Warning

256 47 0
                                    

Selamat malam Minggu pren <3
Happy Reading !

"Aku janji. Aku akan selalu disini"

Author Pov

Nuel masuk ke kelas yang asing baginya. Pandangan mata semua orang tertuju pada Pria yang dengan tiba-tiba masuk di tengah jam kosong saat semua guru sedang melaksanakan rapat dadakan.

Tatapan matanya langsung jatuh pada seorang pria yang bergetar menatapnya dari kursi pojok. Ia dengan cepat menunduk agar tidak terjadi interaksi mata dengan Nuel lebih lanjut.

"Lo semua keluar dari kelas." Ucap Nuel penuh intimidasi sembari menatap sekitar. Tak pakai ba bi bu semua anak menurut. Termasuk incaran Nuel yang sudah siap berdiri dan melarikan diri keluar.

"Lo diem di tempat" Tunjuk Nuel pada pria itu.

Reno menghentikan kegiatannya dan kembali duduk. Intimidasi ini tidak biasa, semakin lembut pria itu berucap, semakin Ia merasa takut.

"Gue udah pernah kasih lo peringatan satu kali. Gua gasuka ngulang sesuatu hal yang harusnya bisa dimengerti sama manusia" Nuel berkata sembari mengepal tangannya erat, menahan diri tak membuat pria ini pingsan di tempat.

"L-lo gausah mendekat ajg!" Panik Reno saat pria ini mulai melangkahkan kakinya mendekati kursi milik pria yang gemetaran di tempat duduk pojok itu.

"Dimana Hujan?"

"Gua gatau!"

Brak

"Dimana cewek gua sialan?!" Nuel menonjok meja yang ada tepat di sebelahnya. Reno terbelalak saat melihat ada darah yang keluar dari tangan Nuel. Sekencang apa dia menonjok meja kayu itu.

"Lo mau mati?" Tanya Nuel sarkas.

"D-dia di gudang! Di gudang belakang"

Bugh

"Bajingan. Gua gasuka milik gua disentuh" Nuel melayangkan satu pukulan sebelum akhirnya berlari keluar kelas. Membiarkan darah menetes dari tangannya, dan membiarkan pria yang terkena tinjunya itu pingsan disana.

"El! Lo mau ke-" Abian bertanya saat berpas-pasan dengan Nuel yang tampaknya dipenuhi emosi dan rasa khawatir. Namun Ia tak mendapat jawaban apa-apa. Mereka memilih mengikuti Nuel yang berlari entah kemana.

***

"Jan! Jawab aku jan! Kamu di dalem!?" Nuel terus menggebrak pintu gudang yang terkunci itu. Ia butuh jawaban. Jika di dobrak, Ia khawatir gadisnya ada tepat di belakang pintu ini dan malah terluka.

"Kak, gelap. Disini gelap." Suara rintihan perlahan terdengar dari pintu kayu yang tak berbelah itu.

"Kamu mundur ya sekarang, 10 detik dari sekarang aku dobrak."

Nuel terus menghitung dalam hatinya, perasaannya tak karuan. Kenapa Ia tadi harus meninggalkan gadisnya di sekolah sendirian.

BRAK

Tepat di hitungan ke 10, Nuel menobrak pintu kayu itu dengan tendangannya.

Seorang gadis yang meringkuk lemah, baju yang berdebu, Ia tau pasti gadis ini berkali-kali terus berusaha membuka pintu usang ini.

Tak banyak pikir, Nuel berlari ke dalam sana. Memeluk Hujan dengan erat. Seluruh tubuh gadis itu bergetar hebat. Nuel membiarkan tangis Hujan pecah di dada bidang miliknya.

Tangannya mengelus rambut halus milik Hujan. Memberikan kehangatan dan rasa tenang secara bersamaan.

"Aku janji, aku akan selalu disini. Siapapun yang nyentuh kamu, berarti dia harus siap kehilangan miliknya" Batin Nuel.

"EL! GIMANA?!" Saat 3 orang pria mendekat ke arah mereka.

Nuel memberikan isyarat untuk diam. Ia dapat merasakan nafas berat gadis ini sudah berubah menjadi hembusan yang lebih tenang. Sepertinya Hujan tertidur di pelukannya. Pasti dia sangat lelah.

"Bi, pinjem jaket lo" Pinta Nuel yang tak dimengerti untuk apa gunanya. Namun Abian langsung melepaskan jaket miliknya dan memberikan ke temannya itu.

Nuel bergerak sedikit-demi sedikit. Dengan tangan cekatan Ia mengikatkan jaket besar milik Abian ke pinggang gadis itu, menutup rok pendeknya lalu menggendong Hujan yang tertidur ala bridal style.

"Gentle banget temen gua. Jadi sayang" Ejek Bima tak karuan.

"Gay setan." Balas Jakes.

***

Nuel yang sedang menggendong Hujan serta diikuti oleh ketiga temannya mendapat perhatian dari semua siswa siswi yang mengintip dari balik jendela. Jika jamnya tidak salah, seharusnya 20 menit lagi jam kosong akan berganti dengan bel pulang.

Tatapan Bima jatuh ke seorang gadis yang sejak tadi menunduk suntuk di kursi koridor.

"Itu bukannya temennya Hujan, El?" Tanya Bima pada Nuel yang masih terfokus menatap depan. Saat Nuel menoleh Ia mengangguk.

Thea mengangkat kepalanya saat suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya. Matanya berkaca-kaca saat melihat Hujan digendong.

"Ets, stop. Dia tidur. Gua bakalan bawa dia ke UKS. Lo balik aja ke kelas" Nuel menghentikan Thea yang terbaca pasti mengira Hujan pingsan.

Air matanya yang hampir mengalir otomatis mengering. Nafasnya terhela tenang.

"Makasih banyak ya kak."

"Gua yang makasih."

Thea mengangguk senang. Rasa sesak di dadanya karena khawatir sudah menghilang. Namun pandangannya beralih ke tangan Nuel yang menggendong sahabatnya itu.

"Tangan lo?"

"Santai."

"Lo gaakan pingsan kan? Apa perlu gua anter ke kelas?" Suara bariton seorang memenuhi gendang telinga Thea saat akan melangkahkan kakinya ke belakang.

"Ah...ng-ngga kak makasih" Gugup Thea. Perasaan macam apa ini, kenapa seperti ada yang mengganggu hati dan pikirannya saat suara ini berbicara dengannya.

"Modus lo murahan." Ledek Jakes kepada Bima. Lalu terkekeh kemudian.

"Sialan."

Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡

🔥: Satu kata untuk Nuel!?

Cast in this chapter

1. Kanaya Hujan

2. Zanuel Evagas

3. Kanaya Xabiru

4. SABER

5. Thea

6. Reno





HUJAN | TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang