"ada akhir dari tiap perjuangan."
Akhirnya kita ketemu lagi, kebetulan walaupun dari kemarin aku ngga update, aku tetep nulis Hujan, dan sekarang udah tamat. Aku punya janji sama seseorang untuk menyelesaikan cerita ini sebelum dia kembali ke asrama. And now, it's time, I'll upload them all♡
"Mau aku anter pulang?" Suara barithon seorang pria berbadan tinggi menghampiri Hujan yang baru keluar dari wilayah sekolah, menawari tumpangan pulang.
"A-anu kak James."
"Dia balik sama gue." Namun tiba-tiba pria dari sisi lain muncul memotong pembicaraan dua insan itu.
"Jan?" James menatap Hujan dengan seksama, meminta penjelasan dari perkataan pria yang baru saja tiba. Tak lama mereka tidak bertukar kabar, James mendapat momen mengejutkan tanpa tau apa yang terjadi saat ini.
"Kak, aku bisa ceritain semuanya." Hujan menatap James dengan sendu, Ia bisa melihat kekecewaan pria di depannya ini, pria yang rela berubah untuknya dan pria yang selalu siap memeluknya saat Ia kesakitan kali terakhir.
"Semuanya?" James kembali bertanya, memastikan.
"Iya semuanya. Udah berakhir." Hujan menjawab dengan nada pelan. Ia tau maksud perkataan James, dan James pun akan sangat tau jawaban Hujan.
"My time is up, right? Haha. It's okay." James mengangguk kecil, mengeluarkan senyuman dari bibirnya, namun matanya tak bisa bohong, rasa sakit itu besar, saat Hujan pertama kali melihat sang pacar berselingkuh di depannya.
"Kalian mau ngobrol dulu? Gue tunggu di mobil ya." Nuel menengahi pembicaraan mereka. Ia tau tempatnya disini, setidaknya James adalah orang yang ada untuk gadisnya saat Ia benar-benar tidak ada. Saat memandangnya saja pun Ia takut.
"El." Panggil James saat Zanuel akan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka.
Nuel menaikan alisnya tanda bertanya kenapa.
"Mungkin ini egois. Lo boleh tolak." James kembali membuka suara.
"Kasih gue satu hari, untuk sama dia, biar gue ga ada penyesalan apapun, setelah itu gue gaakan ganggu hubungan kalian lagi. Boleh?" Ia melanjutkan perkataannya. Banyak hal yang tak sempat, tak bisa Ia lakukan dengan gadis yang dulu sempat menjadi miliknya. Gadis yang dulu selalu berusaha membuatnya bahagia, namun Ia sia-siakan dengan sifat brengseknya.
Setidaknya satu hari, satu hari saja Ia ingin memberikan Hujan kebahagiaan yang tidak pernah Hujan rasakan saat bersamanya. Satu hari saja James ingin memberikan itu.
"Kak?" Hujan menoleh ke arah Nuel, mungkin nadanya terdengar egois karena memohon, tapi perasaannya juga mau menerima itu, Ia mau mengganti semua lembaran buruk itu dalam waktu satu hari.
"Iya, boleh." Jawaban singkat dari Nuel disertai sebuah senyuman tipis dari bibirnya membuat James terdiam.
"Gaada lagi kompetisi di antara kita. Satu hari, setelah itu, dia punya gue seutuhnya." Lanjut pemuda itu merangkul gadisnya kemudian.
"Makasih kak." Hujan menatap Nuel.
"Kita pamit ya bro." Nuel menepuk pundak James beberapa kali, sebelum mereka berdua meninggalkan James untuk memasuki mobil yang dibawa oleh Nuel.
Sebuah alunan lagu Jemari-Juicy luicy memenuhi mobil dengan untaian nada yang indah.
Nuel spontan meraih tangan Hujan yang ada di sampingnya, menggenggamnya dengan erat seakan tak mau gadisnya hilang lagi.
"Siap untuk nanti malem?" Nuel menoleh dan bertanya kepada gadisnya.
Hujan mengangguk kecil, menandakan siap akan apa yang terjadi nanti malam.
***
Akhirnya kakinya melangkah lagi di sebuah ruangan nan mewah yang telah lama tak Ia datangi.
Tiga pemuda yang sedang fokus bermain game sembari berteriak-teriak menarik perhatian Hujan secara langsung.
"Hallo." Ucapnya pelan, namun tak digubris oleh mereka semua. Mungkin suaranya tak terdengar sampai ke telinga mereka.
"Ada Hujan." Ucap Nuel agak lebih keras dari gadis itu. Namun mereka masih tak menoleh.
"Panas gini asu, ujan apanya. Ngimpi lo El?" Balas Bima masih terfokus pada layar besar yang menayangkan game yang mereka mainkan.
"Hallo." Hujan menyapa sekali lagi, dengan nada suara yang agak dinaikan. Suasana ruangan menjadi hening, tak ada lagi yang berteriak. Tangan mereka tak lagi bergerak melanjutkan permainan. Kepala mereka spontan menoleh secara bersamaan.
"H-hujan." Abian mengeja nama itu dengan terbata, sedangkan Jakes dan Bima sudah melongo melihat kehadiran tuan putri yang selama ini mereka rindukan.
"Iya, ini gue kak. Apa kabar?" Hujan tersenyum ramah, agak canggung karena sudah lama tak berinteraksi. Rasanya baru pertama kali datang ketempat ini.
Setelah mendengar kalimat itu, Abian spontan berlari ke arah mereka, memeluk Hujan.
"Jan, selama gaada lo, El serem banget." Abian merengek seperti anak kecil di pelukan Hujan.
Nuel terkejut saat Abian dengan tiba-tiba masuk ke pelukan Hujan.
Nuel menatapnya dengan tatapan ingin menerkam.Jakes dan Bima yang baru sampai di depan mereka langsung spontan melepaskan Abian dari Hujan saat melihat Nuel yang sudah menyiapkan tangannya melempar pria menyedihkan itu.
"Sut, ada macan mau nerkam lo tuh." Peringat Bima sembari mengarahkan Abian menoleh ke arah Nuel.
"Sekali lagi. Gue hih pala lo." Nuel akhirnya mengeluarkan kata-kata. Badannya berjalan otomatis ke pelukan Hujan.
"Bersihin dulu pake aku." Nada pria itu langsung berubah memanja. "Wangi aku lebih enak kok." Lanjutnya sembari menenggelamkan wajahnya di pundak Hujan. Gadis itu terdiam dengan wajah kebingungan.
"Semangat jaga bayinya, Jan!" Bima meledek dengan kedok menyemangati.
"Pffffttpuahahahahah" Semuanya tertawa spontan, termasuk Hujan. Namun Nuel masih setia menempelkan aroma tubuhnya ke pakaian Hujan dan menghirup wangi shampo gadis itu.
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🔥: Sudah menjelang tamat niii!
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. Zanuel Evagas
3. SABER
4. James
Scroll again! The ending is waiting for you!
↓
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Teen Fiction{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...