🕊Bagaimana bisa wajah tidurmu sangat tenang berbeda ketika berinteraksi dengan aku yang selalu membuatmu kesal?🕊
Suasana malam sangat dingin karena banyak teman angin yang berlari kesana kemari hingga menusuk rongga tulang banyak manusia di muka bumi yang sedang berlalu lalang atau sekedar untuk menyegarkan dirinya dengan cuaca malam yang sejuk.
Begitupun juga yang tengah di rasakan perempuan bergamis merah senada dengan hijabnya yang tengah menggendong balita 3 tahun yang gembul yang sama sekali enggan melepas atau bahkan sekedar berjalan.
Mata perempuan itu sudah sangat pedas dan terasa ingin memejamkan matanya karena kantuk menyerang maklum mereka baru tiba di bandara Jakarta pukul 00.00 malam jadi rasa lelah dan kantuk menyerang juga dengan cuaca angin malam yang sangat mendukung.
Allura memilih untuk duduk di tempat tunggu dengan memeluk balita tampan yang tertidur di dadanya, bersyukurnya perempuan itu memakai gendongan kain langsung yang biasa di gunakan bayi untuk menggendong model kangguru kalau tidak mungkin tubuhnya akan seperti patah tulang karena berat Semesta yang menurutnya lumayan.
Perempuan itu memejamkan matanya dengan kepala tertunduk masuk ke dalam leher Semesta seperti tengah berpelukan membuat banyak pasang mata terkekeh karena menurutnya sangatlah imut posisi seperti itu di tambah banyak yang mengira bahwa Allura perempuan yang hebat di usia yang muda sudah bisa memiliki anak. Untuk wajah memang banyak yang tidak salah menebak Allura umur berapa karena wajah perempuan itu sesuai dengan umurnya.
Sedangkan di tempat lain seorang laki-laki tengah berkacak pinggang karena menunggu sang supir yang sangat sekali lama datang menjemputnya dengan sesekali melirik arlojinya yang sudah semakin malam, pasalnya besok dirinya dan perempuan yang sudah menyandang status sebagai istrinya harus masuk sebagai dosen dan mahasiswi.
Hingga sebuah mobil putih berdesain mewah muncul di hadapannya seraya seorang pria paruh baya keluar dari mobil dengan tubuh membungkuk dengan wajah rasa bersalahnya karena terlambat lebih dari 15 menit dari waktu on time yang di katakan majikannya.
"Maaf Pak, tadi saya ketiduran lalu macet di jalan."
Pria paruh baya bernama Jody tertunduk, Saskara yang notebenenya sedang marah tidak bisa mengeluarkan amarahnya karena di dalam islam pun kita sebagai muslim-muslimah harus memiliki cara bicara yang tenang, jadi yang hanya Saskara lakukan ketika marah diam seraya beristigfar dalam hati dengan berlindung segala kemungkinan buruk akan terjadi dan tidak merespone beda cerita kalau memang kesalahannya besar dan fatal maka laki-laki itu tidak akan dengan mudah memaafkan orang tersebut.
"Tidak papa."
Jody tersenyum karena majikannya selalu menahan marahnya, padahal jelas-jelas Jody melihat bahwa majikannya dengan wajah memerah dan kepalan tangan yang terlihat di kedua matanya, "Bapak silahkan kalau mau marah sama saya, saya memang salah. Selama ini Bapak nggak pernah marah sama saya padahal Bapak marah. Jadi untuk kali ini marahin saya."
Saskara berdehem lalu menghampiri Jody dan tangannya mengusap lembut bahu Jody yang masih tertunduk, "Pak Jody, surah Luqman ayat 19 yang artinya 'Dan sedehanalah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.'
"Menurut Imam Al-Qurthubi berkata bahwa ayat ini berisi adab yang Allah Ta'ala ajarkan dengan tidak berteriak di hadapan banya orang lain, baik untuk menghina maupun teriak secara umum Sayyidah Aisyah juga pernah di tanya tentang akhlak Rasulullah Saw dan menjawab 'Beliau tidak pernah berkata keji dan kotor, tidak pula berteriak-teriak di pasar. Beliau tidak membalas keburukan dengan keburukan, namun beliau memaafkan dan biarkan (Shahih At-Tirmidzi).'"
Jody tersenyum tulus setelah mendengar rangkaian kata indah yang majikan nya katakan, pria paruh baya itu sudah menjadi supir pribadi Saskara dari laki-laki itu berumur 1 tahun dan yang membuatnya betah karena keluarga besarnya sangatlah agamis dan membuat Jody betah dengan bekerja pria paruh baya itu bisa juga mendapatkan ilmu agama dari majikannya jika sedang berdalih atau ketika Jody melakukan kesalahan itu yang membuat Jody kagum dengan keluarga besar dengan nama belakang 'Muhammad'
"Masya Allah, saya kagum sama Bapak."
"Nggak perlu kagum sama saya, karena Allah menutupi aib keburukan saya."
"Ya saya mengikuti baiknya dan buang buruknya seperti yang Bapak bilang."
Saskara mengangguk lalu menepuk jidatnya pelan karena keasikan mengobrol berbau agamis sampai lupa Semesta dan Allura yang masih menunggu di dalam ruang bandara, "saya pamit jemput anak dan istri." Jody mengangguk dengan mata penasaran ingin melihat langsung istri majikannya.
"Semoga Pak Saskara bisa menerima istrinya seperti menerima Almarhumah Laras dan hubungannya baik dengan Semesta. Aamiin."
Dengan kaki jenjang tinggi dan langkah lebarnya langkah kaki itu menelusuri setiap inci tempat mencari seorang perempuan mungil menggendong anak laki-laki tampannya dengan mimik wajah datar seperti biasanya namun hatinya merasa sangat khawatir tentang keduanya terutama Semesta karena anak laki-laki itu darah dagingnya yang Allah titipkan untuknya dan Almarhumah Istrinya.
Sekitar lebih dari 10 menit baru bisa menemukan perempuan tengah memeluk seorang anak laki-laki di ujung bangku dekat toilet, Saskara menghela napasnya karena masih terengah-engah dan napasnya tidak beraturan akibat lari barusan.
"Saya cari kamu, Allura."
Laki-laki itu berhenti ke arah kedua makhluk yang sedang di carinya dengan masih keadaan yang sama, tertidur. Saskara berjongkok mengimbangi tinggi mereka lalu melihat wajah damai Semesta dan letih Allura yang kelihatan sangat cape mengurus Semesta yang sedikit rewel dan manja saat sakit, perasaannya tersenyuh sedikit melihat ke akraban dan perhatian di antara keduanya.
Tangan Saskara mengusap lengan Allura yang masih tertidur berusaha untuk membangunkan karena sudah hampir pukul satu malam, "bangun."
Tangan besar itu terus mencolek-colek bahkan kini sudah menepuk sedikit keras namun Allura tidak bangun juga, matanya beralih pada Semesta yang menggumam hingga kedua bola mata abu nya menatapnya, "Abi au banunin Buna?"
Saskara mengangguk berbarengan dengan Semesta dengan tingkah lucunya kedua tangannya menepuk pipi Allura yang putih beberapa kali hingga sang empu terbangun dengan sedikit kedua pipi itu sudah berubah berwarna merah.
"Maapin Cemesta ya Buna, pipi Buna meyah-meyah, adhi Abi au banunin Buna tapi ndak anun-anun yawudah Cemesta anunin mpok-mpok pipi Buna tapi ayaknya encengan deh Cemesta."
Allura yang masih mengerjapkan kedua matanya seraya menetralkan pandangannya yang kabur khas seperti orang bangun tidur terkekeh pelan dengan deheman pelan melihat wajah bersalah Semesta di depan wajahnya yang sedang merajuk dengan mengerucutkan bibirnya dan kedua mata nya yang sudah berlinangan air hampir jatuh itu, tangan lentiknya mengusap bola mata yang berlinangan itu hingga air mata yang terbendung mengalir lembut di pipi chubbynya, "sayang, Buna nggak papa. Maaf Buna ketiduran. Jangan nangis ah jagoan Buna."
Gadis ceroboh, dimana mana tidur.
Lalu kini matanya beralih kepada mata tajam yang tengah menatapnya tubuh laki-laki itu masih jongkok menyamai tinggi mereka duduk, Allura berdehem, "maaf Pak. Udah malam banget ya." Saskara berdehem mengiyakan, "pulang."
Bekasi, 22.54
KAMU SEDANG MEMBACA
20.42 (On Going)
Teen FictionBagaimana ketika kalian di jodohkan dengan seseorang yang merupakan dosen kalian dengan perbedaan 10 tahun dan parahnya dia adalah seorang duda beranak 1 di saat usianya masih 18 tahun? ✡DILARANG MENCOPY CERITA SAYA. KARENA CERITA INI ASLI DARI PE...