🕊Buat apa mengenggam seseorang yang memang melepas kita dari awal, mari sudahi karena terlatih patah hati butuh ribuan baja di hati 🕊
...
Setiba di perkarangan rumah besar dominan klasik Allura menghela napas berusaha mengatur emosi dalam hatinya karena perkataan Jule sepanjang perjalanan seraya kedua bola matanya melihat ke arah belakang perempuan yang tengah tertidur sedangkan seseorang di sampingnya tengah menatapnya membuat perempuan itu kikuk tentang arti apa tatapan itu.Allura berdehem untuk menetralkan kecanggungan yang tercipta, "saya pamit jemput Semesta Pak." Tangan sebelah kanannya menyambut lembut punggung tangan lalu menciumnya. Belum tangannya ingin melepas sudah di tahan oleh tangan kekar Saskara lalu menguncinya, "Maaf."
Mata tajam hitamnya menyambut lembut memeluk bola mata terang coklat milik perempuan yang tiba-tiba perkataan laki-laki itu membuatnya berpikir kembali mengenai kejadian tadi yang cukup menyakitkan hingga cairan bening menguasai matanya.
Saskara yang melihat respone perempuan di hadapannya entah kenapa perasaannya ikut teriris, walalupun Jule sudah lama berteman lama sejak masa kuliah hingga sekarang sedangkan Allura baru beberapa hari tetapi tidak bisa di bohongi bahwa kini perdulinya kepada Jule sedikit berkurang, "biar jadi urusan saya. Jangan di pikirkan."
"Nggak papa Pak, yang di katakan Ka Jule benar. Allura kurang komunikasi, Allura bukan ibu dan istri yang baik."
Entah ini keadaan apa yang mereka ciptakan membuat mereka menjadi kikuk apalagi perempuan itu sangat terkejut saat Saskara memeluknya dengan lembut dengan kedua tangan perempuan itu melingkar di lehernya lalu menangis menumpahkan semua kesedihannya hingga baju laki-laki itu tanpa sadar basah.
Kedua tangan kekar laki-laki tersebut masih setia memenangkan Allura yang masih terisak, Saskara pun tidak mengerti kenapa Jule seperti itu bahkan dulu dengan almarhumah Laras tidak seperti ini kalau memang perempuan itu tidak suka dengannya.
Apa karena gue menyembunyikan pernikahan ini.
Lama mereka berpelukan hingga tanpa sadar deheman seseorang dari belakang arah mereka membuat otomatis keduanya melepas eratan masing-masing dengan wajah memerah menatap wajah kesal Jule yang tanpa mereka sadar sudah bangun dari tidurnya sekitar beberapa menit saat mereka berpelukan.
"Drama." Cetus Jule.
Saskara langsung mengalihkan dengan memberikan tangan kananya mengode sang istri untuk berjabat tangan, "Astagfirullah lupa, yaudah Ka Jule Allura pamit dulu jemput Semesta. Pak salim, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab mereka berbarengan seraya keluarnya perempuan bergamis hingga hilang dari pandangan mereka, Saskara menghela napas seraya menatap Jule tajam sedangkan yang di tatap justru tidak perduli dan melanjutkan memainkan ponselnya.
Tiba di depan pintu kotak menjulang tinggi berwarna coklat juga di sambut Jody supir pribadi Saskara tidak henti-hentinya senyuman terbit di bibir manisnya dan perasaan hangat yang masih melekat di dalam hatinya, hingga tanpa sadar kedua pipinya merona dengan perlakuan Saskara hari ini yang sukses membuatnya salah paham.
Tapi di satu titik Allura berusaha menormalkan semuanya, membuang jauh-jauh tentang semuanya, karena menurutnya seseorang tidak akan memberikan sepenuh hatinya jika masih bertaut pada masa lalu.
Dan Allura tidak ingin jika tidak menjaga jarak perasaannya, berusaha untuk tidak jatuh cinta terlebih dahulu sampai Saskara sembuh dari masa lalunya, karena mencintai dalam kesendirian sangat berat walaupun hubungan mereka kini sudah berstatus suami istri.
"Non Allura." Panggil Jody membuat Allura terlonjak kaget, "Astagfirullah, Bapak bikin Aura kaget aja."
Jody tertawa dengan tatapan meneliti membuat Allura malu hingga kedua pipinya memerah, "pengantin baru malu-malu nih."
"Bapak bisa aja, oh iya Semesta kemana Pak?"
"Ada di dalam Non."
"Allura aja jangan panggil Non, Aura tidak setua itu."
"Ya saya nda sopan to Non."
"Nggak papa Pak, kalau nggak Aura marah."
Jody tersenyum ramah, "baik Mbak Allura."
"Nah yaudahlah pakai Mbak juga nggak masalah hehe, yaudah Allura kedalam udah kangen sama Semesta." Jody mengangguk.
Allura mengangguk seraya tersenyum lalu melangkahkan kaki kecilnya menuju rumah dimana tempat anak bermata abu-abu, perempuan itu langsung mensejajarkan tubuhnya setengah jongkok dengan kedua tangan direntangkan menyambut dengan senyuman saat anak berbola mata abu-abu itu berlari menyambutnya.
"Buna." Teriak Semesta serya berlarian lucu dengan jaket hitam bercorak rambut berponi dan langsung menghampiri dan memeluknya. Allura menyambutnya dengan respone anak laki-laki itu mengalungkan leher tertutup hijab perempuan itu.
"Jangan lari-lari sayang."
Allura mengecup kedua pipi lalu dahi Semesta dengan gemas sedangkan anak laki-laki itu memegang tangan kanan perempuan yang tengah menggendongnya dengan tersenyum manis yang di sambut senyuman polos.
"Semesta nungguin Buna?" Semesta mengangguk polos seraya memeluk erat bahkan bermanja di dalam gendongannya dengan kepalanya di tidurkan ke arah kanan, "ngantuk ya?" Semesta mengangguk kembali.
"Yaudah, tidur aja di pelukan Buna ya, oh iya hari ini nggak jadi kita ke rumah sakit check up."
"Yumah acit?" (Rumah sakit)
Allura meneliti setiap inci wajah mungil Semesta yang seketika menekuk mukanya serta bibirnya yang kecil nan mungil di ulum kedalam dengan bermanja di dalam pelukannya membuat perempuan itu gemas dan sedikit mengerutkan alisnya.
"Iya sayang."
"Nda au." (nggak mau)
"Kenapa? Sama Bunda, udah di tunggu Abi di depan tuh."
"Nda au Buna, Cemesta nda atit." Suara Semesta menjadi parau dengan kedua mata berbinar membuat Allura tidak tega, namun bagaimanapun juga pengecekan hari ini wajib di lakukan setiap bulan, "gini sayang, kalau Semesta hari ini mau ke rumah sakit hasilnya bagus jalan-jalannya jadi nanti malam bagaimana?"
Sontak penawaran perempuan itu membuat anak laki-laki itu mengangguk antusias seraya mengecup kedua pipinya, "cayang Buna."
Sontak perkataan yang keluar dari mulut mungil anak laki-laki itu membuat perasaannya menghangat karena tidak menyangka bahwa anak sambungnya akan cepat sekali akrab dengannya bahkan mengatakan kata 'sayang' yang sangat sulit di ucap apalagi perkataan anak kecil selalu jujur.
"Sayangnya cuman sama Buna? Pak Saska nggak?"
Semesta mengangguk, "Buna yenapa acih anggil Abi, Pak casta?" (Buna kenapa masih panggil Abi, Pak Saska?"
Tangan kanan Allura mengusap lembut rambut lucu, "Semesta kan cerdas ya secara anaknya Buna, Semesta kan tau Buna baru nikah sama Pak Saska kan. Jadi maaf sayang, Buna belum terbiasa."
"Iya ngelti Cemesta." Allura memeluk erat Semesta dengan gemas, "cerdas banget Masya Allah anak Buna yang gemoy ini."
Nggak Bapaknya, anaknya bikin baper.
Bekasi, 21.14
KAMU SEDANG MEMBACA
20.42 (On Going)
Teen FictionBagaimana ketika kalian di jodohkan dengan seseorang yang merupakan dosen kalian dengan perbedaan 10 tahun dan parahnya dia adalah seorang duda beranak 1 di saat usianya masih 18 tahun? ✡DILARANG MENCOPY CERITA SAYA. KARENA CERITA INI ASLI DARI PE...