Malam yang sial

775 79 28
                                    

🕊Mencoba sesuatu yang belum di coba sama saja seperti terpaksa memakan sesuatu yang tidak pernah kamu suka dalam hidup🕊

Batam sudah menunjukkan hampir tengah malam yakni pukul dua belas malam dan akhirnya acara pun selesai kini menyisakan dua orang insan yang kini di landa kegugupan dengan wajah datar masing-masingnya karena enggan untuk berekspresi.

Dua insan masih dengan balutan pakaian pengantin di tubuh mereka masing-masing membuat mereka menatap satu sama lain karena hanya terdapat satu kamar mandi satu tempat tidur sudah begitu kamar mandinya transparan tanpa pintu. Shit.

Mereka merutuki siapapun yang memesan kamar seperti ini, di tambah di depan kamar mereka terekpos pemandangan langsung berwarna bening namun beberapa pelayan sudah mengatakan bahwa hanya dari dalam aja terlihat namun jika orang itu dari luar tidak akan terlihat.

"Kenapa kamarnya harus kayak gini sih. Bapak sengaja ya."

Laki-laki yang tengah terdiam memandang gazebo depan kamarnya menajamkan pandangannya lalu manik matanya menatap tajam lewat ekor mata nya yang bulat dengan di hiasi bulu mata yang lentik dan legam membuat seorang perempuan yang tengah menatap sekeliling kamar hotelnya terdiam namun masih kesel karena tidak ada jawaban sama sekali yang keluar dari sosok di hadapannya.

"Kalau punya mulut itu di jawab."

"Ga."

"Nggak apa, giliran ngajar atau bahas tentang apalah itu medis seneng banget giliran di tanya penting menurut saya malah diem."

"Saya nggak tau."

"Tapi kan pake uang bapak udah pasti yang mesen bapak masa saya!"

"Saya hanya mengeluarkan duit."

"Yang mengurus ini semua siapa?" Allura kesal karena Saskara hanya menjawab dengan mengedikkan bahu tanda laki-laki itu tidak mengetahuinya.

Allura berdehem seraya menelan salivanya dengan susah payah ketika gaun yang kini di kenakan sangat sulit terbuka  dengan manik mata sipit coklat terangnya menatap ke arah laki-laki berprawakan tinggi tegap dengan wajah datarnya dengan santai dan mudan melepas baju akad yang barusan di pakai. Enak banget ya jadi cowok nggak pernah ribet huh.

"Pak."

Saskara hanya diam tanpa melirik sama sekali setidaknya melihat perempuan yang berada dalam satu ruangan sedang mendecak sebal akibat gaun yang di kenakan sulit sekali di buka, sengaja dirinya tidak memakai atau membuka gaunnya di ruangan ganti karena sang pemasang gaunnya itu seorang laki-laki maka lebih baik di kamar.

"Pak. Haduh itu fungsi mulut sama telinga buat apa ya."

Allura meringis melirik sebentar saat pakain akad sudah terlepas dari tubuh tegap sosok laki-laki di hadapannya hingga hanya menampilkan kaos oblong dengan lengan pendek berwarna putih dan celana bahan selutut yang membuat perempuan itu mengerjapkan matanya karena menurutnya dengan usia yang hampir berkepala 3 sosok di sampingnya itu sama seperti pria remaja pada umum yang sebaya dengannya.

Saskara menatap sekilas melihat Allura yang terengah mengatur napasnya seraya duduk di pinggir tempat tidur dengan alis mata satu yang naik menandakan laki-laki itu bertanya, Allura mendengus karena benar-benar dosennya itu ralat suaminya sangat irit bicara.

"Bukain. Saya mau mandi."

Saskara mengangguk lalu berdehem mendekat ke arah Allura yang sudah berdiri, dengan cekatan tangan besar Saskara membuka gaun yang membungkus indah tubuh mungil Allura dan entah gerakan dari laki-laki itu sukses membuat jantungnya campur aduk dan pipinya panas, "nggak bisa ngomong ya apa sariawan?"

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang