Malam menjelang pagi kedua mata dengan mata khas pupil hitam tajam terbuka lalu mengerjap berkali kali dari gelapnya ruangan yang di tiduri.
Tangannya meraba sekitar dengan sadar bahwa dirinya sedang tidak di kasur, badan kekar besarnya di tegakkan lalu tubuhnya memutar kesamping melihat seorang gadis cantik dengan pakaian yang menurutnya itu baju haram (ya gitulah) tertidur pulas dengan tiga tas tanpa tertutup berisi baju mereka bertiga karena jumat besok Allura dan Saskara akan ke bogor untuk kegiatan bansos sedangkan Semesta di titipkan kepada Leena serta gosokan yang belum di rapikan.
Saskara tersenyum lalu sebelah tangannya menyapu rambut yang menutupi sebagian wajah cantik nan imut Allura yang tertidur pulas, pria itu tertegun dengan ketulusan gadis itu merawat dirinya dan sang anak.
Kamu bukan saya yang besarkan, tapi kamu dengan ikhlas merawat saya dan Semesta.
Tiba tiba Allura menggeliat menjepit tangan besar pria itu seperti memeluk membuat badan Saskara condong ke depan dan semakin dekatlah mereka.
Saskara tertegun dan menelan salivanya lalu pandangannya di alihkan sebentar ke arah jam yang menunjukkan pukul 00.20, pria itu tertegun melihat baju yang di kenakan Allura.
Panas.
Satu kata yang menggambarkan keadaan dirinya saat ini, wajar kan kalau pria itu terasa panas? Secara di suguhin dengan beberapa bagian gadis itu yang terekpos, Saskara laki laki normal yang akan mudah tergoda.
Lekat lama memandangi wajah tertidur cantik gadis di hadapannya membuat rona pipi Saskara muncul tanpa di sadari bersamaan dengan mata gadis itu terbuka, mengerjap pelan, lucu menurutnya.
"Engh! Eh—"
Saskara tersenyum tulus, senyum yang tidak pernah terlihat kepada siapapun bahkan ini pertama kali Allura melihat pria itu tersenyum. Sontak, gadis itu terlonjak kaget lalu menegakkan tubuhnya yang sedikit remuk karena ternyata saat menyadari mereka tertidur di lantai dengan Semesta yang sendirian di atas tempat tidur king size milik mereka. Hft, untung tidak jatuh.
Pergerakan Allura semuanya dati tidur hingga bangun tidak luput dari perhatian sosok pria di sampingnya yang menatap dengan tatapan mangsa mungkin menurut pikiran orang di luar. Karena Saskara kini terlihat sangat nafsu dengan gadis di hadapannya yang sangat cantik dan sedikit seksi walaupun tubuh Allura terbilang sangat kecil.
Tangan kekar Saskara mengusap bahu Allura yang sedang tertunduk, entah kenapa gadis itu tertunduk membuat Saskara terkekeh, "kamu lagi masa subur nggak?"
Perkataan oh tidak sepertinya itu pertanyaan yang sangat di luar perkiraan Allura karena sosok di hadapannya menanyakan hal yang mungkin lumrah bagi suami istri pada umumnya yang saling mencintai tidak dengan hubungan mereka yang sudah ingin beranjak lima bulan masih di tempat.
"Al—" Panggil pria itu membuat Allura tersadar dari lamunannya lalu mengucek kedua matanya berusaha menyadarkannya apakah dia salah lihat atau tidak.
Nggak mungkin kan gue ketiduran.
Nggak mungkin juga di hadapan gua Pak Saska.
Dan nggak mungkin juga dia nanya begituan ke gue.
"Semuanya mungkin. Al."
Sial. Ternyata Saskara mendengar gumamannya, Allura berdehem menyesuaikan suasana agar tidak terlalu canggung seraya membasahi bibirnya.
"Eh iya, kenapa Pak?"
"Kamu lagi masa subur atau tidak, hm?"
Umma tolong Aura! Kenapa cuman hm aja damagenya buat Aura melenyot! Argh! Woilah laki gue nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
20.42 (On Going)
Teen FictionBagaimana ketika kalian di jodohkan dengan seseorang yang merupakan dosen kalian dengan perbedaan 10 tahun dan parahnya dia adalah seorang duda beranak 1 di saat usianya masih 18 tahun? ✡DILARANG MENCOPY CERITA SAYA. KARENA CERITA INI ASLI DARI PE...