Kepercayaan

171 15 8
                                    

🕊Berkali-kali dia mengecewakan diri ini. Tapi entah kenapa diri ini terlalu mudah untuk terus memaklumi dirinya.  Cinta?  Kebodohan?🕊

...


Prjalanan dari rumah menuju Rumah Sakit 'Cempaka Hospital's' memang butuh waktu lama hingga memakan waktu satu jam sampai tanpa sadar perempuan bergamis tertidur dengan lucu seraya memeluk anak kecil gembul pemandangan seperti memang sangat menjadi favorit untuk laki-laki yang dengan secepat kilat marahnya langsung mereda hanya dengan melihat gemasnya setiap kedekatan istri dan anak sambungnya.

Entah kenapa magnet dalam diri Allura sangat kuat bahkan untuk marah, cuek atau yang lainnya tidak bisa lama-lama, bahkan dengan almarhumah Laras tidak pernah Saskara merasakan seperti ini.

Astagfirullah maaf Laras.

Melihat laki-laki di sampingnya terus menatap perempuan dan anak kecil yang berada di bangku belakang membuat perasaannya kembali campur aduk, menurutnya rencana tadi sudah berhasil seharusnya Saskara semakin membeci perempuan itu bahkan juga anaknya justru sebaliknya.

Lo pakai pelet apa sih! Liat aja nanti tunggu.

Jule berdehem membuat Saskara memutar badan dengan sedikit gugup, "bangunin istri kamu Sas."

Saskara menghela napas lalu melompat seperti anak kecil melangkahkan kaki lebarnya untuk berpindah kebelakang sontak membuat Jule tertawa, "kamu nggak ada berubah-rubahnya ya." Saskara tertawa kecil bahkan sebenarnya itu bukan tertawa tapi hanya respone yang laki-laki itu biasa lakukan.

Setibanya Saskara di hadapan mereka dengan sangat pelan-pelan menepuk kedua pipi tidak chubby Allura beberapa kali namun nihil tidak ada gerakan, Saskara menghela napas seraya menepuk jidatnya lupa bahwa sosok perempuan satu ini sangat sulit untuk di bangunkan. Daripada kelamaan pikiran laki-laki itu membangunkan anaknya terlebih dahulu.

"Semesta, bangun."

"Ya Abi." Jawab Semesta dengan suara paraunya seraya mengerjapkan kedua matanya lucu melihat ke wajahnya yang cukup tenang. Saskara berdehem, kedua tangannya menunjuk Allura yang tengah tertidur pulas.

"Bangunin Buna."

"Buna ucah anet ya angun."

"Use the way you usually do."

"What is that, Abi?"

"Kiss."

Semesta tersenyum seraya tertawa terbahak-bahak saat mengingat kejadian di bandara dan memang setiap perempuan itu susah untuk di bangunkan sudah menjadi tradisi dengan cara seperti itu, "Good idea Abi."

Jule terkejut bahkan sangat terkejut melihat interaksi mereka, karena biasanya laki-laki tersebut tidak pernah sedekat ini sebelumnya maksudnya seperti berinteraksi hanya berdua semenjak kejadian meninggalnya Laras, mereka akan berinteraksi kalau tidak di paksa dengan dirinya itupun Saskara sama saja tetap cuek dengan anaknya sangat aneh pikir perempuan itu.

Tidak lama kemudian Semesta yang masih berada di pangkuan perempuan di hadapannya bibir ranum merah kecilnya menelusuri wajah cantik tertidur pulasnya Allura dengan cekatak anak laki-laki itu menciumin setiap inci wajah Allura hingga menimbulkan suara dan bahkan air liur Semesta sudah cukup banyak di wajah perempuan itu hingga membuat sang pemilik wajah merasa risih dan tidak nyaman dengan keanehan di wajahnya.

Semesta tersenyum puas seraya berujar horeee saat kedua mata sipit Allura terbuka dengan lucu, Allura menghela napas ternyata ini adalah ulah anaknya sendiri untuk membangunkannya membuat perempuan itu tersenyum lalu tertawa karena dirinya lah yang belum terbangun, perempuan itu merutuki dirinya yang sulit sekali terbangun, kebiasaan masa mudanya, pelor.

20.42 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang