🕊Hati saya bukan untuk di pertaruhkan jika hanya untuk di mainkan🕊
...
Sorang laki-laki dengan kemeja hitam dan sarung kotak-kotak dengan warna senada duduk di depan televisi yang tepatnya di ruang tengah dengan jarak beberapa langkah tempat berada pintu besar dengan maksud menunggu seseorang yang sedang bersama anaknya.Pandangan Saskara benar-benar sangat tajam bahkan televisi menyala pun menonton dirinya, Saskara terus menggelengkan kepalanya, mengecek jam pada ponselnya dengan perasaan cemas dan marah bisa di lihat dari urat-urat yang terlihat di kedua tangannya dan wajahnya yang berwarna merah.
"Ni cewek kemana." Ucapnya marah seraya mengusap wajahnya gusar dan marah apalagi kedua matanya melihat jam yang berada di dinding di dekatnya sudah menunjukkan pukul hampir jam 23.00 malam.
Bunyi deru mesin mobil tidak lama kemudian terdengar berada di depan rumahnya, lak-laki itu mendengus seraya melangkahkan kakinya menuju jendela lalu membuka sedikit kain yang melekat dan melihat seorang perempuan tengah menggendong anak laki-laki di dekapannya dengan laki-laki yang sedang menurunkan stroller milik Semesta.
Kedua rahangnya mengeras hingga deretan gigi saling bersautan saking marahnya dengan perilaku Allura yang benar-benar di luar batas, tidak izin, pulang malam dan apalagi pulang dengan laki-laki yang bukan mahramnya, Saskara menggeleng tidak mempercayai apa yang di lihat.
Saskara menutup kain itu dengan kasar lalu membalikkan badannya untuk duduk di tempat semula, tidak lama seorang perempuan membuka knop pintu dengan di bantu Jody membawa stroller. Laki-laki itu membuang muka sama sekali tidak ingin melihat wajah Allura yang ingin menyalimi dirinya.
Saat Allura mendekat dengan kesulitan tangan satunya menengadah menyambut tangan Saskara dengan maksud hendak menyalimi, Saskara menerimanya dengan menatap tajam perempuan itu, "baru pulang?"
"Iya."
"Jam berapa ini."
Allura memutar pandangan melihat jam yang menempel pada dinding, "11."
"Bagus banget ya."
"Pak bentar saya mau ke kamar Semesta, ngobrolnya nanti dulu."
Allura sudah melihat dari raut wajah Saskara saat tadi karena auranya saja saat menyambutnya sangatlah dingin dan ingin memarahinya, jadi daripada dia berdebat dengan Saskara di saat masih ada Semesta lebih baik Allura memilih jalan aman untuk menidurkan Semesta terlebih dahulu baru meluruskan semuanya.
Setibanya di kamar Semesta, Allura memanggil Bi Rara yang dalam keadaan setengah kantuk, perempuan itu meringis merasa tidak enak karena sudah membangunkannya malam-malam seperti ini namun mau bagaimana lagi daripada seseorang yang sudah menunggu di ruang televisi tambah naik pitam lebih baik perempuan iut meminta tolong.
"Bi, maaf banget ya Allura bangunin Bi Rara malam-malam." Bi Rara menggeleng seraya menahan kantuk, "nggak papa Mbak Allura, sudah tugas saya juga."
Allura tertawa karena Bi Rara memanggilnya dengan sebutan Mbak, "kenapa jadi ikutan Pak Jody manggilnya pake Mbak Bi." Bi Rara tersenyum menanggapinya.
"Bi, tolong gantiin baju Semesta terus di lap pakai air hangat ya Bi."
"Baik Mbak."
"Saya cape mau ke kamar soalnya Pak Saska udah nunggu."
"Iya Mbak Allura, kasihan Tuan Saska sudah menunggu Mbak daritadi."
"Iya saya juga nunggu dia dari sore di sana. Eh udah pulang, handphone saya lowbat tadi Semesta juga rewel."
KAMU SEDANG MEMBACA
20.42 (On Going)
Teen FictionBagaimana ketika kalian di jodohkan dengan seseorang yang merupakan dosen kalian dengan perbedaan 10 tahun dan parahnya dia adalah seorang duda beranak 1 di saat usianya masih 18 tahun? ✡DILARANG MENCOPY CERITA SAYA. KARENA CERITA INI ASLI DARI PE...