"jangan membentak dengan kedok perduli"
Author Pov
"Thanks ya kak buat hari ini, gue masuk dulu" Hujan tersenyum ramah sembari keluar dari mobil dan melambaikan tangan kepada tiga pemuda yang baru saja mengantarkannya pulang.
Mobil itu melaju setelah Hujan benar-benar memasuki lingkungan rumahnya.
"Yah?.." Hujan terkejut dengan pria paruh baya yang saat ini terduduk di teras depan menatap tajam ke arah dirinya.
"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang!" Hujan tersentak dengan nada Ayahnya yang agak membentak.
"Main" Lirih Hujan kecil.
"Mulai berani kamu main dan pulang malam?! Ayah ngga pernah ngajarin kamu jadi anak nakal ya Hujan!" Sang pemilik nama memundurkan langkahnya kecil, kepalanya menunduk dan wajahnya memerah menahan tangis. Kapan terakhir ayahnya semarah ini.
"Kalau Biru yang kayak gini, apa ayah juga bakalan bentak dia?" Akhirnya keluar kata-kata dari bibir gadis itu. Suaranya bergetar, air matanya mulai mengalir membasahi pipi.
"Adik kamu tidak akan menentang omongan ayah, tidak seperti kakaknya yang malah memberikan contoh buruk," Nada Bicara Bisma mulai turun, namun kata-katanya sangat menusuk. Seakan gadis dengan nama Biru itu adalah gadis paling suci dan polos di mata mereka.
"Aku masuk" Hujan tak berniat menjawab, dia langsung melangkahkan kakinya cepat memasuki rumah, meninggalkan Bisma yang merancau kepadanya dengan nada yang sangat menusuk.
Hujan mengerutkan dahi saat sampai di depan pintu kamarnya, ada celah yang terbuka, berarti ada yang masuk tanpa permisi kepadanya.
Hujan membuka perlahan pintu itu, menampilkan sebuah gadis berambut pendek duduk di depan meja riasnya, segala yang ada di meja Hujan tampak berantakan.
Gadis itu beranjak saat meyadari ada yang masuk.
"Kak, udah pulang? Loh...kok nangis" Ucap lembut gadis itu mendekati Hujan. Matanya menunjukan kesenangan, berbeda dengan suaranya yang penuh kemunafikan.
"Keluar." Sahut Hujan tajam. Ia lelah.
"Kan lo tau ayah kayak gitu, bandel banget si di bantah" Kekeh Biru masih berlagak menceramahi Hujan tanpa bergerak dari posisinya.
"KELUAR!" Bentak Hujan kepada gadis di depannya.
"Gue mohon keluar sekarang Kanaya Xabiru" Lanjutnya dengan nada lebih bergetar.
"Aduh, ada apa ini ribut-ribut? Hujan, udah malem, malu sama tetangga" Seorang wanita paruh baya saat ini muncul di belakang mereka, sudah lengkap dengan piama miliknya.
"Hujan? Suruh anak Bunda keluar dari sini, gak punya sopan santun." Hujan lalu menarik tangan gadis di depannya ini, membuat mereka bertukar posisi.
"Mundur kalo gamau muka cantik lo kena pintu" Ucapan dingin gadis itu cukup membuat Biru goyah dan akhirnya mundur. Gadis itu sangat kesal dengan tingkah kakaknya, sejak kapan gadis itu punya keberanian yang begitu besar melawannya? Awas saja.
Brak
Pintu putih itu terbanting tepat di depan wajah Biru dan mengejutkan sang Bunda yang hampir saja terlepas emosinya.
"Biru, kamu masuk kamar kamu" Syela mengusap dahinya yang terasa pusing setengah mati. Ia menyadari tidak adanya ketenangan lagi di rumah ini jika mereka mengambil keputusan membawa Xabiru pulang ke rumah.
Gadis dengan nama Biru itu menghentakan kakinya, dia berjalan ke sisi kanan untuk menuju ke kamarnya sendiri.
"Gak seru" Umpatnya.
🦋🦋🦋
Seorang pemuda tampan, dengan setelan kaos putih polos dan celana pendek membuat kesan casual yang menonjol untuknya.
Nuel terduduk di sofa, sembari menatap polaroid yang ada di tangannya. Senyuman merekah indah di bibirnya, tidak pernah terbayang bahwa gadis ini benar-benar menjadi miliknya.
Dengan cekatan Ia langsung mengambil ponsel miliknya, membuka aplikasi kontak di ponsel dan mencari nama Hujan di sana. Kata orang berpacaran itu tentang berbicara dan bercanda gurau sebelum tidur, maka Ia akan melakukannya.
"Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi. Cobalah beberapa saat lagi." Nuel mengerutkan dahinya saat justru suara operator yang menjawabnya. Kenapa gadis ini tidak menghidupkan ponselnya? Apa dia sudah tidur?
Nuel mengehela nafas panjang, sepertinya tidak ada night call hari ini. Tapi tidak papa, setidaknya mereka sudah jalan seharian, bahkan rasanya luka di sudut bibirnya langsung sembuh dan bisa tertawa lagi sejak tadi.
Akhirnya Ia memutuskan megirimi Hujan beberapa pesan sebelum Ia benar-benar tertidur.
Pemuda itu tersenyum bangga dengan ketikannya. Ia lalu beranjak ke ranjang kingsizenya dan meletakan ponsel itu di samping nakas.
Dia memundukan tubuhnya untuk mematikan lampu, membiarkan keadaan menjadi sepenuhnya gelap. Nuel datang ke tempat tidurnya dan merebahkan diri. Tak sampai sepuluh menit, dia sudah masuk ke alam mimpi.
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🔥: Kalo di kasih kesempatan masuk ke dalam cerita, kalian mau apain Biru?
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. Zanuel Evagas
Supporting chara
1. Syela (bunda Hujan)
2. Bisma (ayah Hujan)
3. Kanaya Xabiru
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Teen Fiction{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...