"Andai kamu gaada, aku gaakan ngerasain apa itu namanya diskriminasi"
Author Pov
Pukul setengah tujuh Hujan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia akan pergi lebih cepat untuk meminimalisir waktunya di rumah.
Ia menuruni tangga menuju lantai bawah, berharap belum ada siapapun di sana.
"Hujan sayang ayo makan dulu" Jalannya terhambat, saat suara sang Bunda terdengar di telinganya. Hujan menoleh ke arah meja makan, tatapannya bertemu dengan Biru yang tersenyum dengan arti padanya.
"Biru bakalan istirahat 1 bulan di rumah sebelum masuk ke sekolah kamu" Ayah menyambar memberikan informasi yang sejujurnya tak ingin Hujan ketahui.
"ya.." Hujan lalu membalikan badannya, berjalan meninggalkan situasi tegang di antara ruang tengah dan meja makannya.
"Hujan! Ayah belum selesai bicara!"
Perkataan sang ayah tidak dihiraukan Hujan. Ia malas berdebat untuk saat ini.
"Pak Tono, ayo berangkat" Hujan berbicara pada Pak Tono yang sedang fokus membaca koran.
"Ayo non Hujan" Pak Tono beranjak saat menyadari Hujan di sebelahnya. Ia segera meneguk habis kopinya dan beranjak.
"Kamu ke Sekolah naik taksi yang sudah papa pesankan, pak Tono akan nganter Biru beli keperluannya hari ini" Ayah tiba-tiba muncul dari balik pintu rumah. Hujan mengerutkan dahinya tak terima dengan pernyataan Ayahnya barusan.
"Kenapa gak Biru aja yang naik taksi? Atau ga kenapa gak ayah aja yang nganterin pake mobil ayah?"
"Adek kamu itu dari luar negri! Dia bisa nyasar kalo sendirian, dan ayah sama bunda bakalan pergi ke perusahaan. Kita gak bisa nganter dia" Ayah menjawab seluruh pertanyaan yang keluar dari mulut Hujan, membuatnya sudah malas berdebat.
Mobil biru dengan logo taksi berhenti di depan rumahnya. Mengetahui bahwa itu taksi yang dipesan sang ayah, Ia langsung mencium tangan Ayah tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
🦋🦋🦋
"Jan, tumben lo naik taksi?" Tanya Thea yang berjalan beriringan dengan Hujan. Thea memang selalu rajin datang pagi, jadi tak heran jika mereka bertemu saat ini.
"Pengen aja" Sahut Hujan seadanya dengan nada agak lemas. Pikiran berat ditambah tidak sarapan membuat tubuhnya agak melemah.
"Lo sore ini dateng ke tournament James kan?"
"Sore ini?"
"Iya Jann, lo masa cewenya gatau si"
"Gue udah putus The.."
"NGACO!"
"Gue serius Thea, jangan bahas dia" Thea mengangguk cepat, tak berniat mencari lebih jauh sepertinya.
Mereka berjalan bersama menuju gedung SMA Putmaja. Suasana Sekolah masih tak begitu ramai karena jam masih menunjukan pukul segini.
Namun sosok tak asing tampak sangat jelas di depan mata Hujan, tepat di parkiran di depan motor James.
"Jan, lo liat apa dah?" Thea mengikuti arah pandang Hujan.
"Jesllyn?" Thea bergumam pelan, mengutaran apa yang ada di pikiran Hujan saat melihat dua insan yang tak asing baginya.
"dan James..? Gue gatau mereka punya hubungan sedeket itu untuk berangkat Sekolah berdua" Hujan bergumam kecil, namun gumaman itu masih dapat di dengar jelas oleh Thea.
"Udalah Jan, BMKG aja"
Hujan mengerutkan dahinya tak paham dengan perumpamaan yang dibuat Thea.
"buang mantan kejar gebetan, sayang" Thea menepuk pundak Hujan yang matanya masih menatap ke arah dua insan yang bercengkrama dengan amat bahagia.
"Gebetan gundulmu The"
"GUE GA GUNDUL MONYET!"
Hujan menjulurkan lidahnya pada Thea, melangkahkan kakinya pergi meninggalkan gadis yang siap membalasnya dengan seribu umpatan.
***
4 pemuda turun dari satu mobil BMW berwarna hitam pekat menyuri perhatian seentero Sekolah. Tinggal beberapa detik lagi maka bel masuk akan berbunyi.
"Jago emang lo El!"
"Bangga gua sama lo!"
"Gotcha! On time"
Mereka memuji sang pengemudi yang dapat dengan tepat sampai di Sekolah beberapa detik sebelum menit terakhir habis.
"Mood dia lagi bagus karena gebetannya jomblo" Kata Abian tepat sasaran. Nuel tak mengelak dan mereka hanya tertawa, karena yang dikatakan Abian adalah kenyataan.
Sejak adanya rasa yang aneh untuk Hujan, Ia menjadi senang saat gadis itu sudah terlepas dari "toxic relationship" seperti pandangannya.
"Kenapa Hujan sih? Jashy aja lo tolak yang beh mantep gitu"
"Cause she's Hujan, not Jashy" Balas Nuel telak pada pertanyaan bodoh yang di berikan oleh Abian.
"WOOO NUEL KITA UDAH GEDE!" Jakes berteriak amat kencang sampai menjadi pusat perhatian. Ia tak menyadari ada di mana mereka sekarang dan apa yang Ia lakukan. Reputasi yang Ia buat seakan menjadi lelaki yang tenang dan dingin hancur dalam sesaat.
Mereka melangkahkan kakinya berjalan bersama menuju lingkungan sekolah. Namun ada keramaian yang tiba-tiba saja menghentikan langkah mereka dan mendengarkan apa yang terjadi.
"WOY ADA YANG PINGSAN, KASIH JALAN!"
SABER tak begitu penasaran dan berniat melanjutkan tujuan mereka ke kelas, namun sepatah kata lagi, itu membuat Nuel menghentikan langkahnya.
"Hujan..bangun"
Quotes of the day : BMKG alias Buang mantan, kejar gebetan
Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡🔥: Nuel kalo berjuang jadinya gmn si🥺¿
Cast in this chapter
1. Kanaya Hujan
2. Zanuel Evagas
3. James Prince
Supporting chara
1. Abian
2. Bima
3. Jakes
4. Jesllyn
5. Thea
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN | TAMAT✓
Teen Fiction{FOLLOW SEBELUM MEMBACA} "Kalo nama gue bukan Hujan, apa takdir gue juga akan berubah?" Kadang kala kita itu buta, tak bisa membedakan antara yang mana cinta dan obsesi. Awalnya membahagiakan, namun lama lama menjadi menyesakan. Hujan kira memang t...