Perhatian kecil

477 28 7
                                    

🕊Bahkan semarah dan sekecewa apapun aku denganmu munafik jika aku sama sekali tidak perduli,  kalau pada kenyataannya aku terjebak🕊

...

Hanya terdengar deru bunyi mesin yang saling bersautan dengan laju roda mobil yang melintas di jalan raya yang sedikit mulai ramai, dua insan yang sibuk dengan pikirannya masing masing seolah enggan berinteraksi di ruang dengan hanya terpaut jarak beberapa cm saja. Allura yang sibuk dengan ponselnya hanya sekedar membaca baca kembali yang bahkan sudah berkali kali ia baca dengan sengaja karena terlalu gengsi dan canggung hanya sekedar untuk bersuara sedangkan laki-laki yang tengah fokus di kemudinya seperti biasa memang tidak banyak berbicara hanya sesekali menghela napas.

"Eh Pak!"

Suara nyaring dari bibir kecil seorang perempuan hijab di sampingnya cukup memekakkan telinganya, Saskara menghela napas kasar seraya berdehem yang artinya laki-laki itu menanyakan ada apa.

"Turun disini aja saya Pak." Ujar Allura yang sama sekali tidak di tanggapi oleh laki-laki di sampingnya membuat perempuan itu gemas hingga naik pitam.

"Astagfirullah Pak, saya bilang berhenti ya berhenti," Allura mengatur napas sebentar untuk mengatur emosi yang sedang menguasainya, "Bapak nggak lupa kan janji kita sebelum nikah? Bahwa tidak ada yang boleh tau. Kalau bapak mengantar saya yang ada malah pada penasaran sama hubungan kita Pak."

Saskara hanya diam dengan peluh keringat yang sudah basah di kemeja coklatnya yang cukup tembus pandang namun beruntungnya laki-laki itu selalu memakai daleman kaos putih di dalamnya, suara nyaring Allura benar-benar membuatnya semakin sakit dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik dalam mengemudikan mobilnya hingga tanpa sadar mobilnya sedikit oleng namun dengan cekatan tangan kekarnya langsung menstabilkannya.

Sukses apa yang barusan terjadi menimbulkan decitan yang cukup membuat Allura terkejut hingga wajahnya memucat, "Bapak bawa mobilnya hati-hati dong, kalau marah sama saya yaudah saya berhenti aja tapi mati jangan bawa-bawa saya, saya masih mau hidup dosa saya masih banyak."

Dari awal Allura berbicara bahkan saat di rumah sebelum masuk mobil saat Saskara memaksa untuk setiap hari perempuan itu akan pergi berangkat bareng dengannya di karenakan agar irit uang bulanan sukses membuat Allura sedikit kesal hingga enggan menatap wajah Saskara yang tanpa perempuan itu sadari sudah sangat memucat seraya tangan kirinya memegang perutnya yang sangat sakit.

"Bapak dengan apa yang saya bilang tidak si?"

Mungkin sudah lebih dari 5 menit tidak ada sahutan dari laki-laki yang sedang mengemudi membuat Allura kesal setengah mati karena berasa seperti berbicara dengan patung bukan manusia, kepalanya menoleh dengan tatapan yang semula masih setia memandang jalan berpaling melihat laki-laki yang tengah kesakitan memegangi perutnya dengan berusaha mengendalikan mobilnya agar tidak oleng dengan tangan satunya membuat Allura sangat khawatir dengan apa yang terjadi.

"Pak!" Panggil Allura dengan tangan yang memegang dahi yang sedikit panas dengan perlu keringat membanjiri membuat perempuan itu panik.

"Pak, Bapak kenapa? Berhenti Pak biar gantian saya yang bawa." Ucap Allura dengan wajah paniknya

"Nggak usah."

"Pak! Bapak mau kita kenapa-kenapa? Nggak gitu Pak, cepet berhenti saya aja yang bawa."

"Nggak usah."

"Bapak ngeyel banget sih di bilangin, berhenti! Saya nggak mau mati konyol karena keegoisan Bapak ya."

Dengan penuh paksaan tangan Allura memutar kunci mobil dengan paksa tidak perduli jika akhirnya akan di serang oleh kata-kata kasar atau omelan dari mulut Saskara, yang perempuan itu inginkan sekarang mematikan mobilnya agar perempuan itu yang menggantikan untuk mengendalikan kemudi.

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang