Perubahan

439 52 38
                                    

🕊Aku hanya takut aku jatuh pada pesonamu di saat bayang bayang masa lalu masih menghantuimu,  dan di situlah aku sadar bahwa aku hanya tamu bukan pemiliknya.🕊

Setelah mereka sudah mengambil wudhu mereka dan melakukan aktivitas ibadah seperti biasa dengan tidak kesiangan hingga kini sudah menunjukkan pukul setengah tiga malam seraya suara rintihan tangis Semesta terdengar membuat Allura dengan sigap tanpa melepas mukena mendekati dan melihat Semesta yang terduduk.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit bilang sama Buna."

"Ganti aju Buna, keyingetan nic badan Cala."

Allura mengangguk merutuki kebodohannya karena lupa menggantikan pakaian Semesta yang sudah basah akibat keringat bisa-bisa jika tidak di ganti bisa kedinginan kembali dan demam.

Allura berdiri lalu mendekat menuju tas bayi berwarna hitam coklat susu dengan desain lucu lalu mengambill setelan baju panjang dengan kaos kaki dan kupluk baru lalu mendekat kembali ke arah kasur melihat Semesta yang tertidur.

Dengan pelan-pelan dan hati-hati walaupun sama saja Semesta terusik namun setidaknya mata anak itu tidak terbuka, selesai menggantikan pakaiannya Allura mengecek kembali suhu badan Semesta dan alhamdulillah kini suhunya sudah turun menjadi 37 celcius.

Allura tersenyum menatap Semesta, anak ini sangat kuat dan menggemaskan wajahnya mendekat lalu mengecup kening Semesta cukup lama hingga tanpa sadar air matanya jatuh.

"Kenapa kamu?"

Allura menggeleng lalu berbalik badan tidak ingin Saskara melihat mata sembabnya akibat menangis, perempuan itu melepas mukena lalu membereskan dan tidak lupa memasukkan pakaian kotor milik Saskara dan Semesta untuk di gabung dalam satu koper berisi baju kotor ketiganya.

"Buna, peyuk."

Baru selesai Allura berlari kembali menuju Semesta yang meracau kembali, Allura langsung mendekap Semesta menyalurkan kehangatan hingga tanpa sadar mereka berdua damai menuju alam mimpi dengan posisi saling berpelukan yang di tatap Saskara sangat menggemaskan. Karena ini kali pertama perempuan itu tidak menggunakan hijab, mungkin lupa pikir Saskara.

Tangan besar itu membawa selimut yang sudah berada di lutut mereka untuk di naikkan hingga sedada Allura namun bagi Semesta sebatas leher.

Mata Saskara menuju jam ponselnya menunjukkan pukul hampir jam 3 dini hari masih ada 1 jam untuk menuju adzan subuh laki-laki itu pun memutuskan untuk tidur di samping mereka berdua istri dan anaknya? Mungkin dengan badan dan menghadap ke arah perempuan dengan tidak tertutup hijab.

Terimakasih.

Kring.

Ponsel keduanya berbunyi pukul 03.40 menggema seisi ruangan dengan mata membulat dengan bersama-sama kedua badan berbeda posisi terbangun dan langsung mematikan ponselnya dan lalu pandangannya menoleh ke arah Semesta yang masih tertidur pulas tanpa terusik.

Suara hembusan lega mereka menghembus berbarengan membuat bulu kuduk mereka merinding satu persatu, mereka berbarengan menengadah lalu kedua mata mereka bertemu mata elang hitam dan mata sendu coklat terang atmosfer berubah menjadi dingin dan kaku.

Saskara merutuki kebodohannya karena dengan terang-terangan dirinya mengkhawatirkan Semesta yang notebenenya Allura mengetahui bahwa Saskara tidak pernah perhatian sedikit pun terhadap Semesta.

Ide cemerlang muncul dalam benak Allura dengan senyum jahilnya membuat Saskara menelan ludahnya, "ciee perhatian juga sama anaknya."

"Nggak."

"Nggak usah bohong deh Pak. Dari alarm kita bunyi eh saya sama bapak bunyi Bapak ikut bangun terus cek kondisi Semesta kan. Ngaku-ngaku, gengsi ko di pelihara."

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang