Kepikiran

309 62 46
                                    

"Hanya sekali di katakan, namun berulang kali terpikirkan"

Author Pov

Hujan menutup buku cetak tebal bertuliskan sejarah miliknya. Hari ini Ia lewati dengan sangat cepat. Mungkin karena tidak ada James yang mengganggunya.

Jujur saja, Hujan masih memikirkan pertanyaan Nuel tadi pagi. Entah kenapa, pria itu berbeda dengan kesan mereka pertama kali bertemu.

Apakah penting baginya jika Hujan masih atau sudah tidak suka pada James? Apa mungkin dia..

"ahhh, Kak Nuel gamungkin gitu" Hujan menepis jauh-jauh pikiran gila yang muncul di benaknya.

"Apanya yang gak mungkin Jan?" Tiba-tiba muncul satu sosok di belakangnya yang mengejutkan. Entah sejak kapan Ia ada di sana.

Suasana kelas mendadak ramai, para siswa yang belum pulang maupun mengintip dari jendela terkejut dengan kedatangan pria penuh pesona yang mereka kira anti sosial.

Dia salah satu anak baru itu kan?

Kak Nuel ganteng banget sumpah

Dia deket sama cewek itu?

Hujan reflek menutup mulutnya sendiri.

"anu kak"

"anu apa?" Tanya pria itu lagi.

"G-gaa mungkin kalo kak Nuel jahat sama orang"

"Haha, random banget lo sampe mikir kayak gitu?" Sang pemilik nama terkekeh mendengar alasan yang di bentuk oleh adik kelas lucunya ini.

Hujan dengan kaku mengusak tengkuknya yang tidak gatal karena malu.

"Kakak ngapain disini?" Tanya Hujan keheranan, pasalnya kelas 11 dan 12 ada di lantai yang berbeda.

"Lo udah mau pulang?"

Hujan menggangguk kecil.

"Yaudah ayo bareng gua" Ucap Nuel to the point membuat Hujan terkejut.

Beberapa siswa yang ada di sekitar Hujan pun pada terkejut mendengarnya. Mereka berbisik iri dan mencemoh menjadi satu. Namun Hujan dan Nuel tak terlalu memperdulikan itu.

"Gua bantu" Dengan cekatan Nuel membantu Hujan memasukan buku gadis itu ke dalam tasnya. Hujan hanya bisa terdiam terhipnotis dengan aroma parfum yang sangat dekat ini.

"Udah ayo" Lalu Nuel menarik tangan Hujan dengan pelan, membuat mereka seakan bergandengan. Ada firasat mengatakan, maka besok akan ada gosip bertebaran.

Sesampainya di tempat parkir, mereka bediri di depan mobil BMW berwarna hitam pekat yang pernah Hujan lihat sebelumnya. Ia sudah merencanakan mengantar Hujan pulang hari ini, maka Ia membawa mobilnya.

Untung saja para curut (SABER) itu tidak mengikutinya dan mengalah kali ini.

Nuel membukakan pintu mobil untuk Hujan, menandakan wanita itu untuk masuk sekarang.

"Aw" Hujan yang akan masuk terhambat karena tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang. Yang pasti bukan Nuel.

"Kamu, pulang sama kakak" Suara bariton pemuda itu menggema di telinga Hujan.

HUJAN | TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang