sendiri menyadari dirinya yang hanya memakai celana pendek. Berarti yang dia lakukan semalam bukan mimpi.


"Kau sudah bangun?" tanya seorang gadis tersenyum pada Mingyu. Jisoo terlihat mengigit bibir bawahnya saat berjalan.



Mingyu mendudukan badannya kemudian mengangguk.

"Sakit?" tanya pria itu dengan polosnya seakan tak ingat apa yang dilakukannya.



"Tentu saja. Ini yang pertama bagiku dan aku merasa ditipu olehmu." keluh Jisoo mengeringkan rambutnya.



"Tapi aku mencoba melakukanya dengan sangat lembut. Kau tahu sendiri aku juga tidak memiliki pengalaman."


"Semalam kau juga mengatakan hal seperti itu, tapi pinggangku malah tambah pegal." gadis cantik itu mencari peralatan makeup simplenya di tas.



"Padahal aku masih belum puas." Mingyu menggaruk tengkuknya.


Jisoo mengoleskan lipstick merah ke bibirnya lalu menggeleng heran.

"Orangtuaku pasti langsung menyuruhku menikah jika mereka tahu tentang ini."

"Atau mungkin mencoretku dari sil-silah keluarga."



"Geurae? Menikah saja kalau begitu. Orangtuaku juga sudah membelikan apartment agar kita tinggal bersama." Mingyu ingat dengan ucapan Ayahnya semalam. Pria paruh baya itu memang niat sekali menyuruh putra tunggalnya menikah.




"Eyy.. tidak bisakah kau romatis sedikit? Kau harus melamarku lebih dulu, beri aku cincin, baru menikah. Jangan ikut-ikutan Jennie dan Wonwoo yang langsung menikah tanpa bertunangan."




"Arraseo, Juliet." ucap Mingyu membuat Jisoo menahan senyum.






Drrrt.. Drrrt.. ponsel Mingyu yang dia taruh di bawah bantal bergetar.




"Yeoboseyo?" suara Mingyu sedikit serak sambil menempel benda persegi panjang itu di telinganya.




"Apa kau baru bangun tidur?" tanya pria di ujung sana menebak.



"Eoh. Aku baru bangun tidur." Mingyu pura-pura menguap agar aktingnya mulus.



"Ah.. aku pikir kau sudah di kantor. Sepertinya hari ini aku akan berangkat agak siang."



"Santai saja, lagi pula minggu ini hanya mencetak majalahnya."



"Iya juga." Sosok di ujung sana langsung menutup telpon begitu saja, bahkan tanpa menunggu teman dekatnya itu menanggapi. Ini memang Wonwoo, tidak ada orang yang akan seenaknya seperti itu pada rekan kerja.



"Ckck. Sudah berapa tahun aku mengenalnya, dia ternyata tidak berubah sama sekali. Masih agak menyebalkan, tapi aku tidak tahu bagaimana cara marah padanya."  pikir Mingyu berdecak melihat benda yang dia pegang.









🍀🍀🍀










Heejin terlihat sedang memegang sumpitnya dengan mulut penuh. Sarapan bersama dengan orang-orang yang dia sayangi memang lebih menyenangkan, berbeda sekali dengan sarapan seorang diri ketika di asrama kampus.

"Selain makan daging, eonnie juga harus makan sayur." gadis yang tahu kalau Jennie semalam tidak enak badan menyodorkan lauk.


"Matja! Uri Jennie harus makan yang banyak." ucap Nyonya Jeon kini tersenyum memperhatikan menantu mungilnya yang terlihat sangat imut mengenakan rok pendek. Kemarin Jennie tidak membawa baju ganti, jadi akhirnya dia dipinjami pakaian oleh Heejin.




DIFFERENT = Wonwoo x JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang