"Tidak ingin di dengar, namun selalu dibicarakan"
Author Pov
Sangking kesalnya dengan sang bunda semalam, Hujan tak makan sama sekali sejak pulang sekolah.
Hari ini Ia kembali naik taxi lagi dan lagi karena Pak Tono yang disuruh ayah mengantar adiknya berbelanja.
Hujan merebahkan kepalanya di atas meja. Perutnya terasa sakit karena menahan lapar sejak kemarin. Ingin beranjak dan pergi ke kantin namun rasa malas ini terlalu besar.
Ia memaksakan dirinya beranjak dari kursi dan pergi ke kantin untuk membeli makanan. Ia berharap tak bertemu siapapun yang dapat membuat pikirannya semakin tak jelas.
Koridor tampak ramai entah kenapa, orang-orang mengerubungi mading Sekolah membuat Hujan sedikit terhambat jalannya.
"Per-"
Setau gue kak James punya cewek kan?
Udah putus kali..
Anak cheerleader ini lebih cantik dari ceweknya James gila, ceweknya biasa aja menurut gue
Hujan terdiam sejenak mendengar pembicaraan itu. Ia tak berniat menegur sama sekali, karena yang dibicarakan benar adanya.
"Permisi" Ucap Hujan lebih pelan kali ini. Semua mata tertuju padanya. Mungkin karena Ia satu-satunya anak yang tidak penasaran dengan hal yang ada di mading.
Ini ceweknya kan?
Woy gila lo pada, bacot semua si
Tetep kalah sama caitlyn caitlyn itu tau.. Jelas James milih dia
Reflek orang-orang yang menutupi jalan perlahan menyingkir, namun yang tak perduli tetap mengeluarkan omongan tak enak dari bibir mereka. Jujur Hujan penasaran dengan isi mading itu, namun rasa kesalnya lebih besar.
Dengan cepat Ia melangkahkan kakinya pergi saat gerombolan itu mulai membuka jalan. Dia dapat banyak mendengar gosip walau jarak sudah mulai jauh. Mereka terang-terangan mengungkap apa yang terlihat tanpa tau faktanya.
"HUJAN!" Hujan menghentikan langkahnya saat mendengar nama yang memanggilnya. Gadis manis berlari ke arahnya berasal dari keramaian itu.
"Maaf ya, gue malah cuma ngeliatin lo dibicarain dari tadi" Katanya pelan
Gadis ini.. Hujan belum mau bicara banyak dengannya.
"Gapapa, gue duluan ya"
"Jan..mereka akan percaya dengan yang mereka lihat, bukan mereka dengar" Lanjutnya menghentikan langkah Hujan.
"Lalu apa yang mereka lihat apakah penting buat gue Jes? Toh yang mereka bilang ada benernya" Jawab Hujan seadanya.
Jesllyn terdiam mendengarkan apa yang Hujan katakan. Entah kenapa hawa ini jauh lebih dingin dari biasanya, tidak ada Hujan yang polos dan ceria di depan matanya.
Jesllyn tau Ia salah, tapi entah kenapa rasanya sangat tidak nyaman seperti ini.
"Jan, lo masih marah?" Jesllyn memegang pergelangan tangan Hujan pelan.
"Jess serius, gue laper banget sekarang, gue cabut dulu ya" Hujan melepas genggaman tangan itu dan pergi tanpa menunggu jawaban Jesllyn lagi. Ia tak mau bel masuk menunda makannya, pingsan sangat merepotkan.
Situasi kantin sangat sepi, stan yang buka pun masih sangat amat sedikit karena masih cukup pagi.
Hujan berjalan ke arah salah satu stan yang berjualan internet atau indomie telur kornet favorit semua anak. Jika jam istirahat Ia tidak pernah dapat, maka sepagi ini adalah waktu yang tepat untuk mendapatkannya.
"Bu, Saya pesen internetnya satu sama es teh manis ya"
"Siap non"
"Berapa bu?" Tanya Hujan, Ia ingin membayar terlebih dahulu agar bisa langsung ke kelas seusai makan.
"Dua belas ribu non" Sahut sang Ibu kantin.
Hujan menganggukan kepalanya, Ia merogoh saku segaramnya untuk mengeluarkan uang dan membayar.
"Saya bayarin sekalian Bu, sekalian in, in apa Jan?" Tanya pemuda yang tiba-tiba hadir di sampingnya sembari menyerahkan selembar uang seratusan.
"In-internet kak" Sahut Hujan gugup, pemuda ini terlalu dekat.
"Lo makan pake internet?" Tanyanya.
"Aduh si aden, internet teh singkatan indomie telur kornet" Kata si Ibu terkekeh dengan siswa yang tampak bingung dengan singkatan ini. Kelihatan sekali dia tidak pernah makan jajanan kantin.
Dia mengangguk paham lalu menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal, "yaudah Bu, internetnya satu juga" Katanya melanjutkan.
"Kak gausah" Hujan masih menolak.
"Udah, lo duduk sana" katanya. Hujan mengalah dan mengangguk lalu pergi ke salah satu tempat duduk sepi di sana.
"Lo udah liat mading?" Pemuda yang baru saja membayar itu saat ini sudah duduk tepat di depan Hujan.
"Kak Nuel duduk disini juga?" Hujan terkejut dengan kehadirannya. Bahkan tak fokus dengan pertanyaan Ia barusan.
"Gak boleh ni? Gua pergi" Nuel pura-pura beranjak.
"Eh..iya gapapa, tadi nanya apa kak?" Nuel tersenyum bangga walau tipis, dia kembali duduk tepat di depan Hujan sembari memandangi gadis itu.
"Kak? Tadi mau tanya apa?" Hujan membuyarkan lamunan Nuel.
"Anu, lo udah liat mading?"
"Udah"
"Gimana?"
"Apanya yang gimana kak?"
"Lo masih suka ga sama James?"
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🔥: Kira-kira apa ya yang ada di mading?
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. Zanuel Evagas
Supporting chara
1. Jesllyn
2. Caitlyn (anak Cheerleader yang deket sama James, lebih dr deket si.."
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Novela Juvenil{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...