Kesiangan

646 64 40
                                    

🕊Hanya takut satu.  Nyaman di saat tidak terbalas🕊

"PAK SASKA! KITA KESIANGAN HUWA PASTI YANG LAIN NUNGGUIN HADUH!"

Allura dengan terburu-buru menuju kamar mandi tidak perduli dengan sosok di sampingnya yang masih tengah tertidur, mereka kesiangan di karenakan setelah makan pagi pukul 07.00 mereka tidur di karenakan hanya tidur malam 3 jam apalagi Saskara yang hanya bisa tidur 2 jam setelah itu entah apa yang merasuki mereka berdua hingga tanpa sadar mereka tertidur hingga pukul 11.00 di mana keluarga perempuan dan laki-laki itu akan kembali ke Jakarta dan Cimahi.

Perempuan itu sudah tidak perduli lagi apa yang di gunakannya kali ini entah nyambung atau tidak karena memakai gamis berwarna hitam dengan asal mengambil kerudung berwarna abu panjang langsung dan segera melangkahkan kakinya untuk membangunkan Saskara yang ternyata sama kebonya dengan dirinya.

Tangannya saling bertautan karena ragu ingin membangunkan atau tidak karena mellihat wajah cape dan damai Saskara yang tertidur dengan meringkukkan tubuhnya terkesan lucu di mata Allura, namun saat melihat kini sudah pukul 11.00 dan sedari tadi Leena terus menghubunginya membuat perempuan itu menjadi bimbang dan bingung masalahnya Ceysa dan Kana meminta untuk datang bersama dengan Saskara.

'Bismillah, Aura kan megang dia karena terpaksa. Nggak papa udah jadi suami, Aura harus terbiasa, oke!'

"PAK! Bangun udah jam 11.00. Di tunggu sama Umma, Abi, Ayah, Ceysa dan Aira!"

Kedua tangan mungilnya terus menggoyang tubuh besar dan berat Saskara yang masih tertidur pulas dengan sesekali terduduk di depan perut laki-laki itu karena kecapean hingga berkeringat padahal hanya membangunkan Saskara, mungkin karena tubuhnya sangat besar.

Lalu karena sudah kepepet banget, akhirnya tanpa berpikir panjang tangan sebelah kanannya mengusap pipi Saskara yang sedikit ada bulu-bulu halus itu hingga kedua mata yang terpejam terbuka dengan wajah yang sangat polos.

Allura terkikik geli melihat wajah itu, karena bisa di bilang ini pertama kali melihat sosok Saskara dengan tampang tajam dan datar saat bangun tidur sangat menggemaskan dengan tanpa persetujuan dan sepertinya laki-laki itu tidak seratus persen sadar tangan kirinya mengambil ponsel di dalam saku gamis lalu memotret sumpah lucu banget kalau kayak gini, mirip Semesta.

"Pak! Bangun udah siang ayuk ih!"

Saskara hanya menggumam tidak jelas khas seperti orang bangun tidur seraya terduduk hingga menyisakan 2 jengkal dari keberadaan Allura yang masih terduduk, kedua tangannya mengucek dua kelopak matanya yang sangat berat untuk bangun dengan rambut teurai bebas sangat gemas.

Ketika matanya sudah terbuka sempurna dan di rasa sudah tidak mengantuk lagi lalu pandangannya bertabrakan dengan manik mata coklat terang perempuan di hadapannya yang tengah menatapnya dengan wajah polos seperti orang mengagumi.

"Kenapa?"

Allura yang terdiam langsung tersadar seraya mengubah posisinya yang terduduk hingga berdiri dan segera menarik tangan kanannya yang masih berada di pipi Saskara, namun naas sebelum tubuh mungil itu berdiri tangannya di cekal hingga Allura terduduk kembali membuat desiran obak menerjang begitulah suasana hatinya saat ini.

Gile manusia bukan nih, cakep bener. Nggak dosa kan ya kagum sama suami sendiri. Lah lu paan sih Ra! Sadar.

"Pak, lepas. Mending siap-siap saya mau skincare-ran dulu."

"Jam berapa?"

"Saya pikir mau bilang makasih, huh dasar."

"Jam berapa, Er-Khuluq Allura?"

