"Ternyata halusinasinya lebih kejam dari realita."
Nuel melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Membelah jalanan Ibu kota yang tak terlalu padat karena jalan yang Ia pilih bukan sebuah jalan utama.
Pikirannya tak menentu. Entah apakah kabar kali ini dapat membantu atau hanya menyulitkannya.
Setelah berhasil kembali menarik Hujan ke dalam pelukannya, rasa egois harus memiliki itu timbul kembali ke permukaan hatinya setelah hampir musnah begitu saja.
Pelukan hangat yang sangat Ia rindukan, mata yang menatapnya dengan tatapan cinta dan sabit indah yang terukir saat Ia tersenyum.
BRAK
Suara pintu sebuah ruangan terbuka dengan kencang. Deru langkah kaki terdengar tergesa-gesa memasuki ruangan itu.
"El, lo udah dateng?" Jakes langsung beranjak dari kursi bundar tempat mereka bisa berkumpul untuk sekedar bercengkrama.
"Kabar apa?" Tanya Nuel tak pakai basa-basi langsung melontarkan pertanyaan yang mengganggunya sejak dari tadi.
"Duduk dulu El." Abian memotong omongan Nuel tanpa memberikan tanggapan apapun mengenai pertanyaan sahabatnya itu.
Nuel berjalan menuju sofa dan duduk tepat di samping Bima yang menatapnya dengan tatapan yang tak dapat terbaca atau dimengerti.
"Ini ada apa sih?" Nuel membuka suara kembali.
"Lo tau kalo adik nyokap gue adalah seorang dokter gangguan jiwa di RSJ. Casuara kan?" Abian memulai penjelasannya.
"Dokter Kasuari? Gue tau."
"Tadi siang, sekitar jam 2, gue pergi untuk nemuin tante Kasuari. Gue ngeliat seseorang yang bener-bener buat gue terkejut dengan kehadirannya."
Nuel mengerutkan dahinya tak mengerti, lalu apa hubungannya dengannya dan Hujan?
"Lo liat siapa?"
"Kanaya Xabiru."
"Ya mungkin dia jenguk teman atau kerabatnya?" Jawab Nuel penuh tanda tanya, namun Ia masih mengusahakan diri untuk berfikir positif tentang Biru.
"Lo harus liat ini. Gue tau cara ini salah, tapi setelah gue ceritain semuanya. Tante Kasuari mau untuk ngasih data ini ke gue. Gue mohon, apapun yang lo baca disini, harus lo ubah jadi sebuah rencana yang baik." Abian mengeluarkan sebuah aplop coklat dengan cap RSJ Casuara menghiasinya.
Nuel menerimanya dengan perasaan aneh, curiga namun penuh rasa penasaran.
Tangannya perlahan-lahan membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan beberapa lembaran kertas berwarna putih.
Tepat di halaman terdepan, tertulis nama dengan jelas.
Riwayat Kesehatan : Kanaya Xabiru
"Riwayat kesehatan?"
"Lo harus baca halaman selanjutnya."
Jari jemari Nuel membuka lembaran selanjutnya.
"Skizofrenia?"
"Gue jelasin secara singkat aja ya El. Banyak kata-kata yang pasti ga lo pahamin disitu. Gue akan sampein apa yang Tante Kasua sampein ke gue tadi."
"Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental yang bisa menyebabkan halusinasi pada penderitanya. Sebelum pergi ke luar negri, Xabiru pernah di diaknosa skizofrenia yang buat dia berhalusinasi bahwa yang ngebully dia selama ini adalah Hujan, kakaknya sendiri"
"What?! Halusinasi? Bullying? Lo ga salah dapet info kan Bi?" Seluruh tubuh Nuel melemas, entah kenapa ada sedikit rasa bersalah yang timbul karena mengetahui penyakit Biru.
"Gak mungkin salah, tante gue yang megang dia secara langsung El. Lo bisa jadiin ini senjata ke orang tua lo, atau buat suatu perjanjian sama orang tua Hujan." Abian melanjutkan kata-katanya, membuat Zanuel masih terdiam tak percaya. Ini memang info yang sangat berguna, namun apakah tidak jahat jika menggunakannya sebagai tameng untuk menghentikan perjodohan ini?
"Lo boleh pikirin dulu, kita juga cuma berniat bantu lo. Kalau mau diskusi ke Hujan, boleh banget."
"El." Suara dari sisi sofa lain membuat Nuel menoleh.
Dahinya berkerut saat Jakes memanggil namanya, Nuel menaikan sebelah alisnya tanda bertanya kenapa?
Suasana mendadak hening sejenak, Jakes pun seperti ragu mengeluarkan kata-kata yang ingin dia lontarkan.
"Woi, apaan?" Tanya Nuel yang sudah dipenuhi rasa penasaran. Ia tak bisa menerka apapun yang akan dikatakan oleh Jakes.
"Sorry untuk kali terakhir." Akhirnya suara bariton pria itu terdengar, namun tak seperti biasanya, suara Jakes cenderung kecil dan menahan malu.
Nuel, Abian dan Bima melongo di tempat mendengar apa yang Jakes katakan. Walaupun dengan suara yang pelan, namun itu sangat jelas masuk ke telinga mereka.
"Hah? Apa?" Nuel malah iseng pura-pura tidak dengar, padahal tawa hampir pecah dari dirinya.
"Shit. Sorry untuk kemarin." Akhirnya Ia pun mengulang perkataan itu, walau dengan umpatan pendek yang mengawalinya.
"Pppfttttt BWHAHAHAHAHAAH." Ternyata tawa Abian pecah lebih dahulu sebelum Nuel dan Bima. Wajah pemuda kaya itu memerah sembari tertawa terbahak-bahak, detik selanjutkan Nuel dan Bima ikut tertawa pula.
"Gimana rasanya harga diri diturunin?" Tanya Nuel dengan nada meledek.
"Gue tarik omongannya." Jakes menjawab dengan nada kesal seperti anak bayi yang tak digubris dan malah ditertawakan.
"Utututuu ade Jakes, iya-iya kakak maafin." Nuel semakin kurang ajar bertingkah.
"Kebun binatang lo!"
***
"Kamu harus tau kabar ini, aku gabisa ambil keputusan sendiri."
"Iya kak, apa?"
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🗣️: Halo halo halo, ak menghilang 2 minggu, lalu muncul lg ke peradaban krena ada beberapa hal yg harus dilalui mendaki gunung dan melewati lembah
🔥: Kira-kira keputusan apa yang bakalan dibuat Hujan dan Nuel?
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. Zanuel Evagas
3. SABER
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Roman pour Adolescents{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...