"terkadang terlalu cepat mengambil kesimpulan justru menghancurkan dirimu sendiri"
Author Pov
Bugh
"Jadi karena cowok ini kamu gabales pesan kakak?"
"Kak?!"
Hujan berlari kearah pria yang masih terbalut helm itu. Bagaimana bisa dia melontarkan pukulan sekencang itu tanpa meminta penjelasan apapun dahulu.
Dan apa? Marah karena Hujan tidak membalas pesannya? Lalu apakah Hujan diperbolehkan marah saat melihat James berduaan dengan wanita lain?
"Don't be childish ka, please" Lirih Hujan pelan saat lirikan matanya tertuju pada seorang pria yang terduduk di lantai karena pukulan telak yang tiba-tiba.
Ia terkejut saat darah segar mengalir dari bibir pria itu. Hujan hendak berjalan kearah pria itu, namun tangannya dicekal kencang oleh James.
"Kamu kesana, kakak habisi cowok itu" ucapnya sarkas membuat Hujan takut. Ini pertama kali rasanya, merasakan aura dingin James kecuali saat mereka bertukar pesan.
"Awhh, tonjokan lu berasa juga, tapi lo tau ga seberapa berharganya satu tetes darah gua?" Pria yang dikira Hujan akan berlari ketakutan, setelah bisa bangkit justru malah mengucapkan hal konyol, yang dapat menyulut emosi siapapun saat ini. Terutama James yang berlaku sebagai lawannya.
"Banci!"
Hujan Pov
Aku panik saat pria ini tiba-tiba mengusap kasar darah yang ada di bibirnya serta mengatakan hal yang pasti menyulut emosi james.
Aku merintih dalam hati, saat tangan yang menggenggam tanganku ini mengencang dan menimbulkan nyeri yang luar biasa.
"K-kak, sakit" Berontakku berusaha melepaskan cengkraman tangannya.
"Yakin lu cowok? Masa bikin cewek lo kesakitan?" Ucap pria di depanku ini lagi. Aku memberi kode padanya, menggeleng untuk tak menyulut emosi James.
Dia mungkin mengira James hanya anak SMA biasa yang bisa dengan mudah Ia kalahkan. Tapi tidak, Bahkan hampir seluruh sekolah tau bahwa James tidak akan berhenti bertarung sampai lawan tunduk padanya, walau bisa hampir mencabut nyawa juga.
Namun kusadari, pria itu tak menanggapiku sama sekali. Dia justru memasang raut wajah dan postur tubuh yang tampak sangat jelas untuk mengajak James bertarung.
Author Pov
"Ah" Hujan merintih saat tangannya dihentakan begitu saja oleh James.
"Bastard, lo mati sama gua" James berlari dan bersiap menerjang pria itu dengan tinjunya.
"Kak!" Hujan menutup matanya takut. Ia tidak mau menambah kebenciannya pada James, dengan melihat pacarnya itu menjadi seorang pembunuh atau melukai seseorang dengan keji.
Dengan mata yang tertutup Hujan dapat dengan jelas merasakan aura panas di sekitar tubuhnya. Dapat ia pastikan saat ini kedua pria itu menjadi tontonan dan pusat perhatian.
Tak terasa air mata menetes di pipinya, dia takut pria asing itu akan terluka karena dirinya.
Namun tak sampai lima menit,"Hey, kenapa nangis?"Tiba-tiba suara bariton yang tadi Ia kira James ini terdengar di telinganya. Saat ini Hujan dapat merasakan ternyata suaranya sangat berbeda dengan James, dia lebih hangat.
Hujan perlahan membuka matanya, menampilkan pria yang lebih tinggi sedang berdiri tepat di depannya. Hujan mengusap kencang air matanya, menatap pria ini dengan bingung, karena tak ada luka lain selain luka pertama hasil pukulan telak dari James.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Jugendliteratur{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...