Boom! Seketika bulu kuduk Allura merinding saat laki-laki itu menyebutkan nama lengkapnya yang tandanya seorang laki-laki di hadapannya telah kembali menjadi seseorang yang sangat menyebalkan, "jam 11, tau nggak udah pada nungguin di luar Bandara bilang orang kebo sendirinya kebo." Saskara menggeleng seraya mengusap lehernya, "saya cape."

Allura hanya memutar bola matanya malas melihat Saskara yang hanya terdiam, "mau mandi nggak?" Saskara menggeleng, Allura menepuk jidatnya pelan perempuan itu lupa bahwa laki-laki itu telah mandi sebelum subuh tadi.

"Yaudah minum air putih hangatnya dulu terus cuci muka beres-beres, baju udah saya siapkan. Saya mau skincare-ran dulu."

Setelah lebih dari lebih 20 menit dan selesainya Allura bersiap-siap tanpa polesan cukup menggunakan skincare seperti pelembab wajah, bibir dan sunscreen hingga tanpa sadar beberapa panggilan dari Umma dari ponselnya, perempuan itu langsung mengambil seraya menekan tombol hijau sambil mendekatkan ke arah telinga.

"Assalamualaikum, Umma."

"Waalaikumsallam. Sayang, kamu kemana aja lama banget."

Jawab Leena di seberang sana yang tanpa perempuan itu sadari bahwa ponsel Ummanya yang saat ini sedang me-soundspeaker alhasil semuanya dapat mendengar.

"Maaf Umma, Aura sama Pak Saska kesiangan nih, gara-gara begadang tadi malam."

"Bisa kan kesini nganter?"

"Bisa Umma, tunggu dulu Pak Saska lagi mandi."

'Allura tolong ambil handuk.'

Allura mengeryit dahinya seraya menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara tawa di ponselnya sangat memekakkan telinga, "Umma kenapa ketawa? Kok rame banget."

"Suami kamu noh kenapa?"

"Lupa bawa handuk, dasar udah tua sih jadi pikun."

"Hus, nggak boleh gitu. Yaudah kita tunggu ya, awas jangan ngapa-ngapain dulu."

"Umma ih."

"Yaudah Assalamualaikum." Jawab Leena dengan terkikik di seberang sana.

"Waalaikumsallam."

Allura mendengus sebal seraya menghentakkan kakinya sambil membawa handuk milik Saskara dengan mata terpejam menuju kamar mandi tanpa pintu itu tanpa ingin melihat sosok laki-laki yang mungkin berada di hadapannya karena bau khas mint milik Saskara tercium di indra penciumannya entah sudah memakai baju atau belum namun itu hanya pertanyaan bodoh buat apa memberikan handuk kepada laki-laki itu kalau tidak mandi tapi yang buat bingung katanya Saskara tidak mandi.

"Nih Pak! Saya nggak tau Bapak ada dimana, udah pakai baju atau belum karena yang saya tau Bapak nggak mandi."

Saskara tersenyum miring saat posisi tubuhnya tepat di depan perempuan yang tengah memejamkan matanya dengan keadaan yang sudah rapih berbeda dengan dirinya yang baru selesai mandi, ya Saskara memutuskan untuk mandi karena Batam sangat panas.

Tangan besarnya mengambil handuk dengan sedikit menghentak membuat mata sipit terpejam itu terbuka sedikit.

"Pak! Bapak sengaja ya! Jangan macam-macam ih. Dasar mesum."

"Siapa?"

"Kan saya mau mandi wajar, kamu tuh kali pikirannya kotor."

"Enak aja, gini-gini saya masih polos."

"Apanya polos."

"Otaknya."

"Yasudah kalau begitu," tangan Saskara yang dingin dan masih ada airnya mengusap pelan pipi perempuan itu seraya membelainya lembut  hingga tubuh perempuan itu mundur ketakutan dan mematung. Saskara hanya menaikkan alisnya, Allura terdiam seraya menelan salivanya saat deru napas laki-laki di hadapannya semakin mendekat, "kayaknya kamu yang mau mesum sama saya."

"BAPAK! DASAR MESUM! SAYA TUNGGU DI LUAR! LAMA SAYA TINGGAL!"

Gila kali ya tuh tua bangka, nggak inget umur udah pegang-pegang nggak pake baju emangnya gue bakal kerayu. Idih ogah, amit amit jabang jablay. Untung aja gue baik hati karena nggak gue tendang anunya.

Bekasi,  20.39

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang