우리 (5)

380 71 7
                                    

"Tenang saja, mereka pasti akan menyukainya. Eomma tahu Jihye menyukai bunga."

"Kau juga bilang belakangan ini Jihu suka membaca ensiklopedia hewan dan tumbuhan 'kan? Saat musim semi seperti sekarang,  pameran tanaman di Amusement Park sangat bagus." beber wanita paruh baya di ujung sana berusaha membujuk agar Jennie memperbolehkannya mengajak kedua cucunya pergi berjalan-jalan setelah pulang sekolah. Asal tahu saja, Nyonya Kim sekarang tidak sering berjaga di Rumah Sakit. Jadi bisa dibilang beliau memiliki banyak waktu luang.



"Arraseo eomma."

"Tapi jangan bolehkan mereka makan makanan yang manis dan jangan belikan mereka mainan lagi." ujar Jennie yang tahu betul bagaimana sifat tidak tega Ibunya mengingatkan.


"Tentu Ibu akan mengingatnya."

"Kau juga masaklah sesuatu yang enak untuk suamimu. Pria yang lelah saat pulang kerja akan selalu luluh jika melihat istrinya menyiapkan makanan di meja."



Wanita manis yang mendengar kalimat itu menghirup nafas lebih dalam lalu menyunggingkan kedua sudut bibir sekilas, benar-benar pahit. Tangan kanannya yang memang sibuk memilih belanjaan kini memasukan sekotak daging sapi berukuran sedang ke dalam troli yang dia dorong. Disaat seperti ini dia merasa sedikit menyedihkan, karena perasaannya sejak beberapa hari lalu tidak jelas.



"Aku melakukan itu setiap hari, tapi dia tetap mengabaikanku."

"Eomma.. sebenarnya aku sering merasa jika hanya aku yang mencintai Jeon Wonwoo." cerita Jennie lirih lalu mengadahkan wajah melihat ke atas.


"Mworago?"

"Apa kau sakit?"

Nyonya Kim yang tidak begitu jelas mendengar suara putrinya penasaran. Semakin kedua cucunya tumbuh besar, dia sendiri juga merasa jarang sekali mendengar Jennie mengatakan sesuatu tentang dia dan suaminya. Apa karena mereka memang baik-baik saja?



"Eumm.. aniyo eomma. Aku harus melanjutkan belanjaku."

"Eomma nanti pergi dengan supir saja, jangan menyetir sendiri."


"Arra. Selamat berbelanja!" suara sumringah dari Ibu Jennie terdengar sebelum menutup telpon. Dia pasti sudah merencanakan sesuatu yang menyenangkan untuk Jihu dan Jihye.






Jennie mengibaskan telapak tangan agar air yang hampir menggenang di pelupuk matanya tidak jadi menetes. Bagaimanapun akan sangat memalukan jika dia menangis di tempat seramai ini. Ia juga buru-buru memasukan kembali benda pipih yang dia pegang ke dalam saku mantel berwarna oatmealnya dan kembali fokus memilih bahan makanan. Wanita itu harus teliti memilih dan melihat harga barang yang dia beli. Walau Wonwoo memang memberikan kartu debit padanya, dia selalu berusaha tidak menggunakan itu dan malah menganggapnya sebagai simpanan untuk biaya pendidikan Jihu dan Jihye. Disisi lain Jennie juga tidak ingin dikira menikah dengan pria kaya itu karena alasan harta.



"Aku ingin makan lobster, tapi suami dan kedua anakku tidak bisa memakannya."

"Lupakan saja." gumam Jennie yang sempat memegang nugget lobster beku menaruhnya kembali.

"Wonwoo tidak pernah mengatakan sesuatu tentang masakanku, meskipun dia selalu sarapan setiap hari. Aku benar-benar tidak tahu selera pria itu."








Di lain arah ada seorang pria tampan dengan gadis kecil yang didudukan di troli tengah asik memilih makanan beku. Daripada makanan cepat saji, tingkat kesehatan makanan yang diawetkan dengan es memang lebih baik. Selain itu tidak perlu repot memasaknya, beberapa hanya dipanaskan dan diberi kuah kaldu.


DIFFERENT = Wonwoo x JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang