Debat

380 45 8
                                    

🕊Hubungan kita hanya status🕊

Setelah selesai berpamitan hingga punggung mereka satu persatu hilang dari penglihatan mereka, Allura menoleh ke arah laki-laki yang masih tidak bergeming dan masih serius dengan ponselnya sedangkan Semesta sudah sedikit mengantuk namun suhu tubuhnya masih sama.

Lantas tangannya menangkup tubuh mungil yang di lapisi jaket itu untuk menyalurkan kehangatan.

"Semesta udah makan?"

Semesta menggeleng lemah, hari ini Semesta sangat tidak ceria membuat Allura sedih. Perempuan itu menarik napas karena bisa-bisanya laki-laki di sampingnya tidak perduli sama sekali dengan anaknya yang sedang sakit.

"Pak! Makan yuk laper! Kasihan Semesta juga belum makan, lemes. Gimana sih anak lagi sakit bukannya perhatian kasih obat kek apa kek katanya Dokter tapi kok nggak menjalankan sumpahnya."

Saskara yang fokus dengan ponselnya menghela napas kasar menatap tajam Allura, "saya nggak mau debat."

"Siapa yang debat Pak, saya ngajak Bapak buat makan karena Semesta perlu makan dan obat. Bapak kan dokter masa nggak inisiatif, ini anak sendiri loh."

"Dengan kamu bicara kayak gitu membuktikan kamu ngajak saya debat."

"Pak, ini bukan pemilihan presiden pake debat segala, cepet cari makan ayuk."

"Sendiri sana!"

"Saya nggak bawa dompet, memangnya Bapak nggak makan? Badan kecil cacingan."

Sebenarnya setelah mengucapkan kata itu Allura meringis sebentar karena Saskara sama sekali tidak memiliki badan kecil layaknya orang cacingan bahkan menurut perempuan itu badan Saskara sangatlah ideal tidak kurus dan tidak gendut dengan otot-otot sedikit terbentuk dan tercetak di balik kemejanya.

"Heh nggak ngaca, kamu tuh liat."

"Ya saya ngaca lah maka dari itu saya makan."

"Iya makan tapi nggak gemuk."

"Dasar cepet Pak ayuk di sana aja biar habis dari sini langsung shalat terus pulang."

Saskara hanya mengangguk sambil mengekori Allura dengan badan mungil itu sedang menggendong anaknya yang badannya gembul lucu besarnya di depan menuju restaurant bernama tradisional khas Batam.

Saskara hanya mengangguk sambil mengekori Allura dengan badan mungil itu sedang menggendong anaknya yang badannya gembul lucu besarnya di depan menuju restaurant bernama tradisional khas Batam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap saja Alluranya berhijan itu hanya ilustrasi)

Mereka pun memilih satu tempat dengan satu meja dan dua kursi karena ramainya tempat hanya tersisa itu saja, Allura melihat sekeliling berniat memanggil pelayan perempuan yang tengah menatapnya ah tepanya semua pengunjung yang berada di restaurant ini dengan mata memandang suka lak-laki di sampingnya siapa lagi kalau bukan Saskara.

Sok ganteng deh, di depan orang kalem cool hih enek.

Allura segera memanggil pelayan yang melihatnya barusan, dan betapa jengahnya perempuan itu hingga memutar bola matanya saat mata hampir keluar itu terus menatap kagum sosok laki-laki sok ganteng di sampingnya. Rasanya Allura ingin mencoel bola mata perempuan itu.

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang