Dia

1.3K 167 135
                                    

🕊Apakah bisa membuka menerima tamu ketika sudah penuh isi rumah? Itu yang tengah aku rasakan🕊

"Umma! Assalamualaikum, Allura cantik anak Umma yang cantik datang."

Seorang perempuan bercadar dengan pakaian serba coklat susu sedang berkutat dengan makanan yang sedang di buatnya di dapur, "Waalaikumsallam, sayang."

Allura langsung menghampiri perempuan cantik walalupun tertutup cadar namun tidak membuat kecantikan Ummanya luntur bahkan Allura senang karena Ummanya merupakan sosok bidadari hidupnya lalu memeluknya menghirup aroma bunga mawar yang sangat di sukai Leena, Ummanya.

"Sayang, ganti baju dulu. Nanti malam ada temen Umma mau kerumah."

"Jam berapa Umma?"

"Jam 8 sayang."

Allura terlonjak kaget langsung melirik arloji yang ada di tangannya menunjukkan pukul 15.00 tandanya hanya tersisa 5 jam untuk menyelesaikan tugas yang di berikan dosen killernya yang sangat otoriter itu, melihat raut wajah anaknya berubah menjadi diam membuat Leena bertanya tanya tentang apa yang sudah terjadi dengan anak sulungnya.

"Ada apa Aura sayang."

Leena mengajak sang putri yang sering ia panggil dengan sebutan Aura duduk di sofa setelah menaruh masakan yang sudah di masak untuk cemilan anak-anaknya jika lapar, Allura yang kerap di panggil Aura oleh menuruti masih memeluk lengan kecil Leena seraya terus menciumi pipi Leena yang tertutup cadar yang hendak di lepas.

Allura yakin Leena tadi habis menerima tamu makanya memakai cadarnya, karena perempuan itu sudah mengetahui tabiat Leena yang hanya melepas cadar jika di rumah sedangkan jikaa ada tamu Leena akan memakainya dan bahkan lupa karena terlalu nyaman.

"Aura kesel Umma, tadi di kampus kan biasanya yang ngajar Dokter Gamma tapi tadi tuh Dosen baru udah killer, otoriter terus wajahnya datar lagi hatinya juga dingin banget. Kan biasanya kalau sama Dokter Gamma itu kalau jam masuk di kasih waktu 15 menit gitu tapi tadi Aura cuman telat 2 menit di suruh keluar Umma."

"Terus, apa yang Aura katakan dan lakukan ketika seperti itu situasinya sayang?"

"Aura marah, Aura bantah apa yang di katakan Dosen baru itu. Pas tiba di kantin, Aura keinget omongan Umma."

"Alhamdulillah, Aura bisa menahan kesabarannya."

"Tapi, tadi Aura di kasih hukuman Umma, disuruh buat makalah besok di kumpulin mana ada 3 materi. Huh. Kesel Aura, Umma."

Leena tersenyum menatap sang anak lalu tangannya mengusap lembut tangan kecil nan halus putrinya yang sedang kesal kembali setelah menceritakan apa yang sudah menimpanya hari ini, Leena menghela napas lembut, "lihat Umma."

"Apa yang menimpa Aura sekarang ini merupakan ujian bagi Aura dari Allah. Apakah Aura bisa menahan sabar nya Aura atau tidak dan Umma bahagia karena anak Umma yang cantik dan manis ini sudah bisa menyikapi apa yang seharusnya. Dan nasehat Umma, apapun masalahnya jangan pernah mengeluh hingga menimbulkan emosi dan sifat marah. Umma aja nggak suka, bagaimana Allah sayang?"

Allura mencerna baik-baik apa yang barusan di katakan Leena Kin, Ummanya yang seorang mu'alaf sebelum menikah dengan Abinya yang menuntut islam sedari lahir. Leena keturunan Korea-Jawa jadi tidak usah terkejut jika banyak yang mengatakan bahwa wajah Allura seperti oranag Korea karena itu turunan dari Leena sedangkan Abinya hanya orang Bandung asli.

"Terimakasih Umma cantik, Aura sayang Umma. Yaudah Aura keatas mau ngerjain tugasnya nanti keburu teman Umma datang. Assalamualaikum Umma."

Leena mengangguk seraya menyiapkan cemilan untuk putri sulungnya sebelum di bawa ke atas kamar Allura, "Waalaikumsalam sayang."

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang