Hallo selamat malam minggu!
Jujur aku nulis part ini aga greget sendiri, semoga feelnya sampe ke kalian juga ya yang baca.Happy reading<3
"Masing-masing berhak mendapat kesempatan kedua. Tapi terkadang Ia terjebak dalam situasi dimana harus membuang kesempatan itu dan kecewa."
Author Pov
Suasana markas yang biasanya ramai dan penuh canda tawa, malam hari ini sangat suram dan penuh emosi semata. Untung saja Jakes berhasil ditahan oleh Bima untuk tidak lanjut mengatakan ocehan sarkasnya yang bisa menyulut emosi Nuel saat itu juga.
Bima paham maksud Jakes adalah untuk menyadarkan sahabatnya. Namun caranya yang kasar dan sarkas salah untuk seseorang yang hatinya sedang terluka.
Kling, kling
Ponsel milik seorang yang sedang kacau terus-terusan berbunyi tanda ada pesan masuk yang mengusiknya.
Nuel terpaksa membuka ponselnya, mengecek pesan dari siapa. Salah satu harapannya adalah gadisnya mengajaknya bertemu untuk mengobrolkan sesuatu.
Tangannya bergetar, rasanya emosi yang mulai surut seakan naik lagi ke ujung kepalanya. Membaca pesan itu yang mengatakan bahwa Ia mencintai gadis munafik itu adalah fakta paling memuakan baginya.
"El? Lo gapapa?" Tanya Bima melihat raut wajah Nuel yang berubah.
"Gue harus temuin Hujan!" Nuel tiba-tiba bangkit dari duduknya dan berbicara dengan nada agak keras mengejutkan teman-temannya.
"El! Ini udah malem. Lo jangan gila!" Bima lagi-lagi menyadarkan Nuel akan situasi yang sedang terjadi sekarang. Ini bukan situasi ringan yang bisa Ia selesaikan se-simple itu.
"Gue besok bakalan temuin Hujan untuk buat janji sama lo, balik sekolah lo ngobrol berdua sama dia. Jelasin sejelas-jelasnya." Abian akhirnya buka suara, Ia rasa ini satu-satunya hal yang bisa Ia bantu untuk Nuel kala ini.
"Thanks." Sahut pria itu singkat.
***
"Mana sih?! Katanya mau jemput!" Sentak seorang gadis berambut pendek yang sejak tadi mondar-mandir di depan rumahnya setelah siap untuk berangkat sekolah.
"Sabar ya sayang, rumahnya kan jauh. Mungkin agak terlambat." Bujuk Syena pada anak gadisnya yang mulai mencucutkan bibirnya seperti bebek.
"Ma, Hujan berangkat." Seorang gadis dengan rambut tergerai muncul dari balik pintu putih besar itu dan berpamitan sambil agak menunduk. Tidak ada yang boleh tau bahwa Ia menangis semalaman hingga tertidur.
"Eh kak. Hari ini lo berangkat aja sama Pak Tono. Soalnya calon gue mau jemput." Gadis yang sejak tadi menekuk wajahnya mendadak berubah menjadi tersenyum kecil saat sang target manisnya muncul.
Sungguh, Hujan sangat lelah karena menangis semalaman. Jika bisa menampar adiknya saat ini juga, Ia pasti sudah membuat pipi putihnya itu memar memerah.
"Thanks." Hujan berjalan kearah mobil putih yang sudah terparkir rapih di halaman rumahnya. Ia menaiki mobil tersebut dengan santai, sudah lama rasanya.
"Akhirnya saya bisa nganter non Hujan lagi." Sapa Pak Tono tampak gembira setelah Ia berhasil memasang seatbelt miliknya.
"Iya pak." Sahut Hujan dengan senyum ramah, masih dengan agak menunduk agar tidak ada yang menyadari betapa bengkak matanya saat ini.
***
Hujan tidak tau ada hal apa sampai begitu turun dari mobil semua mata tertuju padanya. Bahkan yang lebih mengejutkan, Thea dan Jesllyn menunggunya di halaman sekolah dengan wajah panik dan butuh banyak penjelasan.
"Jan!" Teriakan Jesllyn membuat beberapa mata yang tadinya tak tertuju padanya menyadari kehadirannya. Mereka tampak berbisik, memasang wajah kasihan.
"Jan lo gapapa?" Tanya Thea juga dengan nada agak khawatir setelah mereka saling berhadapan.
"Jangan nunduk." Jesllyn mengarahkan satu jarinya ke dagu Hujan, mengangkat perlahan wajah sahabat tercintanya itu. Lingkaran hitam dan hidung yang memerah menjelaskan segala kekhawatiran mereka pada Hujan saat itu juga.
"jahat ya adek lo?! Nuel juga! Lo pokoknya gaboleh ada hubungan apapun lagi sama mereka!" Kesal Jesllyn dengan nada menggebu-gebu. Hujan menatap Jesllyn dengan nanar, ada rasa bersyukur karena memiliki sahabat seperti mereka. Namun darimana kah mereka tau tentang permasalahan ini?
"Kalian..tau darimana?" Tanya Hujan akhirnya membuka suara, jika orang lain yang mendengarnya, maka mereka tak akan menyadari adanya perubahan suara pada gadis ini. Tapi karena itu Jesllyn dan Thea, nada serak khas habis menangisnya sangat tampak jelas begitu Ia berbicara.
"Adek lo, ngepost foto waktu kalian makan malam bersama. Dengan caption yang sumpah begitu baca gue pengen potong-potong jarinya biar gabisa ngetik lagi!" Kali ini Thea yang berbicara, nada bicaranya tak kalah menyeramkan dari Jesllyn.
"Caption?"
"What should be mine, will be mine forever. Nuel. With hastag #matchmaking" Jesllyn memeragakan dengan nada mengejek. Seentero sekolah tau bahwa maksudnya adalah merebut pacar sang kakak dan menjadikan perjodohan sebagai tamengnya.
"Jan! Inget ya! Lo.gak.boleh.nemuin.Nuel.lagi!"
"Ets gabisa gitu. Gue harus minjem temen lo." Sosok pemuda tampan pemilik suara bariton dan aura sultan muncul di atara mereka bertiga, dengan tidak sopan memotong obrolan mereka dan berniat berbicara dengan Hujan.
"Gak. Lo pasti gaada bedanya kan sama temen lo!" Kesal Jesllyn
"Gue Abian. Temen-temen gue ada Nuel, Jakes, Bima. Orang tua kami beda, kami jelas beda dong?" Sahut Abian dengan santai, namun terdengar dengan nada agak meremehkan.
"Diem." Muak Hujan memotong obrolan.
"Ada perlu apa kak?" Tanya-nya berusaha sopan pada Abian. Jika pria ini mengajak berbicara, ini pasti ada hubungannya dengan Zanuel.
"Lo ada waktu pulang sekolah? Ada yang harus temen gue omongin sama lo." Jujur Abian di tempat itu juga.
"Dia ada janji sama g-"
"Gue nanya sama temen lo, bukan sama lo." Balas Abian kepada Jesllyn yang hendak membantah.
"Bisa."
"Jan-?"
"Last chance Jes, The." Sahut Hujan dengan nada agak pelan.
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🔥: Kira-kira Nuel bisa gak gunain kesempatan terakhir ini?
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. Zanuel Evagas
3. Kanaya Xabiru
4. Syela
5. Abian
6. Jesllyn dan Thea
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Novela Juvenil{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...