Rencana Jule

76 4 0
                                    

Aku berharap,  semesta akan selalu mengizinkan kita tinggal di bumi untuk terus merajut kisah yang sempat tertunda. 

Dan.

Aku berharap,  kamu sudah sepenuhnya melupakan masa lalumu dan mulai bercerita serta terbuka dengan ku.

...

Perempuan ber–jas putih dengan membawa map sedang memperhatikan beberapa berkas yang cukup membuatnya bingung terlebih semakin kesini tidak ada yang menemani jika sedang study kasus. 

Jule tersenyum getir karena biasanya jika sedang pusing seperti ini dengan beberapa kasus pada pasien yang di tangani pria yang bernama Saskara suka membantunya dengan menjelaskan tentang beberap point yang tidak mengerti dengan sedikit lelucon garing yang di buatnya.

Menghela napas dengan kasar seraya mengambil benda pipih ber casing coklat tua lalu tangan putihnya menari di layar hitam untuk mencari kontak seseorang yang mungkin bersedia membantunya kali ini sekaligus modus.

Saskara berdering.

Yes!  Satu kata itu berteriak dalam hati karena jarang sekali pria itu aktif untuk akhir-akhir ini,  membuatnya jengah.  Karena menurutnya semenjak Saskara menikah semuanya berubah, waktu dengan Laras mungkin karena mereka lumayan sama-sama sibuk jadi kebanyakan waktu Saskara di Rumah Sakit.

Berbeda dengan Allura yang masih pelajar membuat Jule berpikir menikah dengan gadis muda itu hanya membuat hubungannya dengan Saskara merenggang.

"Ya,  Assalamualaikum Jule." Ucap Saskara di seberang sana. Jule tersenyum dengan binar di matanya. Perempuan itu sangat rindu.

"Waalaikumsalam Saska,  jadi kamu duluan yang ngucap salam."

"Ada apa?"

"Sibuk nggak?"

"Nggak,  kalau sekarang."

Jule menghela napas karena Saskara semakin menjadi cuek, "bantuin Study kasus aku dong.  Rumit banget."

"Gue nggak bisa."

See?  Gara gara bocah ingusan itu lo jadi berubah. Jule mendengus Saskara kini menjadi sosok dingin tak tersentuh seperti berapa tahun yang lalu terbukti gaya bahasa yang biasa di gunakan aku-kamu jadi gue-lo.

"Katanya nggak sibuk,  masa bantuin aku nggak bisa."

"Gue mau nganter istri."

"Kenapa nggak dia sendiri aja pergi." Decak Jule membuat helaan napas di seberang sana terdengar jelas.

"Ini udah malam."

"Tapi laporan Rumah Sakit harus sekarang di konsul."

"Ada Gamma Jul,  lo bisa minta dia.  Dia ahli dalam pembedahan ginjal."

"Tapi kamu lebih paham masalah ini Sas."

"Bukan ranah gue ini,  fokus gue bedah jantung."

"Ko kamu jadi nggak asik gini sih,  nggak seperti Saska yang aku kenal."

"Sekarang gue udah punya istri dan anak,  udah nggak seperti dulu,  Jule.  Gue harap lo paham."

"Tapi kita udah sahabatan lama,  kamu lebih milih istri dan anak kamu gitu.  Padahal setiap terpuruk yang selalu di sisi kamu ya aku sama Gamma."

Saskara membasahi bibirnya dan mengangguk membenarkan perkataan perempuan yang tengah menelponnya,  namun kini keadaannya berubah menurutnya. 

Dirinya sudah memiliki istri dan anak, itu prioritas utamanya sekarang.  Sudah tidak seperti waktu itu yang seorang duda masih bisa kesana kesini berinteraksi dengan lawan jenis tapi ada batasannya jadi benarkan apa yang di lakukan Pria itu sekarang?  Menjauhi karena sudah ada yang di prioritaskan.

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang