🕊Jangan terlalu baik, karena hati aku mudah salam paham🕊
...
Siang kini telah menjadi sangat terik dengan bukti matahari seperti terasa dekat di atas kepala mereka, ruangan ber-AC pun menjadi sangat panas hingga banyak pasang tangan yang mengipas-ngipas menggunakan tangan kosong ataupun dengan kertas buku mereka atau bahan apapun yang dapat menghasilkan udara mau terasa atau tidak yang terpenting bagi mereka yang berada di dalam ruangan ini tidak kepanasan.
Mata pelajaran saat ini sangat meresahkan, apalagi hampir seminggu sosok dengan gamis warna merah muda bercorak bunga dengan kerudung langsung menjuntai panjang berwarna abu-abu tengah menguap sesekali mengipasi wajahnya dengan tangannya karena kepanasan seraya mendengarkan sosok pria hampir paruh baya sekitar umur 40-an sedang mendongeng di depan apalagi dengan tema shalat. Ya pelajaran kali ini adalah mata kuliah pilihan jurusan agama islam, jadi mata kuliah tidak wajib, setiap mahasiswa/i di Universitas negara wajib memilih satu mata kuliah pilihan dengan jurusan apa aja yang mereka inginkan yang tidak ada dalam jurusan.
"Yas, gue ngantuk banget."
Yasmine yang sedang sibuk berkutat dengan banyak alat tulis warna-warni untuk membuat rangkuman ala-ala itu menghela napas, "lo udah nggak masuk-masuk terus ngantuk, udah tadi lo ketinggalan, inget ada 2 mapel yang lo harus kejar."
"Kenapa sih, mendadak. Gue udah seneng tau kalau cuman Pak Saska doang eh ada lagi."
"Ya namanya ngejar dosen elah, kan mau Uas semester 1."
Allura hanya mengangguk mendengarkan nasehat sahabatnya yang terkesan sangat menggilai semua mata kuliahnya, berbeda dengan perempuan putih bermata sipit berbola mata coklat itu tipikal perempuan yang sangat malas jika harus belajar dari jauh-jauh hari untuk apapun itu. Ya, kerja kebut semalam menurutnya, hehehe.
Tidak lama kemudian terdengar derap langkah yang sangat berisik di lorong fakultas agama yang sangat sepi karena harus terpisah dengan gedung fakultas yang lain di karenakan agar mahasiwa/i bisa fokus belajar agama yang sangat penting untuk kehidupan tidak hanya dunia namun akhirat.
Srek!
"Maaf Ustadz, saya terlambat."
Seorang laki-laki dengan pakaian sangat rapih namun sedikit lusuh namun tetap maskulin bagi mereka, celana bahan berwarna hitam di paduan kemeja kotak-kotak biru dan tidak lupa rambut hitamnya yang acak-acakan akibat berlarian sepanjang menuju gedung ini menarik banyak pasang mata.
Pasalnya sosok di hadapan mereka merupakan anak dari sosok yang sedang mengajar di hadapan mereka namun sangat berbeda jauh kelakuannya.
Nareswara Ikhsan, laki-laki badboy yang kerjaannya bolos setiap matkul namun tak terkecuali mata kuliah pilihan yang notebenenya adalah wajib bisa terhitung laki-laki itu masuk selama semester entah apa yang merasuki laki-laki di hadapan mereka hingga hadir dengan pakaian yang sedikit rapih dan sopan.
"Jam berapa ini?"
"12 tadz."
"Mendingan nggak usah masuk kamu Res!" Nareswara yang biasa kerap di panggil Nares menampilkan senyum polosnya hingga menimbulkan lesung pipi di sisi kanan wajah tampannya.
Matanya lalu menjelajahi sekitar melihat seorang perempuan dengan mata setengah tertutup yang tengah tertunduk, gadis itu, laki-laki itu tersenyum karena menurutnya takdir baginya yang tiba-tiba niat ingin masuk hari ini dan bertemu dengan perempuan yang sudah membuatnya berbunga-bunga akhri ini karena penasaran dengan sosok yang jauh dari matanya ini.
Tatapannya kini kembali kepada sosok laki-laki yang merupakan Ayahnya Muhammad Ikhsan, dosen lulusan kairo jurusan Agama tengah menatap masam ke manik mata tanpa dosa laki-laki itu, "anak sendiri nggak boleh masuk? Jarang-jarang Nares masuk Yah. Emangnya mau Nares bolos terus abis itu nilai Nares jelek."
"Kamu banyak omong. Biasanya kamu nggak perduli sama pelajaran."
"Astagfirullah Ayah Ustadz Ikhsan tidak boleh seperti itu Allah nggak suka loh Yah." Ikhsan yang sudah setengah geram menatap sosok laki-laki nakal yang merupakan anaknya lalu mengingat bahwa rasulullah pernah mengatakan bahwa usia seperti anaknya yang beranjak 20 tahun harus seperti sahabat.
Sedangkan di lain tempat dua orang yang berbeda pandangan Yasmine yang tengah terpukau dengan anak ustadz dihadapannya yang sangat mempesona lalu sebelah tangannya menyenggol keberadaan sahabatnya yang tengah mencuri waktu untuk tidur yang tidak seperti biasanya karena sosok Allura tidak pernah tertidur di jam pelajaran membuat Yasmine heran.
Usikan tangan Yasmine yang terus menggoyangkan tubuh mungil Allura hingga terus bergetar hingga menyebabkan tidak mood untuk tidur kembali menatap tajam ke arah sahabatnya yang masih fokus entah melihat kejadian apa di depannya membuat Allura harus bersabar lebih ektra lagi melihat tingkah sahabatnya yang selalu heboh, ya sebelas dua belas dengan dirinya. Hehehe.
"Yas! Apasih bikin mood gue tidur ilang aja." Ujar Allura dengan nada tegas namun tidak marah sama sekali, Yasmine? Perempuan itu hanya cengengesan seraya terus menyenggol sosok disampingnya tanpa mau menoleh sebentar ke arah Allura yang sama sekali tidak perduli di hadapannya ada kejadian apa yang perempuan itu yakin paling Ustadz Ikhsan sedang memarahi mahasiwa/i yang telat seperti biasa.
"Gue di samping lo bukan di depan!"
Yasmine yang merasa tidak dapat respone bagus dari sahabatnya mendecak sebal hingga menggerutu sumpah serapah yang tidak jelas, "liat anak Ustadz Ikhsan akhirnya muncul."
"Siapa tuh nggak kenal." Yasmine menggelengkan kepalanya masih dengan tatapan kedepan memperhatikan laki-laki yang tengah tersenyum kearah Ustadz Ikhsan sedang merayu membuat banyak pasang mata kaum hawa terpana dan bahkan ada yang tidak kuat hingga memekik.
"Makanya jangan gaptek. Lo juga tumben tidur lagi pelajaran nggak biasanya tau."
Allura kini hanya berdecak, memang akhir-akhir ini jam istirahatnya berkurang di karenakan perempuan itu memiliki status baru sebagai seorang istri yang tidak di ketahui siapapun juga ibu sambung dari seorang balita laki-laki berumur 3 tahun bermata abu-abu yang sangat tampan dari dosen otoriter yang Allura benci.
Pekerjaan rumah, mengurus Semesta, kuliah, dan menyiapkan keperluan tidak hanya dirinya tapi juga untuk anak dan suaminya. Walaupun pernikahan nya terpaksa namun Allura tidak ingin menambah dosa besar dengan tidak menjalankan tugas sebagai ibu dan istri yang baik di dalam rumah tangganya. Untuk pembantu mereka menggunakan namun hanya di saat jika Allura atau Saskara kerja dan kuliah karena setelah itu mereka akan bergantian melakukan perkerjaan rumah.
"Woi bengong, jawab elah."
Ya gue ngurus anak gue lah, mana lagi sakit.
Allura berdehem pelan, "ya bantu Umma sama Aira, akhir-akhir ini sibuk."
"Sibuk ngapain."
"Acara rumah biasa."
"Dakwah Abi lo?"
Allura mengangguk seraya meringis pelan dengan mengusap tengkuknya yang tidak gatal berusaha menetralkan kebohongan yang barusan di buat.
Ya Allah maafin Aura udah bohong. Semoga suatu saat nanti lo mengerti kenapa gue bohong, bukan malu karena gue udah nikah dan jadi Buna buat Semesta anak Pak Saska. Gue nggak mau jadi perbincangan kampus, apalagi tidak ada yang tau status Pak Saska adalah duda anak satu.
Allura tersentak saat lumayan lama melamun mendengar suara Ustadz Ikhsan yang mengagetkan sekitar, "boleh duduk tapi jawab pertanyaan saya."
Senyum semringah dengan binar mata dari raut Nares terpancar seraya melirik sebentar sosok perempuan yang kini tengah berdiskusi dengan sosok di sampingnya yang tengah sibuk menatapnya bukannya Nares terlalu percaya diri namun naluri seorang laki-laki menurutnya tepat, "baik Ayah Ustadz Ikhsan."
Ikhsan berdehem seraya menatap manik mata anaknya tajam membuat Nares terkekeh gemas melihat sang Ayah, "Misal kita lagi shalat ada kecoa lewat diem lama banget sambil muter-muter dulu tuh di sajadah itu kudu nggak ganti sajadah? Katanya ada yang bilang kecoa banyak najisnya karena berasal dari kamar mandi?"
Bekasi, 19.05
KAMU SEDANG MEMBACA
20.42 (On Going)
Teen FictionBagaimana ketika kalian di jodohkan dengan seseorang yang merupakan dosen kalian dengan perbedaan 10 tahun dan parahnya dia adalah seorang duda beranak 1 di saat usianya masih 18 tahun? ✡DILARANG MENCOPY CERITA SAYA. KARENA CERITA INI ASLI DARI PE...