Masih marah

568 43 7
                                    

🕊Hati,  mari diskusikan baik baik dengan pikiran. Agar tidak menyiksa.🕊

Kendaraan beroda empat sudah tiba di perkarangan rumah tidak terlalu besarnya yang dominan berwarna abu di padu dengan warna coklat susu yang sangat manis dan nyaman di lihat, butuh sekitar hampir 1 jam menuju rumah miliknya yang berada di Jakarta ya lumayan jauh untuk menuju kampusnya.

Laki-laki yang ikut tertidur juga terusik dengan suara berisik dan mendapati Jody tengah mengangkat beberapa koper dan tas pernak-pernik milik Semesta dan Allura membuat Saskara tidak enak hati seraya langsung ikut membantu dengan sesekali melirik dua orang yang tengah berpelukan tidur dengan sangat nyenyak dan nyaman hingga suara dengkuran halus terdengar.

Saskara mengikuti Jody dengan sigap membantu membuat Jody yang tidak mengetahui bahwa majikannya telah bangun sedikit terkejut, "bapak, ya allah buat saya kaget aja."

Saskara hanya mengangguk berdehem seraya mengambil alih koper yang lumayan berat, "duh Bapak, biar saya aja. Bapak bawa non Allura sama Aden Sala ke kamar aja, kasihan di luar lagi dingin cuacanya Pak."

Saskara nampak berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya, "panggil Bi Rara." Jody mengangguk.

Laki-laki itu lalu menuju tempat dimana perempuan mungil berhijab itu tengah terduduk dengan memeluk sang putranya dengan erat karena hawa dingin memang mulai menusuk di permukaan kulit, tangan kekarnya mengusap pelan Semesta yang terbilang mirip seperti dirinya yang tidak bisa tertidur dengan pulas jika bukan berada di atas kasur nan empuk maka dengan sekali dua kali usapan anak laki-lakinya terbangun.

"Abi au apain?" Semesta berbicara dengan suara paraunya lalu dengan wajah datar tangan kekar Saskara membekam mulut mungil anaknya lalu berbisik, "nanti dia bangun."

Semesta mengerti apa yang di maksud sang Abi mengangguk lalu mengulurkan kedua tangannya untuk melingkar di leher jenjang putih Saskara setelah pria itu memberikan kode untuk berpindah.

Saskara menghela napas saat Allura sama sekali tidak terusik karena memang dasarnya perempuan mungil itu tidur seperti mayat yang sangat sulit di bangunkan.

Tidak lama kemudian keberadaan Semesta di pindah alih oleh Rara karena jam sudah hampir pukul 2 malam, setelah Semesta telah hilang dari pandangan bersama Rara dan Jody laki-laki itu terdiam sebentar melirik lalu memperhatikan perempuan yang masih tertidur dengan tubuh sedikit mendingin karena cuaca yang banyak sekali hamparan angin.

"Kayak mayat hidup."

Saskara menggerutu kala sudah berkali-kali membangunkan Allura namun nihil perempuan itu tidak bangun justru satu tangannya menggenggam tangan kekar sebelah kiri Saskara membuat laki-laki itu terdiam sebentar memperhatikan wajah polos Allura dengan jarak yang hanya berbeda 5 cm saja mungkin jika ada seseorang yang mempergokinya akan menyangka bahwa mereka tengah berciuman namun tidak.

Laki-laki itu berdehem karena deru napas Allura yang semakin membuat tubuhnya merinding, dengan cepat tak lupa menghela napas sebentar menetralkan apa yang enggan di rasakan Saskara kedua tangan kekarnya merengkuh tubuh mungil Allura dengan sangat lembut dan sangat pelan dan langsung menuju sebuah kamar dengan gaya minimalize berwarna coklat susu kesukaannya.

"Bi Rara."

Panggilnya sedikit teriak seraya menidurkan Allura pada kasur king size berwarna navy nya berbarengan dengan Rara yang sudah hadir di depan pintu dengan sedikit tertunduk menandakan kesopanan.

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang