Not a Loser

227 39 22
                                    

"Saat lo ngehadepin gue, sepuluh itu akan gagal, lo harus menyiapkan sepuluh ribu."

Gadis dengan dress berwarna kuning muda itu kembali ke tempat duduknya dengan tenang. Sampai sebuah pertanyaan sampai padanya.

"Bukannya tadi berdua?" Tanya James agak penasaran dikala Hujan hanya kembali sendirian.

"Gatau. Mungkin dia butuh waktu?" Hujan menjawabnya dengan nada tanya pula, namun tersemat senyuman tipis tanda moodnya sangat baik malam ini.

James menanggapinya dengan anggukan tipis, detik kemudian Ia mengusap kasar rambut gadis yang duduk di sampingnya ini.

"Eh, udah balik dek?" Hujan menyadari kala suara kursi yang ditarik menyita perhatiannya. Ternyata gadis rambut pendek yang tadi bertemu dengannya kembali ke meja dengan wajah yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Besok, Hujan akan melihat apa yang akan dilakukan oleh sang adik tercintanya. Apakah Ia akan tetap pada pendiriannya dengan Nuel, atau Ia akan kembali mencari cara untuk mengusik dirinya.

***

"Thanks for dinner kak." Dengan lembut Hujan meletakan sepasang garpu dan pisau miliknya, lalu mengucap terimakasih kepada seseorang yang duduk manis di sampingnya.

Malam ini menjadi malam yang singkat bagi James dan Hujan. Namun menjadi malam yang sangat panjang bagi Nuel dan Xabiru, keduanya ada pada tingkat emosi memuncak pada malam ini. Nuel sejak tadi terdiam, sekedar melihat ke arah depan pun Ia tak sudi. Ia harus. Harus mendapat kembali gadisnya.

Mereka berempat beranjak dari kursinya, mood yang dibawa Biru saat berangkat tadi sudah menghilang, bahkan Ia malas menggandeng tangan tunangan dadakannya.

Berbeda dengan dua pasangan yang sudah saling menyematkan jarinya satu sama lain.

"Gue sama cowok gue duluan ya. Kalian ati-ati." Hujan memberikan senyuman terakhir yang sangat lebar, sampai orang yang melihat sekilas pasti berfikir itu adalah perpisahan setelah malam yang sangat membahagiakan. Tentu saja membahagiakan, bagi Hujan, bukan Nuel dan Xabiru.

"Bilangin bunda, gue sedikit terlambat."

"Lo mau kemana?" Tanya Biru penasaran diiringi rasa tak suka.

"Bilang aja sama Bunda perginya sama James. Dia pasti ga nanya-nanya. Bye." Hujan mengibaskan jarinya di udara dan menarik James untuk kembali ke mobil mereka.

"You're so cool!" Ucap James kagum saat mereka sudah duduk bersebelahan di dalam mobil.

"Kak! Kamu gatau aja. Jantung aku dugun dugun daritadi kenceng banget kalo di denger pake teleskop."

"Hah? Teleskop?"

"Hah?"

"Stetoskop Hujannnn," Sahut James dengan nada menahan tawa. Gadis di depannya ini wajahnya sudah memerah pasi menahan malu.

"Y-YA BEDA DIKIT!" Belanya pada diri sendiri.

"Detak jantung kamu kolaborasi sama bintang?" Ledek James kemudian.

"IH NGGA GITU KAK JAMES."

James terkekeh geli, tangannya tergerak menyubit pelan pipi chubby gadis yang duduk tepat menghadap ke arah dirinya.

HUJAN | TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang