"Sebelum menjadi abu-abu, hari denganmu pernah seberwarna itu"
Author Pov
Dengan langkah jalan yang tak begitu cepat Hujan mengikuti James yang masih setia menautkan genggaman mereka.
Mall hari ini tidak tampak begitu ramai, mungkin karena bukan hari libur sekolah maupun kerja.
Sudah 12 menit sejak mereka tiba dan berkeliling di lantai yang penuh dengan konter ponsel, dan 12 menit juga James mencari ponsel yang tak kunjung cocok dengan minatnya, padahal tujuannya adalah membelikan Hujan.
"Ini berapa mbak?" Tanya James menunjuk salah satu ponsel lipat berwarna ungu yang terpajang cantik mencuri perhatiannya.
"18 juta seratus ribu rupiah Kak" Jawab sang pelayan wanita dengan senyum berseri-seri. Entah karena pembelinya yang tampan, atau akhirnya ada yang menanyakan produk mahal padanya.
"Kak, jangan" Hujan menarik seragam James, memberi isyarat bahwa Ia tidak butuh ponsel semahal itu.
Tanpa menghiraukan kode dari Hujan, James mengeluarkan kartu dari dompetnya dan diserahkan ke sang pelayan.
"Langsung dipasang SIM card ya mbak." Sang pelayan langsung mengiyakan apa yang James katakan. Ia bergerak dengan cepat mengemas dan memeriksa ponsel tersebut setelah dibayarkan.
"Ini mas" Kata sang pelayan menyerahkan ponsel yang kembali dimasukan ke dalam kotak setelah diperiksa. Dengan cekatan James membuka kotak itu dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Mengetik beberapa hal yang membuat Hujan bingung dengan yang dilakukannya.
Kling, kling, kling
Suara muncul dari balik saku celana James. Ia segera mengeluarkannya dan tersenyum pada Hujan.
"Kakak orang pertama yang punya nomor kamu" Katanya menunjukan layar ponsel yang menerapkan panggilan dari nomor tak dikenal, yang adalah nomor Hujan saat ini.
Hujan menerima ponsel baru itu di tangannya setelah James selesai dengannya.
"Mau makan?" Tanya James pada Hujan.
Hujan mengangguk mengiyakan, karena berjalan beberapa belas menit membuat perutnya sedikit kosong dan terasa agak lapar.
Dengan antusias oleh sikap Hujan, James menarik tangan gadis itu dan berjalan cepat ke lantai atas menuju bagian restauran yang ada di Mall tersebut.
Mereka berakhir di depan salah satu restauran sushi terkenal yang berada pada lantai atas Mall ini, tempatnya ramai dan di design seperti mini bar dengan kereta sushi yang berjalan dengan indah.
"Sushi masih jadi favorit kamu kan? Kita makan disini ya" James membuka suara saat sampai di depan restauran ramai ini.
Hujan tak menjawab..
"Jan? Hey?" Panggil James lagi.
"Kak..aku selalu bilang bahwa aku benci sushi dan gapernah jadiin itu favorit" Jawab Hujan pelan yang membuat James tersentak. Seakan dia baru saja mengingat makanan favorit orang lain yang malah menjadi makanan paling tidak disukai Hujan.
"Ah..so-sorry, yaudah kita makan yang lain ya" Jawab James sedikit tak enak sembari mengusap tengkuknya sendiri.
Ia kembali menggandeng Hujan yang terdiam. Banyak sekali hal yang muncul di pikirannya tentang siapa gadis pencinta sushi itu.
***
"Makasih kak"
"Kenapa bilang makasih?"
"Untuk hp dan makanannya" Kata Hujan setelah mereka keluar dari salah satu restauran china yang tak jauh dari tempat sushi tadi.
Tangan James mendarat di kepalanya, mengusak rambut Hujan pelan membuat kesan manis pada siapapun yang memandangnya.
Hujan Pov
Saat James mengusak rambutku, ada satu getaran yang akhirnya kurasakan lagi. Walau tak sedasyat biasanya, tapi ini cukup membuat jantungku berdegup.
"Kita ke Gramed ya?" James menyadarkan lamunanku. Siapa sangka dia mengingat kebiasaan yang selalu kulakukan setelah kami berjalan di mall seharian. Dengan senang hati aku mengiyakan jawabannya, tak sabar memborong novel-novel yang sudah lama ku incar.
Dia kembali menggenggam tanganku. Hari ini, James tak berikan kesempatan tanganku untuk bernafas walau sebentar, Ia selalu menggenggamnya lagi setiap Ia sadar bahwa itu terlepas.
Toko buku favoritku ini tampak tak terlalu ramai. Aku dan James melangkahkan kaki memasuki area itu. Reflek kulepaskan genggaman tanganku dan berlari ke arah novel-novel yang menungguku. Rasanya sudah lama tidak datang kesini bersama James.
Satu novel dengan cover bertemakan pelangi menarik perhatianku, judul "menunggu pelangi" yang terukir indah disana. Dengan rasa yang tepat aku memeluk novel itu, entah mengapa judul itu menggambarkan diriku saat ini.
Aku mengambil beberapa novel lagi, tanpa menyadari bahwa James sudah hilang dari pandanganku. Langkahku berjalan berniat mencarinya, karena penjelajahanku pada novel sudah berakhir.
Kulihat sekilas James berjalan ke tempat alat tulis, sebenarnya apa yang dia lakukan?
Aku mengikuti langkahnya dengan perlahan menuju tempat alat tulis, berniat memberinya kejutan saat tiba-tiba aku berada di belakangnya.
"Hai cantik, sendirian?"
Suara itu? Aku memundurkan langkah, memeluk erat buku yang sedang kutulis, mengambil jalan melalui rak buku yang ada di sekitarku.
"Boleh dong, aku minta nomornya?"
Aku tersenyum miris menatap pemandangan dari sela rak buku ini. Apa harus rak buku yang selalu menjadi saksi aku menjadi orang terbodoh?
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🔥: Siapa yang buat Hujan seterkejut dan hancur itu?
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. James Prince
Supporting chara
-
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Teen Fiction{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...